Perbedaan Antara Mani Dan Madzi

Memahami Perbedaan Antara Mani dan Madzi – Hukum dan Cara Menyucikannya

Posted on

Hasiltani.id – Memahami Perbedaan Antara Mani dan Madzi – Hukum dan Cara Menyucikannya dalam Islam. Dalam ajaran Islam, memahami perbedaan antara mani dan madzi menjadi hal yang penting karena keduanya memiliki aturan yang berbeda dalam hal penyucian diri dan pengaruhnya terhadap ibadah.

Mani dan madzi adalah dua jenis cairan yang keluar dari kemaluan seseorang, namun mereka memiliki karakteristik dan hukum yang berbeda. Mani adalah cairan yang keluar dengan disertai rasa nikmat, sedangkan madzi adalah cairan yang keluar karena rangsangan syahwat namun tanpa kenikmatan.

Perbedaan ini tidak hanya mempengaruhi cara membersihkannya, tetapi juga kewajiban mandi junub dan wudhu. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai perbedaan antara mani dan madzi sangat penting bagi setiap Muslim dalam menjaga kesucian dan melaksanakan ibadah dengan benar.

Apakah Keluar Air Mani Harus Mandi Wajib

Sebelum membahas perbedaan antara mani dan madzi, Hasiltani membahas apakah keluar air mani harus mandi wajib.

Air mani, atau sperma, adalah cairan berwarna putih yang keluar dari kemaluan dan biasanya disertai dengan rasa nikmat serta dorongan syahwat. Meskipun air mani itu sendiri tidak najis, seseorang yang mengeluarkannya diwajibkan untuk mandi besar atau mandi junub. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri, di mana Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya mandi itu wajib karena keluarnya air mani,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jadi, jika muncul pertanyaan apakah harus mandi wajib setelah keluar air mani, jawabannya adalah ya, wajib.

Baca Juga :  Kata-Kata Motivasi Untuk Pengemban Dakwah yang Bagus dan Menarik

Jika air mani keluar saat sedang berpuasa, puasanya bisa batal, misalnya akibat berhubungan suami-istri atau melakukan onani. Namun, jika air mani keluar karena mimpi basah atau ketika sedang tidur, maka puasanya tidak batal, tetapi tetap diwajibkan untuk mandi besar.

Dalam hal berhubungan suami-istri di siang hari saat berpuasa, lelaki yang melakukannya diwajibkan membayar denda. Denda ini berupa:

  1. Mengganti puasa (qadha) yang batal setelah Ramadhan.
  2. Berpuasa selama 60 hari berturut-turut. Jika tidak mampu, ia harus memberi makan 60 orang miskin.

Sementara itu, untuk istri yang ikut dalam hubungan tersebut, ia hanya diwajibkan mengganti puasanya (qadha) di luar Ramadhan.

Untuk onani atau masturbasi, puasanya batal, dan orang tersebut harus mengganti puasanya di hari lain setelah Ramadhan.

Apakah Keluar Madzi Harus Mandi Wajib

Pada pembahasan perbedaan antara mani dan madzi, Hasiltani membahas apakah keluar madzi  harus mandi wajib.

Menurut Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Banda Aceh, jika air mani mengenai pakaian, disunahkan untuk mencucinya. Jika sudah mengering, sebaiknya dikikis dengan alat. Hal ini sesuai dengan hadits dari Aisyah ra yang berkata: “Saya pernah mengerik mani yang sudah kering yang menempel pada pakaian Rasulullah dengan kuku saya,” (HR. Muslim).

Sementara itu, madzi adalah cairan yang keluar dari kemaluan karena rangsangan syahwat. Cairan ini berwarna putih, bening, dan lengket, namun tidak keluar dengan memancar seperti mani dan tidak menyebabkan kelelahan.

Apakah keluar madzi harus mandi wajib? Madzi biasanya muncul ketika seseorang membayangkan atau memikirkan hubungan suami istri, atau ketika suami istri sedang bermesraan. Cairan ini bisa keluar tanpa disadari, dan tidak hanya terjadi pada laki-laki tetapi juga pada perempuan.

Baca Juga :  Keutamaan Menyambung Silaturahmi - Amalan Mulia

Banyak yang bertanya, jika keluar cairan bening apakah harus mandi wajib? Atau apakah keluarnya cairan tersebut membatalkan puasa? Menurut penjelasan dari Universitas Darussalam Gontor, madzi biasanya keluar sebelum mani dan termasuk najis ringan (mukhaffafah). Oleh karena itu, keluarnya madzi tidak mewajibkan mandi besar dan tidak membatalkan puasa.

Jika madzi mengenai tubuh, cukup dengan mencucinya. Jika terkena pakaian, cukup dengan memercikkan air pada bagian yang terkena madzi. Rasulullah ﷺ bersabda kepada seseorang yang pakaiannya terkena madzi: “Cukup bagimu mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan pada bagian pakaian yang terkena madzi tersebut,” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Perbedaan Mani dan Madzi

Berikut adalah perbedaan antara mani dan madzi:

1. Mani

Mani adalah cairan yang keluar dari kemaluan disertai dengan rasa nikmat. Cairan ini biasanya berwarna putih atau kekuningan, tebal, dan lengket. Keluar dengan memancar dan menyebabkan rasa lemas pada pria setelah keluarnya.

Keluarnya mani disertai kenikmatan, memancar dengan deras, dan aromanya ketika basah mirip mayang kurma atau adonan tepung, sedangkan ketika kering seperti aroma putih telur.

Mani tidak dianggap najis, tetapi orang yang mengeluarkannya harus mandi besar atau mandi junub untuk menyucikan diri.

Jika mani terkena pakaian, cukup dibasuh jika masih basah. Jika sudah kering, bisa dikikis atau dibersihkan dengan alat.

Berdasarkan hadits dari Aisyah RA, mani yang kering di pakaian Rasulullah ﷺ hanya dikerik, dan beliau tetap mengenakan pakaian tersebut untuk shalat (HR. Muslim).

2. Madzi

Madzi adalah cairan bening yang keluar dari kemaluan karena adanya rangsangan syahwat, seperti saat bermesraan atau membayangkan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan suami istri. Cairan ini keluar tanpa disadari, tidak memancar, tidak disertai rasa nikmat, dan tidak memiliki aroma khusus.

Baca Juga :  Mengenal Macam-Macam Nama Ratib dan Sejarahnya dalam Tradisi Islam

Madzi dianggap najis ringan (mukhaffafah), namun tidak memerlukan mandi besar. Hanya perlu dibersihkan dengan cara membasuh kemaluan dan berwudhu.

Apabila madzi mengenai tubuh, cukup membasuh kemaluan dan area yang terkena. Jika mengenai pakaian, cukup menuangkan air di area yang terkena.

Berdasarkan hadits Nabi ﷺ, orang yang mengeluarkan madzi cukup membasuh kemaluan dan berwudhu untuk bersuci (HR. Abu Dawud).

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang perbedaan antara mani dan madzi.

Sebagai penutup, memahami perbedaan antara mani dan madzi adalah hal penting bagi setiap Muslim dalam menjaga kesucian dan melaksanakan ibadah dengan benar. Mani, yang keluar dengan rasa nikmat, mengharuskan seseorang untuk melakukan mandi junub. Sedangkan madzi, yang keluar tanpa kenikmatan, cukup disucikan dengan membasuh kemaluan dan berwudhu.

Dengan mengetahui dan mengamalkan hukum-hukum yang berkaitan dengan keduanya, diharapkan umat Islam dapat menjaga kebersihan diri dan menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran serta ketaatan terhadap ajaran agama.

Terimakasih telah membaca artikel perbedaan antara mani dan madzi ini, semoga informasi mengenai perbedaan antara mani dan madzi ini bermanfaat untuk Sobat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *