Hamzah Washal

Perbedaan Hamzah Washal dan Hamzah Qatha Beserta Contohnya

Posted on

Hasiltani.id – Perbedaan Hamzah Washal dan Hamzah Qatha Beserta Contohnya. Bahasa Arab, sebagai salah satu bahasa klasik yang memiliki aturan dan struktur bahasa yang kaya, memiliki sejumlah fitur linguistik yang perlu dipahami dengan seksama.

Salah satu aspek yang memerlukan perhatian khusus adalah penggunaan hamzah washal. Hamzah ini, seringkali dianggap sebagai elemen pelengkap, memiliki peran penting dalam membantu pembacaan dan pemahaman makna kalimat.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang hamzah washal, mengidentifikasi perbedaan dengan hamzah qatha’, serta memberikan contoh konkret untuk memperkuat pemahaman kita.

Pemahaman yang mendalam tentang hamzah washal akan membantu para pembelajar Bahasa Arab memperkaya keterampilan membaca dan memahami teks berbahasa Arab dengan lebih baik.

Mari kita eksplorasi bersama dalam dunia fascinatif dari hamzah washal.

Definisi Hamzah Washal

Hamzah washal adalah penambahan hamzah pada awal kalimat yang memiliki harakat sukun atau mati. Tujuan dari penambahan hamzah ini adalah agar huruf pertama yang mati tersebut dapat dibaca dengan jelas.

Sebagai contoh, pada fiil “Amr” (فْتَحْ), karena huruf “fa’” berharakat sukun, maka sebenarnya tidak bisa dilafalkan. Oleh karena itu, agar dapat dibaca, hamzah washal didatangkan, sehingga kalimat tersebut menjadi “اِفْتَحْ iftah”.

Meskipun dalam lughat ammiyah (bahasa sehari-hari) dianggap sah-sah saja jika huruf awal dalam kalimat mati, namun dalam Bahasa Arab fusha (bahasa Arab yang lebih formal), hal ini tidak diperkenankan.

Menurut aturan bahasa yang fasih, setiap huruf pertama dalam kalimat harus diawali dengan huruf yang memiliki harakat hidup, seperti fathah, kasrah, atau dhommah.

Penamaan Hamzah Washal

Istilah “Washal” memiliki arti “sampai” atau “menyambung”. Terdapat perbedaan pendapat dalam penamaan hamzah ini, yakni hamzah washal.

Menurut Ahli Kufah, hamzah ini dinamakan washal karena memiliki fungsi menyambung. Artinya, hamzah ini gugur atau tidak dibaca, kemudian lafadz sebelumnya menyambung dengan lafadz setelahnya.

Di sisi lain, ulama’ Basrah berpendapat bahwa penamaan ini berasal dari fungsi hamzah washal yang membantu mutakkallim (pembicara) mengucapkan huruf yang mati yang berada di awal kalimat, sehingga huruf tersebut dapat terbaca dengan jelas.

Baca Juga :  Penjelasan Mengenai Ta’aluq dan Muta’allaq

Pembagian Hamzah Washal

Hamzah washal (همزة الوصل) dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sama’i dan Qiyasi.

Arti dari Sama’i atau Sima’i adalah bahwa hamzah washal ini diterima begitu saja dari bentuk aslinya, sehingga tidak dapat dianalogikan atau diubah.

Sementara Qiyasi, dapat dianalogikan melalui wazan atau pola tertentu.

Hamzah washal Sama’i terdapat pada 10 kalimah isim yang dirangkum dalam nazham Alfiyah Ibnu Malik:

“وَفِي اسْم ٍ اسْتٍ ابْن ٍ ابْنِم ٍ سُمِع … وَاثْنَيْنِ وَامْرِئِ وَتَأْنِيثٍ تَبْعَ”

“وَإِيْمُنُ همزُ أل كذا وَيُبْدَلُ … مدّاً فِي الاستفهام أو يُسَهِّلُ”

Sementara itu, hamzah washol Qiyasi terdapat pada:

  1. Fiil amr tsulasi mujarrad, seperti ارْحَمْ, اُكْتُبْ
  2. Fiil madhi, fiil amr, dan mashdar dari fiil khumasi, contohnya: اِنْدَرَجَ, اِنْدَرِجْ, اِنْدِرَاجًا
  3. Fiil madhi, fiil amr, dan mashdar dari fiil sudasi, contohnya اِسْتَغْفَرَ, اِسْتَغْفِرْ, اِسْتَغْفَارًا

Cara Membaca Hamzah Washal

Mengapa hamzah washal tidak dibaca? Hamzah ini tidak dibaca ketika berada di antara kalimat.

Itulah kaidahnya. Aturan hamzah washol menyatakan bahwa hamzah tersebut dibaca di awal kalimat, namun tidak dibaca di tengah-tengah kalimat.

Muncul pertanyaan, jika hamzah dibaca, maka itu berarti ia memiliki harakat hidup. Pertanyaannya kemudian adalah, harakat apa yang harus digunakan pada hamzah ini?

Kapan hamzah washal dibaca dengan harakat kasrah, kapan dibaca dengan harakat fathah, atau dhommah?

Secara umum, semua hamzah washol dibaca dengan harakat kasrah, kecuali beberapa yang dibaca dengan harakat fathah, seperti hamzahnya pada kata اَلْ.

Ada juga beberapa yang dibaca dengan harakat dhommah, seperti pada contoh hamzah washal pada kata اُكْتُبْ dan اُنْطُلِقَ.

Sebenarnya, terdapat 7 model bacaan hamzah ini. Namun, secara singkat, menurut Ulama Basrah, hamzah harus dibaca dengan harakat kasrah.

Sebagian hamzah dibaca dengan harakat fathah untuk meringankan, sementara beberapa lainnya dibaca dengan harakat dhommah untuk menyesuaikan dengan ‘ain fi’ilnya.

Penulisan Hamzah Washal

Menurut kaidah penulisan hamzah, jika hamzah berada di depan, maka seharusnya ditulis dalam bentuk alif. Hal ini juga berlaku untuk hamzah washal.

Meskipun demikian, sebaiknya hamzah ini ditulis tanpa adanya hamzah kecil di atas atau di bawah huruf alif.

Baca Juga :  Panduan Mendalam Mengidentifikasi Tanda-tanda Isim

Sebagai contoh, kurang tepat jika menulis إِسْتَغْفَرَ dengan hamzah kecil di bawah huruf (إ), padahal bentuk yang benar adalah اِسْتَغْفَرَ, yang merupakan bentuk murni dari huruf alif tanpa adanya hamzah kecil.

Jika dalam tulisan ditemukan penggunaan hamzah kecil, mungkin itu dimaksudkan agar pembaca mengetahui harakat apa yang disandang oleh hamzah tersebut.

Jika hamzah kecil berada di bawah huruf alif, itu berarti harakat kasrah. Sebaliknya, jika hamzah kecil berada di atas huruf alif, pembaca dapat mengartikannya sebagai harakat fathah atau dhommah.

Perbedaan Hamzah Washal dan Hamzah Qatha

Hamzah qatha’ (همزة القطع) adalah jenis hamzah yang tetap dibaca, baik itu berada di awal kalimat maupun di antara kalimat lainnya. Hamzah qatha’ ini dapat diartikan sebagai hamzah selain hamzah washal.

Perbedaan antara hamzah washal dan hamzah qatha’ terletak pada sifatnya. Hamzah washal merupakan hamzah ziadah, sedangkan hamzah qatha’ tidak termasuk dalam kategori hamzah ziadah. D

ari segi cara membacanya, hamzah washal tidak dibaca jika berada di tengah kalimat, sementara hamzah qatha’ tetap dibaca meskipun berada di posisi tengah kalimat.

Contoh Hamzah Washal

Sebagaimana aturan hamzah washal, hamzah ini ditulis dan dibaca hanya jika berada di awal kalimat. Namun, jika hamzah washal berada di antara kalimat, maka ia tetap ditulis namun tidak dibaca. Sebagai contoh, hamzah washal yang paling sering dijumpai dalam Alquran adalah ال.

Contoh penggunaan hamzah washal dalam Alquran antara lain adalah pada lafal:

الْحَمْدُ, رَبِّ الْعَالَمِينَ, الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Contoh penggunaan hamzah washal dalam fi’il amr:

اقْرَأْ, اهْدِنَا, وَاسْتَغْفِرْهُ, أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ

Namun, ada satu hal menarik, yaitu pada lafal Bismillahirrahmanirrahim, di mana hamzah washal pada kata اسم tidak dibaca dan tidak ditulis.

Seandainya mengikuti kaidah, penulisannya seharusnya بِاسْمِ اللَّهِ, tetapi karena ini merupakan ayat Alquran, maka ditulis sebagaimana diajarkan oleh Nabi, dan hal ini disebut sebagai taufiqiy.

Berbeda dengan isim-isim lainnya, hamzah washal tetap ditulis namun tidak dibaca, seperti pada:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ

Hamzah Washal dan Contohnya?

Hamzah washal adalah huruf hamzah yang ditambahkan di awal kalimat yang memiliki huruf awal mati atau dibaca sukun. Tujuannya adalah agar huruf awal yang mati tersebut dapat dibaca.

Baca Juga :  Cara Menulis Hamzah - Kunci Penting dalam Tata Bahasa Bahasa Arab

Sebagai contoh, lafazh نْصُرْ tidak dapat dibaca karena huruf awalnya mati, namun dengan penambahan hamzah washal, lafazh tersebut menjadi اُنْصُرْ yang dapat dibaca dan diucapkan sebagai “Ungsur.”

Perbedaan antara hamzah washal dan Qatha?

Hamzah washal adalah hamzah tambahan yang ditempatkan di awal kalimat untuk membantu pembacaan huruf awal yang mati. Dalam bacaan, hamzah washal tidak dibaca jika berada di tengah kalimat.

Sementara itu, hamzah qatha’ adalah jenis hamzah yang tetap dibaca, baik itu berada di awal maupun di tengah kalimat.

Perbedaan utama terletak pada sifatnya: hamzah washal adalah tambahan, sedangkan hamzah qatha’ bukan tambahan.

Dari segi bacaan, hamzah washal tidak dibaca jika berada di tengah kalimat, sedangkan hamzah qatha’ tetap dibaca tanpa terpengaruh oleh posisinya dalam kalimat.

Baca juga:

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang penjelasan lengkap mengenai Hamzah Washal.

Dalam perjalanan melalui pemahaman hamzah washal, kita telah menemukan keunikan dan peran pentingnya dalam memperkaya pengalaman berbahasa Arab.

Kemampuan hamzah washal untuk menghidupkan huruf awal yang mati, terutama di awal kalimat, memberikan dimensi baru dalam membaca dan memahami teks-teks klasik.

Perbedaannya dengan hamzah qatha’ menyoroti kompleksitas bahasa Arab yang indah.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang hamzah washal, diharapkan pembelajar Bahasa Arab dapat mengatasi tantangan membaca dan memahami teks Arab dengan lebih percaya diri.

Dalam penutup ini, mari kita terus giat mengeksplorasi keindahan dan kompleksitas bahasa Arab, karena setiap langkah yang diambil membawa kita lebih dekat pada penguasaan yang lebih baik atas bahasa yang memancarkan kekayaan sejarah dan budaya.

Semoga pengetahuan tentang hamzah washal ini menjadi landasan kuat bagi pengembangan kemampuan berbahasa Arab yang lebih mendalam dan luas.

Terimakasih telah membaca artikel Hamzah Washal ini, semoga informasi mengenai Hamzah Washal ini bermanfaat untuk Sobat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *