Hasiltani.id – Pengertian Huruf Nashab dan Contoh Bacaannya dalam Al-Quran. Pemahaman tentang huruf nashab atau dikenal juga sebagai amil nashob memiliki peran penting dalam analisis tata bahasa Arab.
Huruf nashab merupakan huruf atau amil yang berfungsi untuk menashabkan fiil mudhori’, yang memberikan pengaruh pada cara pembacaan atau penulisan fiil tersebut.
Dalam konteks ini, kita akan menjelaskan Pengertian Huruf Nashab dan Contoh penggunaannya dalam kalimat-kalimat Arab.
Mari kita telaah lebih lanjut konsep huruf nashab dan bagaimana mereka memengaruhi fiil mudhori’ melalui contoh-contoh yang konkret.
Apa Itu Huruf Nashab?
Pada pembahasan Pengertian Huruf Nashab dan Contoh, pengertian huruf nashab atau yang lebih dikenal sebagai amil nashob, merujuk pada huruf atau amil yang berperan dalam menashabkan fiil mudhori’.
Sebagai contoh, dalam kata يَجْلِسُ, ketika huruf nashob لَنْ ditambahkan, fiil mudhori’nya menjadi لَنْ يَجْلِسَ dan dibaca dengan nashob.
Fiil yang dapat menerima pengaruh huruf nashob hanya terbatas pada fiil mudhori’, karena fiil amar dan fiil madhi termasuk dalam kategori fiil mabni (fiil yang huruf akhirnya tidak akan berubah).
Tanda nashab pada fiil mudhori’ bervariasi; jika fiil mudhori’ memiliki akhiran yang benar, maka tanda nashabnya menggunakan fathah.
Jika fiil mudhori’ memiliki akhiran yang mu’tal, tanda nashabnya menggunakan hadzfu harfi illat (membuang huruf illat).
Sedangkan jika fiil mudhori’ bertemu dengan alif tatsniyah, ya muannatsah mukhotobah, dan wau jamak, tanda nashabnya adalah dengan membuang huruf nun.
Fiil mudhori’ pada dasarnya dibaca rofa selama tidak dipengaruhi oleh amil nawashib atau amil jawazim.
Jika salah satu amil nashab dimasukkan, fiil mudhori’ akan dibaca nashob, dan jika salah satu amil jazm dimasukkan, mudhori’ akan dibaca jazm.
Jumlah Huruf Nashab
Pada pembahasan Pengertian Huruf Nashab dan Contoh, setelah membahas mengenai Pengertian Huruf Nashab, berikut akan dijelaskan mengenai Jumlah Huruf Nashab.
Dalam Kitab Jurumiyah yang ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad bin Daud Ash-Shanhaji dijelaskan bahwa terdapat sepuluh amil atau huruf nasab.
- أن (an)
- لن (lan)
- إذن (idzan)
- كى (kai)
- لام كى (Lamu kai)
- لام جحود (Lam Juhud)
- حتى (Hatta)
- فاء جواب نفى أو طلب (Fa’ jawabnya nafi atau tholab)
- واو جواب نفى أو طلب (Wau jawabnya nafi atau tholab)
- أو (Au)
1. أن (an)
Dalam konteks bahasa Jawa, أن (an) memiliki makna “yentho” atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berarti “bahwa”. Dalam ilmu nahwu, huruf أن (an) memiliki beberapa fungsi, antara lain:
- أن (an) masdariyah
- أن (an) tafsiriyah
- أن (an) zaidah
- أن (an) yang menashabkan fiil mudhori’, termasuk dalam kategori أن (an) masdariyah. Fiil mudhori’ yang menerima pengaruh huruf أن (an) dan tidak terletak setelah af’al tayaqquniyah harus dibaca nashab, sebagai contoh, أعجبنى أن يضربَ زيد. Lafal يضربَ dibaca nashab karena terpengaruh oleh أن (an).
Jika أن (an) terletak setelah af’al tayaqquniyah, maka fiil mudhori’ wajib dibaca rofa.
Sebagai contoh:
علم أَنْ سَيَكُوْنُ منكم مرضى
Fiil mudhori’ yang berupa يَكُوْنُ terpengaruh oleh huruf nashob أن (an), namun tidak dibaca nashab karena terletak setelah af’al tayaqquniyah, yaitu pada lafal علم.
2. لن (lan)
Secara bahasa, لن (lan) berarti tidak. Fiil mudhori yang dipengaruhi oleh huruf lan pasti dibaca nashab. لن (lan) yang menashabkan fiil mudhori memiliki makna nafi mustaqbal, yang artinya menafikan maknanya mudhori pada zaman yang akan datang.
Contohnya:
لن نَبْرَحَ عَلَيْهِ عاكفين
Artinya: Kami tidak akan meninggalkannya (patung anak sapi) dan akan tetap menyembahnya.
Lafal نَبْرَحَ dinashabkan oleh لن yang membawa makna nafi mustaqbal.
3. إذن (idzan)
Secara harfiah, إذن (idzan) berarti jika begitu atau jika demikian. إذن (idzan) adalah huruf yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang disampaikan setelahnya adalah sebagai balasan dari sesuatu yang disampaikan sebelumnya.
Sebagai contoh:
يا علي أزورك غدا
Artinya: Wahai Ali, aku akan mengunjungimu besok, lalu Ali menjawab:
إذن أكرمَك
Artinya: Jika begitu, aku akan menghormatimu.
Lafal أكرمَك dibaca nashab karena dipengaruhi oleh إذن, sedangkan إذن merupakan respons dari ucapan أزورك غدا.
Fiil mudhari yang dibaca nashab karena dipengaruhi oleh إذن (idzan) harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:
- Fiil mudhori berupa zaman mustaqbal
- إذن (idzan) tidak berada di awal kalimat
- Antara fiil mudhari dan إذن (idzan) tidak ada lafadz yang memisahkan, meskipun boleh ada pemisah jika berupa huruf qasam.
4. كى (kai)
كى (kai) berfungsi sebagai huruf nashab dengan kesamaan fungsi masdariyah seperti أن (an) yang disebut كى (kai) masdariyah. Secara harfiah, كى (kai) memiliki arti “supaya”. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut:
جئتُ كَىْ أَقْرَأَ القرأنَ
Artinya: Aku datang supaya (untuk) membaca Al-Quran.
Lafal أَقْرَأَ dinashabkan oleh huruf nashab كَىْ masdariyah yang memiliki makna serupa dengan أن (an) masdariyah.
5. لام كى (Lamu kai)
Dalam konteks bahasa Jawa pesantren, لام كى (Lamu kai) diartikan sebagai “derapun yentho”. Menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia mungkin agak sulit, tetapi arti yang mendekati adalah “untuk” atau “supaya”.
Contoh penggunaan huruf nashab لام كى (Lamu kai) dalam kalimat fiil mudhari’:
جاءَ زيدٌ ليكتُبَ
Artinya: Zaid datang untuk menulis.
6. لام جحود (Lam Juhud)
Dalam bahasa Jawa, لام جحود (Lam Juhud) diartikan sebagai “marang”. Dalam praktiknya, makna ini juga sulit untuk diterapkan dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
ما كان زيد ليغْضَبَ
Artinya: pada dasarnya Zaid tidak akan marah.
7. حتى (Hatta)
Secara harfiah, حتى (Hatta) berarti “sehingga”. Fiil mudhari yang dipengaruhi oleh حتى (Hatta) pada dasarnya dinashabkan oleh أن (an) yang wajib dibuang. Contoh kalimat fiil mudhori’ yang dipengaruhi oleh حتى (Hatta) adalah:
مررتُ حتى أَدْخُلَ البلد
Artinya: Aku berjalan hingga memasuki desa (kota).
Lafal أَدْخُلَ dinashabkan oleh أن yang wajib dibuang karena terletak setelah حتى.
Selain berfungsi sebagai huruf nashab, حتى (Hatta) juga berperan sebagai huruf athof, huruf jar, dan huruf ibtida’ ketika digunakan sebagai awalan jumlah.
8. فاء جواب نفى أو طلب (Fa’ jawabnya nafi atau tholab)
فاء (fa) memiliki fungsi menashabkan fiil mudhori ketika bertindak sebagai jawabnya nafi atau tholab. Lihatlah kalimat berikut:
لا تَضْرِبْ زَيْدًا فيَغْضَبَ أَبُوه
Artinya: Janganlah engkau memukul Zaid, maka ayahnya akan marah.
Lafal يَغْضَبَ dibaca nashab karena terletak setelah فاء yang menjadi jawabnya tholab, yaitu lafadz لا تَضْرِبْ, dan yang menashabkan يَغْضَبَ adalah أن yang wajib dibuang karena terletak setelah فاء jawab.
9. واو جواب نفى أو طلب (Wau jawabnya nafi atau tholab)
واو (wau) memiliki fungsi menashabkan fiil mudhori ketika bertindak sebagai jawabnya nafi atau tholab. Perhatikan tulisan berikut ini:
لاَ تَسْمعْ و تَضْحَكَ
Artinya: Janganlah engkau mendengar beserta tertawa.
Lafal تَضْحَكَ dibaca nashab karena terletak setelah wau yang menjadi jawabnya tholab, yaitu lafadz لاَ تَسْمعْ, dan yang menashabkan تَضْحَكَ adalah أن yang wajib dibuang karena terletak setelah wau jawab.
10. أو (Au)
أو (au) secara bahasa dapat diartikan dengan makna “atau”. Dalam ilmu nahwu, أو selain berfungsi sebagai huruf nashab juga berperan sebagai huruf athof.
Fiil mudhori yang dinashabkan oleh أو pada dasarnya adalah fiil mudhori yang sebelumnya dinashabkan oleh أن (an) yang wajib dibuang. Tempat di mana أو (au) berada biasanya dapat diisi oleh huruf حتى atau إلاّ.
Contoh:
لأضربنّ الكافر أو يسلمَ
Artinya: Aku akan sungguh-sungguh memukul orang kafir kecuali dia masuk Islam.
Yang dimaksud أو يسلمَ memiliki arti yang sama dengan إلاّ أن يسلمَ.
Contoh Huruf Nashab Dalam Al-Quran
Pada pembahasan Pengertian Huruf Nashab dan Contoh, setelah membahas mengenai Pengertian Huruf Nashab dan jumlah huruf nashab, Hasiltani akan membahas mengenai contoh huruf nashab dalam ayat Al-Quran:
1. Surat Taha Ayat 91
Ayat ini menyatakan,
“قَالُوْا لَنْ نَّبْرَحَ عَلَيْهِ عٰكِفِيْنَ حَتّٰى يَرْجِعَ اِلَيْنَا مُوْسٰى.”
Artinya: Mereka menjawab, “Kami tidak akan meninggalkannya (patung anak sapi) (dan) tetap akan menyembahnya sampai Musa kembali kepada kami.”
كَنَبْرَحَ adalah fiil mudhori yang dinashabkan oleh “lan” dengan tanda nashab berupa fathah.
2. Surat Al-Baqarah Ayat 184
Ayat ini menyatakan,
“اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.”
Artinya: (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
تَصُوْمُوْا adalah fiil mudhori yang dinashabkan oleh “an masdar iyah” dengan tanda nashab berupa terbuangnya nun.
3. Surat Al-Anfal Ayat 33
Ayat ini menyatakan,
“وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ.”
Artinya: Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau (Nabi Muhammad) berada di antara mereka dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama mereka memohon ampunan.
لِيُعَذِّبَ adalah fiil mudhori yang dinashabkan oleh “Lam juhud” dengan tanda nashab berupa fathah.
4. Surat Annisak Ayat 167
Ayat ini menyatakan,
“اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَظَلَمُوْا لَمْ يَكُنِ اللّٰهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيْقًاۙ.”
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menunjukkan kepada mereka jalan apa pun.
لِيَغْفِرَ adalah fiil mudhori yang dinashabkan oleh “Lam juhud” dengan tanda nashab berupa fathah.
5. Surat Ali-Imran Ayat 92
Ayat ini menyatakan,
“لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ.”
Artinya: Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.
تَنَالُوا adalah fiil mudhori yang dinashabkan oleh “lan” dengan tanda nashab terbuangnya nun.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Pengertian Huruf Nashab dan Contoh.
Pemahaman tentang huruf nashab atau amil nashob menjadi landasan penting bagi para pelajar bahasa Arab.
Sebagai penutup artikel ini, kita dapat menyimpulkan bahwa huruf nashab memiliki peran vital dalam membentuk struktur kalimat Arab, khususnya dalam menentukan cara pembacaan fiil mudhori’.
Contoh-contoh yang telah dijabarkan memberikan gambaran yang jelas mengenai penggunaan huruf nashab dalam praktek sehari-hari.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan tentang tata bahasa Arab dan membantu pembaca untuk lebih memahami konsep huruf nashab serta penerapannya dalam kalimat Arab.
Dengan penguasaan yang baik terhadap huruf nashab, diharapkan pembaca dapat lebih percaya diri dalam membaca, memahami, dan menghasilkan kalimat-kalimat yang tepat dalam bahasa Arab.
Terimakasih telah membaca artikel Pengertian Huruf Nashab dan Contoh ini, semoga informasi mengenai Pengertian Huruf Nashab dan Contoh ini bermanfaat untuk Sobat.