Hasiltani.id – Perbedaan Takbir Mutlak (Umum) dan Muqoyyad (Khusus) – Waktu Pelaksanaan dan Keutamaannya. Takbir merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama pada momen-momen khusus seperti Hari Raya Idulfitri dan Iduladha. Dalam pelaksanaannya, takbir terbagi menjadi dua jenis, yaitu takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus). Keduanya memiliki keistimewaan dan waktu pelaksanaan yang berbeda-beda.
Takbir mutlak adalah takbir yang tidak terikat dengan waktu maupun kondisi tertentu. Takbir ini bisa diucapkan kapan saja, baik di pagi hari, sore hari, setelah atau sebelum shalat, bahkan di perjalanan. Takbir mutlak merupakan bentuk dzikir yang terus menerus dapat dilakukan sebagai ungkapan kebesaran Allah SWT.
Sedangkan takbir muqoyyad adalah takbir yang khusus diucapkan setelah shalat fardu selama hari-hari tertentu, seperti pada hari Arafah dan hari-hari Tasyrik. Takbir ini mengikat pelaksanaannya dengan waktu shalat, sehingga memiliki aturan yang lebih spesifik dibandingkan takbir mutlak.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai kedua jenis takbir ini, mulai dari pengertian, perbedaan, hingga waktu pelaksanaannya, sehingga dapat dipahami dan diamalkan dengan tepat sesuai tuntunan syariat.
Takbir Muqayyad dan Takbir Mutlak
Pada pembahasan takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus), dalam perayaan hari raya, terdapat dua jenis takbir, yaitu:
1. Takbir Muqayyad
Ini adalah takbir yang dibaca setelah shalat, biasanya dilakukan setelah shalat fardhu atau shalat lainnya terkait hari raya.
2. Takbir Mutlak atau Takbir Mursal
Berbeda dengan takbir muqayyad, takbir mutlak bisa dibaca kapan saja dan di mana saja. Takbir ini tidak terikat dengan waktu atau tempat, sehingga bisa dibaca di rumah, masjid, atau di perjalanan, baik pada siang maupun malam hari.
Takbir pada hari raya adalah salah satu bentuk syiar (simbol) Islam, sehingga disunnahkan untuk dilafalkan dengan suara yang keras. Takbir mutlak dianjurkan dibaca baik pada Idulfitri maupun Iduladha. Waktu dimulainya takbir mutlak adalah sejak matahari terbenam pada malam hari raya (malam Id) hingga imam memulai shalat Idulfitri atau Iduladha.
Bagi yang menunaikan ibadah haji, syiar yang dilakukan pada malam Iduladha adalah membaca talbiyah, bukan takbir.
Dalil tentang Takbir Idulfitri
Pada pembahasan takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus), Hasiltani membahas dalil tentang takbir Idulfitri.
Salah satu dalil untuk bertakbir pada Idulfitri adalah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 185, yang berbunyi:
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa Ramadhan) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Takbir pada Iduladha memiliki kesamaan dengan takbir Idulfitri, namun takbir pada malam Idulfitri lebih ditekankan. Sedangkan takbir muqayyad (takbir setelah shalat) tidak disunnahkan pada malam Idulfitri, menurut pandangan yang lebih kuat, karena tidak ada hadits dari Rasulullah SAW yang mendukungnya.
Takbir Muqayyad pada Iduladha
Pada pembahasan takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus), Hasiltani membahas takbir muqayyad pada Idul Adha.
Takbir muqayyad dianjurkan setelah shalat selama Iduladha. Para ulama sepakat bahwa takbir ini dimulai sejak shalat Subuh pada hari Arafah hingga shalat Ashar pada hari terakhir dari hari Tasyrik. Hal ini didukung oleh dalil dari sahabat-sahabat seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Ibnu Abbas.
Takbir muqayyad dianjurkan setelah semua jenis shalat, baik shalat wajib maupun sunnah, termasuk shalat rawatib (shalat sunnah yang mengikuti shalat wajib), shalat tahiyatul masjid, dan shalat-shalat lainnya yang punya sebab tertentu. Namun, takbir ini tidak dilakukan setelah sujud tilawah (sujud ketika membaca ayat sajdah) atau sujud syukur, karena keduanya bukan termasuk shalat.
Takbir muqayyad hanya dianjurkan pada lima hari khusus, yaitu hari Arafah, Iduladha, dan tiga hari Tasyrik. Jika seseorang lupa bertakbir setelah shalat, takbir tersebut tetap bisa dibaca meskipun sudah berlalu beberapa waktu.
Dalil-dalil yang Mendukung Takbir Hari Raya
Pada pembahasan takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus), Hasiltani membahas dalil-dalil yang mendukung takbir hari raya.
Di antara dalil yang mensyariatkan takbir pada hari raya adalah firman Allah dalam Al-Qur’an, seperti:
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah.” (QS. Al-Baqarah: 200)
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203)
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.” (QS. Al-Hajj: 28)
Dengan memahami jenis-jenis takbir dan dalil yang mendukungnya, kita dapat melaksanakan amalan ini sesuai dengan tuntunan agama, terutama dalam momen penting seperti Idulfitri dan Iduladha.
Waktu Takbir
Pada artikel takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus), Hasiltani juga membahas waktu takbir:
1. Waktu Takbir Mutlak
Disunnahkan untuk mengucapkan takbir mutlak mulai dari awal bulan Dzulhijjah hingga seluruh hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Waktunya dimulai sejak masuknya bulan Dzulhijjah, yaitu setelah terbenam matahari pada akhir bulan Dzulqa’dah, dan berakhir setelah matahari terbenam pada hari ketiga belas Dzulhijjah (hari terakhir dari hari Tasyrik).
2. Waktu Takbir Muqayyad
Takbir muqayyad dimulai sejak fajar pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga terbenam matahari pada hari terakhir Tasyrik (13 Dzulhijjah). Setelah selesai shalat fardu, dianjurkan untuk membaca takbir muqayyad yang diikuti dengan istighfar tiga kali, dan doa berikut:
“Allahumma Antas Salaam wa minkas salaam, tabaarakta ya dzal jalaali wal ikraam”
Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Maha Selamat. Dan dari-Mu keselamatan. Keberkahan datang dari-Mu, wahai Pemilik kemuliaan dan keagungan.”
3. Untuk Jamaah Haji
Jamaah haji mulai mengucapkan takbir setelah waktu Zuhur pada hari Nahr (10 Dzulhijjah), berbeda dengan mereka yang tidak berhaji.
Keutamaan Membaca Takbir
Pada pembahasan takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus), Hasiltani membahas keutamaan membaca takbir.
Ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dari membaca takbir, di antaranya:
1. Membawa Kebaikan dalam Hidup
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (No. 2072), dikisahkan ada seorang Arab Badui yang meminta Rasulullah SAW untuk mengajarkan dzikir. Rasulullah kemudian mengajarkan bacaan pujian kepada Allah SWT, yang meliputi takbir dan dzikir lainnya. Ketika dzikir ini dibaca, hidup kita akan menjadi lebih baik, karena dzikir membantu mendekatkan diri kepada Allah, sehingga memudahkan segala urusan hidup.
2. Menghapus Dosa
Merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad (No. 158), membaca takbir dapat membantu menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan. Apabila diiringi dengan dzikir lainnya, manfaatnya akan semakin besar dalam membersihkan diri dari dosa.
3. Memberikan Ketenangan Pikiran
Membaca takbir yang berarti “Allah Maha Besar” dapat membawa ketenangan dalam pikiran. Saat kita mengucapkan takbir, kita diingatkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT, dan tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Hal ini membantu kita merasa tenang dan percaya bahwa semua masalah ada dalam kuasa-Nya.
4. Memperkuat Ketaqwaan
Dengan sering membaca takbir dan dzikir lainnya, kita akan semakin dekat dengan Allah SWT. Seiring waktu, hal ini akan memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita, karena kita selalu mengingat-Nya dalam segala keadaan.
.5. Menyempurnakan Puasa Ramadhan
Setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, umat Islam dianjurkan untuk mengumandangkan takbir menjelang Hari Raya Idul Fitri. Membaca takbir, yang sering dipadukan dengan bacaan tahlil (Laa ilaha illallah), adalah bentuk penyempurnaan ibadah puasa yang kita jalani selama bulan Ramadhan.
Dengan membaca takbir secara rutin, kita akan semakin merasakan kedekatan dengan Allah SWT serta mendapatkan manfaat-manfaat spiritual yang sangat besar.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus).
Sebagai bagian dari syiar Islam, takbir memiliki kedudukan yang istimewa, terutama pada momen-momen besar seperti Idulfitri dan Iduladha. Dengan memahami perbedaan antara takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus), kita dapat melaksanakan amalan ini dengan lebih tepat dan penuh kesadaran.
Takbir mutlak memberikan kebebasan bagi setiap muslim untuk senantiasa mengagungkan Allah SWT di mana pun dan kapan pun selama hari-hari istimewa, tanpa terikat waktu dan tempat. Sementara itu, takbir muqoyyad merupakan bentuk dzikir yang lebih spesifik, diucapkan setelah shalat pada waktu-waktu tertentu, seperti pada hari Arafah dan hari Tasyrik.
Kedua jenis takbir ini, baik mutlak maupun muqoyyad, adalah sarana bagi kita untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan meraih keberkahan-Nya. Semoga dengan mengamalkan takbir sesuai dengan tuntunan syariat, kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah dan meraih keutamaan yang telah dijanjikan. Wallahu a’lam.
Terimakasih telah membaca artikel takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus) ini, semoga informasi mengenai takbir mutlak (umum) dan muqoyyad (khusus) ini bermanfaat untuk Sobat.