Surat Terakhir Yang Diturunkan Dalam Al-Qur’an

Beragam Pendapat Tentang Surat Terakhir Yang Diturunkan Dalam Al-Qur’an

Posted on

Hasiltani.id – Beragam Pendapat Tentang Surat Terakhir Yang Diturunkan Dalam Al-Qur’an dan Maknanya. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam diturunkan secara bertahap selama lebih dari 22 tahun, dengan ayat-ayat yang memuat petunjuk dan hukum bagi kehidupan manusia. Namun, di antara sekian banyak ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, terdapat perdebatan di kalangan ulama mengenai ayat atau surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an.

Beberapa pendapat muncul dari para sahabat Nabi dan ulama terkemuka, yang menyebutkan berbagai ayat dari surat yang berbeda sebagai wahyu penutup. Di antaranya adalah Surah Al-Baqarah ayat 281, Surah Al-Maidah ayat 3, dan Surah Al-Baqarah ayat 278. Masing-masing pendapat ini memiliki dasar yang kuat dari riwayat hadis dan tafsir.

Dengan memahami ayat terakhir yang diturunkan, kita dapat lebih menghayati pesan-pesan penting yang Allah sampaikan kepada umat-Nya sebelum penutupan wahyu Al-Qur’an.

Pendapat Soal Ayat Terakhir yang Turun

Sebelum membahas surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an, Hasiltani membahas pendapat soal ayat terakhir yang turun.

Berikut adalah tiga pendapat tentang ayat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an:

1. Surah Al-Baqarah Ayat 281

Menurut tafsir Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Tafsir al-Munir Jilid 8, ayat terakhir yang diturunkan adalah Surah Al-Baqarah ayat 281. Ayat ini turun sembilan hari sebelum Nabi Muhammad SAW wafat, setelah beliau melaksanakan Haji Wada. Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Sa’ad bin Jubair: “Ayat Al-Qur’an yang terakhir turun adalah ayat 281 Surah Al-Baqarah.” (HR An-Nasai).

2. Surah Al-Maidah Ayat 3

Pendapat lain dari As-Suddi mengatakan bahwa wahyu terakhir yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW adalah Surah Al-Maidah ayat 3. Ayat ini juga dikenal sebagai ayat penyempurna agama, di mana Allah menegaskan bahwa Islam telah sempurna sebagai agama bagi umat manusia. Sa’id bin Al-Musayyab mengatakan bahwa ayat yang paling baru di Arsy adalah terkait utang, merujuk pada Surah Al-Maidah ayat 3.

Ayat tersebut berbunyi: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih bukan atas nama Allah… Pada hari ini telah Kusempurnakan agamamu untukmu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agamamu.”

3. Surah Al-Baqarah Ayat 278

Menurut pendapat yang dikutip dari buku Buku Pintar Al-Qur’an oleh Lingkar Kalam, ayat terakhir yang turun adalah tentang larangan riba. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ayat terakhir yang diwahyukan adalah mengenai riba, yaitu Surah Al-Baqarah ayat 278. Ayat ini berisi peringatan kepada orang-orang beriman untuk meninggalkan praktik riba, dengan bunyi: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”

Baca Juga :  Pengalaman Mengamalkan Walau Anna Qur'anan - Ketenangan Batin

Inilah tiga pendapat mengenai ayat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an. Masing-masing memiliki dasar dan riwayatnya sendiri.

Kandungan dari Surah Al-Maidah ayat 3

Pada pembahasan surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an, berikut adalah kandungan dari Surah Al-Maidah ayat 3:

  1. Pengharaman bangkai – Daging hewan yang mati tanpa disembelih tidak boleh dimakan.
  2. Pengharaman darah – Darah hewan dilarang untuk dikonsumsi.
  3. Pengharaman babi – Daging babi diharamkan untuk dimakan.
  4. Pengharaman hewan yang disembelih atas nama selain Allah – Hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah tidak boleh dimakan.
  5. Pengharaman hewan yang mati tercekik – Hewan yang mati akibat tercekik tidak halal.
  6. Pengharaman hewan yang mati terpukul benda tumpul – Hewan yang mati karena dipukul dengan benda tumpul juga diharamkan.
  7. Pengharaman hewan yang mati terjatuh – Hewan yang mati akibat jatuh dari ketinggian diharamkan.
  8. Pengharaman hewan yang mati tertanduk binatang buas – Hewan yang mati karena tertanduk atau diterkam binatang buas juga dilarang.
  9. Pengharaman hewan yang disembelih untuk berhala – Hewan yang dipersembahkan kepada berhala tidak boleh dikonsumsi.
  10. Pengecualian binatang yang sempat disembelih – Binatang yang tercekik, terpukul, terjatuh, atau tertanduk masih bisa halal jika sempat disembelih sebelum mati.
  11. Larangan mengundi nasib – Larangan tegas untuk mengundi nasib dengan metode seperti anak panah atau yang serupa.
  12. Kefasikan – Segala sesuatu yang dilarang oleh Allah merupakan bentuk kefasikan.
  13. Putus asa kaum kafir – Orang-orang kafir telah berputus asa untuk mengalahkan kaum muslimin dalam agama.
  14. Tidak boleh takut kepada orang kafir – Umat Islam tidak boleh merasa takut terhadap ancaman orang kafir.
  15. Takut hanya kepada Allah – Perintah untuk hanya takut dan bertakwa kepada Allah.
  16. Agama yang sempurna – Islam telah disempurnakan sebagai agama yang lengkap dan utuh oleh Allah.
  17. Nikmat Islam – Islam adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia.
  18. Ridha Allah kepada Islam – Allah meridhai Islam sebagai satu-satunya agama yang benar.
  19. Keringanan dalam keadaan darurat – Dalam kondisi darurat, seperti kelaparan yang mengancam nyawa, seseorang diperbolehkan memakan makanan haram dengan batasan tertentu.
  20. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang – Allah senantiasa memberikan ampunan dan kasih sayang kepada hamba-Nya, terutama dalam situasi sulit.

Tafsir Surah Al-Maidah Ayat 3

Pada pembahasan surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an, berikut adalah tafsir Surah Al-Maidah ayat 3 menurut penjelasan Imam Ibnu Katsir:

1. Larangan Makan Bangkai

Dalam ayat ini, Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya memakan bangkai, yaitu hewan yang mati secara alami tanpa melalui penyembelihan yang sah menurut syariat. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bangkai diharamkan karena terdapat mudarat, baik bagi kesehatan fisik maupun agama seseorang, karena darah dalam tubuh hewan tersebut masih terperangkap dan tidak dikeluarkan dengan benar.

2. Pengharaman Darah

Selain bangkai, Allah juga melarang konsumsi darah yang mengalir. Ibnu Katsir merujuk pada ayat lain dalam Surah Al-An’am (145) yang menjelaskan bahwa darah yang dimaksud adalah darah yang mengalir. Namun, ada dua jenis darah yang dihalalkan, yaitu hati dan limpa. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Abu Abdullah Muhammad ibnu Idris Asy-Syafi’i, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Dihalalkan bagi kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah. Adapun dua jenis bangkai yaitu ikan dan belalang, dan dua jenis darah yaitu hati dan limpa.”

Baca Juga :  Mitos Desa Gondomayit - Kisah Misterius dari Hutan Jawa Timur

3. Pengharaman Daging Babi

Daging babi, baik yang jinak maupun yang liar, juga diharamkan untuk dikonsumsi, sebagaimana disebutkan dalam ayat ini. Larangan ini mencakup semua bagian dari babi, tanpa pengecualian.

4. Pengharaman Hewan yang Disembelih atas Nama Selain Allah

Hewan yang disembelih untuk selain Allah, seperti dipersembahkan kepada berhala atau makhluk lain, diharamkan untuk dimakan. Ibnu Katsir menekankan bahwa penyembelihan harus dilakukan hanya dengan menyebut nama Allah.

5. Pengharaman Hewan yang Mati karena Sebab Tertentu

Hewan yang mati karena tercekik, dipukul, terjatuh, tertanduk, atau diterkam binatang buas juga haram untuk dikonsumsi, kecuali jika hewan tersebut masih hidup dan sempat disembelih sebelum mati. Dalam situasi ini, penyembelihan yang tepat dapat membuat daging hewan tersebut halal.

6. Larangan Mengundi Nasib

Ibnu Katsir juga menafsirkan bahwa Allah melarang tindakan mengundi nasib dengan anak panah, yang dianggap sebagai bentuk takhayul dan tindakan yang tidak bertanggung jawab karena meletakkan takdir pada keberuntungan belaka.

7. Penyempurnaan Agama

Pada akhir ayat, Allah menyatakan bahwa Dia telah menyempurnakan agama-Nya untuk umat Islam dengan menurunkan syariat yang lengkap dan sempurna. Allah menjadikan Islam sebagai agama yang sempurna dan meridhai Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. Ibnu Katsir menekankan bahwa tidak ada yang halal atau haram selain yang telah ditetapkan oleh Allah, dan segala yang diberitakan oleh Nabi Muhammad SAW adalah benar dan tidak ada kebohongan di dalamnya.

Demikian tafsir Surah Al-Maidah ayat 3 menurut Imam Ibnu Katsir yang memberikan penjelasan mendalam tentang berbagai larangan dan kebaikan yang Allah berikan kepada umat Islam.

Tafsir Lengkap Surat Al-Baqarah Ayat 278 Menurut Kemenag RI

Pada pembahasan surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an, Hasiltani membahas tafsir lengkap surat Al-Baqarah ayat 278.

Bacaan Latin Surat Al-Baqarah Ayat 278:

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa żarụ mā baqiya minar-ribā ing kuntum mu`minīn

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”

Ayat ini melanjutkan pembahasan mengenai riba yang telah dimulai pada ayat-ayat sebelumnya. Ayat 275 membahas mengenai keadaan orang-orang yang memakan riba di dunia dan di akhirat, sementara ayat 276 menyebutkan pendidikan moral yang harus dilakukan oleh mereka yang terlibat dalam riba agar dapat membersihkan diri dari pengaruh buruknya.

Dalam ayat 278 ini, Allah SWT memberikan perintah tegas kepada orang-orang yang beriman untuk menghentikan praktek riba. Allah mengaitkan perintah untuk meninggalkan riba dengan ketakwaan, seolah-olah mengatakan, “Jika kamu benar-benar beriman, tinggalkanlah riba itu.” Artinya, apabila seseorang tidak menghentikan praktek riba, maka keimanannya dipertanyakan. Orang yang benar-benar beriman dan bertakwa tidak akan melakukan praktek riba, sebab perbuatan riba bertentangan dengan ketakwaan dan keimanan.

Baca Juga :  Wafatnya Habib Abdul Qodir Bin Abdurrahman Assegaf - Perjalanan Terakhir

Perintah ini mengandung pesan moral bahwa praktik riba tidak sejalan dengan keyakinan dan keimanan yang benar. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Tidak berzina seorang pezina dalam keadaan dia beriman.” (HR. al-Bukhari). Ini menunjukkan bahwa orang yang beriman tidak mungkin melakukan zina, begitu pula dengan riba. Orang yang benar-benar beriman akan menjaga diri dari dosa-dosa besar seperti riba.

Tafsiran ini juga menggarisbawahi bahwa iman tanpa amal saleh adalah iman yang lemah. Iman yang tidak mendorong seseorang untuk menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah, seperti riba, adalah iman yang belum meresap dalam hati. Oleh karena itu, iman yang demikian tidak akan menghasilkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

Inti Tafsir:

  • Perintah meninggalkan riba: Ditekankan bahwa orang yang beriman dan bertakwa tidak boleh terlibat dalam riba.
  • Iman dan praktek riba tidak bisa bersatu: Iman yang benar akan mencegah seseorang dari melakukan dosa besar seperti riba.
  • Iman yang tidak membuahkan amal saleh: Iman yang lemah tidak akan memberikan kebahagiaan atau keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Demikianlah penjelasan tentang pentingnya meninggalkan praktek riba sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 278.

Baca juga:

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an.

Perdebatan mengenai surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an menjadi salah satu kajian menarik dalam ilmu tafsir dan sejarah wahyu. Meski ada beberapa pendapat yang berbeda, baik Surah Al-Baqarah ayat 281, Surah Al-Maidah ayat 3, maupun Surah Al-Baqarah ayat 278, semuanya menyampaikan pesan yang sangat penting bagi umat Islam. Pesan-pesan dalam ayat-ayat tersebut menekankan pengharaman riba, penutupan syariat Islam dengan kesempurnaan agama, serta larangan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai keimanan.

Memahami ayat terakhir yang diturunkan dapat membantu umat Islam lebih mendalami pesan-pesan terakhir yang Allah SWT sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebelum wafatnya. Hal ini juga mengajarkan kepada kita pentingnya menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya demi keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Dengan demikian, apapun pendapat yang kita pegang mengenai surat terakhir yang diturunkan, intinya tetap pada pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh dan penuh ketakwaan.

Terimakasih telah membaca artikel surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an ini, semoga informasi mengenai surat terakhir yang diturunkan dalam Al-Qur’an ini bermanfaat untuk Sobat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *