Hasiltani.id – Dzikir Hu Allah Tidak Sebaiknya Dibunyikan, Menurut Wali Qutbul Akwan – Berpotensi Menyebabkan Kemarahan. Dzikir merupakan salah satu bentuk ibadah yang telah mewarnai praktik keagamaan di berbagai budaya dan agama.
Di tengah beragamnya cara-cara dzikir yang ada, satu bentuk dzikir yang khusus dan memiliki makna mendalam adalah dzikir Hu Allah.
Dzikir ini, ketika dijalani dengan penuh ketulusan dan pemahaman yang benar, dapat menjadi pintu menuju kedalaman spiritual dalam diri.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci mengenai dzikir Hu Allah, kisah di baliknya, serta pentingnya menjalankannya dengan penuh kesadaran.
Terlebih lagi, kita akan mendengarkan pengajaran dari seorang Wali Qutbul Akwan yang terkenal, Ganjil Raja atau yang lebih dikenal sebagai Abah Guru Sekumpul, yang memberikan wawasan berharga mengenai praktik dzikir ini.
Mari kita menjelajahi makna dan manfaat dari Dzikir Hu Allah dalam perjalanan spiritual kita.
Mengenal Dzikir Hu Allah
Dzikir Hu Allah adalah sebuah praktik spiritual yang memiliki akar dalam berbagai tradisi keagamaan dan budaya di seluruh dunia.
Praktik dzikir ini mengajarkan manusia untuk merenungkan nama Allah, yang diwakili oleh kata “Hu,” dan menghubungkan diri dengan aspek spiritual dalam diri mereka.
Dzikir Hu Allah sering kali diajarkan dengan cara yang sederhana, di mana saat seseorang tarik nafas, mereka mengucapkan “Hu,” dan saat mereka hembuskan nafas, mereka mengucapkan “Allah.”
Namun, yang paling penting dalam dzikir ini adalah fokus pada makna dan perasaan yang mendalam yang terkait dengan setiap kata.
Praktik dzikir ini mendorong kesadaran dalam setiap tindakan bernafas, menghubungkan nafas manusia dengan kehadiran Ilahi. Banyak yang percaya bahwa melalui dzikir Hu Allah, seseorang dapat merasakan ketenangan, penyembuhan, dan hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan.
Dzikir Hu Allah memiliki kekuatan untuk membawa ketenangan dalam kehidupan sehari-hari, serta membantu individu dalam perjalanan spiritual mereka.
Praktik ini mengajarkan kita untuk menjaga suara dzikir ini dalam kedamaian hati, sehingga kita dapat merasakan kehadiran Ilahi dalam setiap aspek kehidupan kita.
Dengan mengenal lebih dalam Dzikir Hu Allah, kita dapat membuka pintu menuju kedalaman spiritual dalam diri kita sendiri, sambil menjaga kesederhanaan dan ketulusan dalam praktik ini.
Dzikir Hu Allah Tidak Sebaiknya Dibunyikan dan Manfaatnya
Ternyata, dzikir nafas “Hu Allah” seharusnya tidak dibunyikan, baik melalui kata-kata di lisan maupun dalam batin.
Hal ini ditegaskan oleh seorang Wali Qutbul Akwan bernama Ganjil Raja, yang juga dikenal sebagai Abah Guru Sekumpul.
Mari kita kembali ke masa lalu, ketika Abah Guru pernah mengajarkan dzikir nafas “Hu Allah”. Caranya adalah saat kita tarik nafas, kita ucapkan “Hu,” dan saat kita hembuskan nafas, kita ucapkan “Allah”.
Namun, yang perlu dicatat adalah bahwa dzikir ini seharusnya tidak diucapkan dengan suara keras, baik di lisan maupun di dalam hati. Sebaliknya, kita sebaiknya mendengarkan dan merasakan suara nafas kita sendiri seolah-olah mengucapkan “Hu” saat tarik nafas dan “Allah” saat hembuskan nafas.
Ketika dzikir ini dibunyikan dengan suara keras, baik secara verbal maupun dalam hati, ini dapat menyebabkan seseorang menjadi pemarah dan kehilangan gairah dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk dalam rumah tangga dan saat mengajar, demikian yang dijelaskan oleh Abah Guru Sekumpul.
Ingatlah suasana pengajian ini, yang terjadi sekitar awal tahun 2000-an dan dihadiri oleh artis Ineke Koesherawati.
Namun, menurut Muhibbin Abah Guru Sekumpul, yang juga dikenal sebagai Ahmad Yayak, dzikir ini cukup sulit dilakukan. Ini adalah dzikir yang sangat mendalam, sehingga lebih baik untuk mendengarkan dengan seksama suara Abah Guru sendiri ketika melakukan dzikir ini.
Menurutnya, dzikir ini memiliki manfaat yang besar untuk penyembuhan diri. Misalnya, jika seseorang merasa sakit di bagian tubuh tertentu, mereka dapat mengusap-usap area yang sakit sambil melakukan dzikir nafas ini.
Bahkan, dzikir nafas “Hu Allah” ini diyakini dapat menyembuhkan orang yang hampir lumpuh. Caranya adalah dengan menggenggam akar bahar dan menggosokkannya di ubun-ubun pasien sambil melakukan dzikir nafas.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Dzikir Hu Allah.
kita telah menggali kedalamannya Dzikir Hu Allah, sebuah praktik spiritual yang mengajarkan kita untuk menemukan ketenangan dalam sunyi diri.
Seperti yang telah disampaikan oleh Abah Guru Sekumpul, suara dzikir ini seharusnya tidak menggema di lisan atau di dalam hati kita, melainkan seolah-olah menjadi alunan suara yang hanya kita dengar sendiri.
Ketika kita menjalankan Dzikir Hu Allah dengan penuh penghayatan, kita membuka pintu menuju kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang memadukan nafas kita dengan keberadaan Ilahi.
Dalam kesederhanaannya, Dzikir Hu Allah mengajarkan kita untuk meresapi kehadiran Allah dalam setiap tarikan nafas dan hembusan napas kita. Hal ini tidak hanya membawa ketenangan dan kedamaian dalam diri, tetapi juga menjadi sumber kekuatan dan penyembuhan.
Mengamalkan Dzikir Hu Allah adalah sebuah perjalanan pribadi yang mendalam. Setiap orang dapat menjalankannya sesuai dengan kapasitas dan pemahaman pribadi mereka.
Namun, pesan utamanya adalah menjaga suara dzikir ini dalam kedamaian hati, sehingga ia dapat menjadi penuntun dalam perjalanan spiritual kita yang penuh makna.
Terlepas dari agama atau kepercayaan kita, Dzikir Hu Allah mengajarkan kita untuk meresapi keagungan dan kehadiran Ilahi dalam diri kita sendiri. Dan dengan itu, kita dapat menemukan kedamaian sejati dalam perjalanan spiritual kita yang tak berujung.
Terima kasih telah membaca artikel Dzikir Hu Allah ini, semoga informasi mengenai Dzikir Hu Allah ini bermanfaat untuk Sobat.