Hasiltani.id – Penjelasan dan Contoh Naibul Fail. Dalam struktur kalimat bahasa Arab, peran subjek dalam suatu kalimat pasif sering kali diemban oleh konsep “Na’ibul Fa’il.”
Na’ibul Fa’il merujuk pada kata benda atau isim yang menggantikan peran subjek dari suatu kata kerja pasif.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi contoh-contoh konkret dari penggunaan Na’ibul Fa’il dalam kalimat-kalimat Arab, dengan fokus pada dua jenis utama, yaitu “Na’ibul Fa’il Isim Dhamir” dan “Na’ibul Fa’il Isim Dhahir.”
Melalui pemahaman tentang konsep ini, pembaca dapat lebih mendalam dalam memahami struktur kalimat pasif dalam bahasa Arab dan memperkaya keterampilan berbahasa Arab mereka.
Mari kita telaah bersama contoh- contoh Naibul Fail yang menarik dan informatif dalam pembelajaran bahasa Arab.
Pengertian Na’ibul Fa’il
Sebelum membahas mengenai Contoh Naibul Fail, simak penjelasan mengenai Na’ibul Fa’il.
Istilah “Na’ibul fa’il” mengacu pada subjek dari kata kerja pasif dan berbeda dengan “fa’il,” yang merupakan subjek dari kata kerja aktif.
Sebagai contoh, dalam kalimat “Amar dipukul,” kata “Amar” disebut sebagai “na’ibul fa’il” karena berperan sebagai subjek dari kata kerja pasif, yaitu “dipukul.”
Kata kerja pasif ini juga dikenal sebagai “fi’il mabni majhul.” Oleh karena itu, untuk memahami konsep “na’ibul fa’il,” penting untuk terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan “fi’il mabni majhul.” Ini merupakan langkah pembelajaran yang sebaiknya diikuti.
Selanjutnya, bentuk “na’ibul fa’il” dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu “na’ibul fa’il isim dhamir” dan “na’ibul fa’il isim dhahir.”
Na’ibul fa’il berupa “isim dhamir” merujuk pada subjek yang menggunakan kata ganti atau dhamir. Sedangkan yang jenis “isim dhahir” merujuk pada bentuk “na’ibul fa’il” yang tidak menggunakan kata ganti (nomina) alias menggunakan isim “biasa.”
Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut, berikut adalah 10 contoh “na’ibul fa’il” dalam Surah Al-Baqarah dalam Al-Quran. Contoh-contoh ini khusus mengacu pada jenis “na’ibul fa’il isim dhahir.”
Pembentukan Naibul Fail
Dalam pembahasan Contoh Naibul Fail, apabila fi’il tersebut terdiri dari fiil madly, maka huruf awalnya didhamahkan dan huruf yang sebelum akhirnya dikasrahkan.
Sebaliknya, jika fi’ilnya terdiri dari fiil mudlori, maka huruf pertamanya didhamahkan dan huruf yang sebelum akhirnya difatahkan.
Dari penjelasan di atas, langkah pertama untuk membuat na’ibul fail adalah membentuk susunan fi’il, fail, dan marul bih.
Selanjutnya, hilangkan fail dan gantilah dengan marfu’ yang ditempatkan pada fail sambil dirafakan. Kemudian, fi’il harus dimabni mafulkan.
Cara untuk melakukan mabni mafulkan adalah sebagai berikut:
- Jika fi’il madly, dhamahkan huruf yang pertama dan kasrahkan huruf sebelum akhir. Contoh: قَتَلَ (qatala) berubah menjadi قُتِلَ (qutila).
- Jika fi’il mudlori, didhamahkan huruf yang pertama dan fatahkan huruf sebelum akhir. Contoh: يَضْرِبُ (yadribu) berubah menjadi يُضْرَبُ (yudrabu).
Contoh Naibul Fail dalam Al-Quran
Contoh Naibul Fail dalam Surah Al-Baqarah terdapat pada ayat 48:
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
Wattaqū yauman lā tajzī nafsun ‘an nafsin syay’an, wa lā yuqbalu minhā syafā’atun, wa lā yu’khadzu minhā ‘adlun, wa lā hum yunsharūna.
Artinya:
“Bertakwalah kalian pada hari ketika tidak ada seorang pun yang dapat membela orang lain sedikit pun; pada hari di mana permohonan syafaat dan tebusan dalam bentuk apapun tidak akan diterima; dan pada hari di mana tidak ada pertolongan yang akan diberikan kepada mereka,” (Surat Al-Baqarah ayat 48).
Oleh karena itu, sebelum menemukan “na’ibul fa’il”-nya, pastikan terlebih dahulu menemukan “fi’il mabni majhul”-nya. Pada ayat 48 dari Surah Al-Baqarah, terdapat dua “na’ibul fa’il isim dhahir,” yaitu Syafa’atun dan ‘adlun.
1. Syafa’atun (شَفاعَةٌ):
Kata “Syafa’atun” merupakan kalimat isim dhahir yang menjadi “na’ibul fa’il” dari fiil majhul “yuqbalu (يُقْبَلُ).” Dibaca dengan bentuk rafa atau marfu’. Arti dari “Syafa’ah” adalah pertolongan.
2. ‘Adlun (عَدْلٌ):
Kata “‘Adlun” juga merupakan kalimat isim dhahir sebagai “na’ibul fa’il” dari fiil majhul “yu’khadzu (يُؤْخَذُ).” Isim marfu’-nya adalah ‘adlun.
Contoh selanjutnya dari potongan ayat 61 adalah:
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ
Artinya:
Ingatlah ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya dengan satu jenis makanan saja. Maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami rezeki dari hasil bumi, seperti sayuran, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Musa menjawab, “Apakah kalian meminta yang buruk sebagai ganti dari yang baik? Pergilah ke suatu kota, di sana kalian akan mendapatkan apa yang diminta.” Namun, akibatnya mereka ditimpa oleh kehinaan, kemiskinan, dan mendapat murka dari Allah. Ini terjadi karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah, dan melakukan pembunuhan terhadap para nabi tanpa alasan yang benar. Semua itu terjadi karena mereka melanggar batas dan berbuat zalim.
Dalam potongan terakhir ayat ke-61 ini, contoh “na’ibul fa’il” adalah “ad-dzillatu.”
3. Dzillatu (الذِّلَّةُ):
Kata “Dzillatu” merupakan kalimat isim dhahir sebagai “na’ibul fa’il” dari fiil majhul “dzuribat (وَضُرِبَتْ).” Dzillatu memiliki bentuk marfu’. Arti dari “Dzillatu” adalah nista. Contoh ke-4 terdapat dalam ayat 86, berikut adalah teksnya:
أُولئِكَ الَّذِينَ اِشْتَرَوُا الْحَياةَ الدُّنْيا بِالْآخِرَةِ فَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذابُ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Letak “na’ibul fa’il”-nya terdapat pada lafadz “al ‘adzabu.”
4. ‘Adzabu (الْعَذابُ):
Lafaz “‘Adzabu” merupakan kalimat isim dhahir yang menjadi “na’ibul fa’il” dari fiil majhul “yukhaffafu (يُخَفَّفُ).” ‘Adzabu memiliki bentuk marfu’. Arti dari “‘Adzabu” adalah siksa. Contohnya terdapat pada ayat 108:
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْئَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
Contoh “na’ibul fa’il” dalam ayat ini adalah lafazh “Musa.”
5. Musa (مُوسَى):
Kata “Musa” merupakan kalimat isim dhahir sebagai “na’ibul fa’il” dari fiil majhul “su’ila (سُئِلَ).” Musa memiliki bentuk marfu’. Arti dari “Musa” adalah Nabi Musa AS. Contoh ke-6 dari “na’ibul fa’il” terdapat pada ayat 123:
وَاتَّقُوا يَوْمًا لا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلا تَنْفَعُها شَفَاعَةٌ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Contoh “na’ibul fa’il” pada ayat ini adalah ‘Adlun.
6. ‘Adlun (عَدْلٌ):
Keterangannya sama dengan nomor 2 di atas, hanya berbeda pada fiil majhulnya. Contoh ini adalah “na’ibul fa’il” dari fiil mabni majhul “yuqbalu (يُقْبَلُ).”
قُولُوا آمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Contoh “na’ibul fa’il” isim dhahirnya ada dua: Musa dan Nabiyyuna.
7. Musa (مُوسى):
Naibul fail dari lafazh “Musa” berasal dari fiil mabni majhul “utiya (أُوتِيَ).”
8. Nabiyyuna (النَّبِيُّونَ):
Sebagai na’ibul failnya adalah “utiya (أُوتِيَ).” Keduanya dibaca dengan bentuk rafa’ karena menjadi naibul fail. Contoh ke-9 terdapat dalam ayat 178:
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصاصُ فِي الْقَتْلى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّباعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَداءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اِعْتَدى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذابٌ أَلِيمٌ
Contoh “na’ibul fa’il” isim dhahirnya adalah “al Qishash.”
9. Qishashu (الْقِصاصُ):
Na’ibul fail isim dhahir ini berasal dari fiil mabni majhul “kutiba (كُتِبَ).” Qisas dibaca rafa’, begitu juga dengan lafadz “Syaiun.”
10. Syaiun (شَيْءٌ):
Lafadz “Syaiun” merupakan contoh “na’ibul fa’il” dari fiil majhul “ufiya (عُفِيَ).” Lafadz ini memiliki bentuk marfu’ karena menjadi na’ibul fa’il.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Contoh Naibul Fail.
Dengan melihat contoh- contoh Naibul Fail yang telah dijabarkan di atas, diharapkan pembaca dapat memahami secara lebih mendalam konsep subjek dalam kalimat pasif dalam bahasa Arab.
Penerapan Na’ibul Fa’il menjadi kunci untuk mengidentifikasi siapa atau apa yang melakukan aksi dalam suatu kalimat tanpa kehadiran kata kerja aktif.
Kesadaran terhadap peran Na’ibul Fa’il dalam struktur kalimat pasif dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berbahasa Arab pembaca.
Dalam mengasah kemampuan berbahasa Arab, praktik dan eksplorasi lebih lanjut terhadap contoh-contoh penggunaan Na’ibul Fa’il akan menjadi langkah yang efektif.
Seiring dengan itu, pemahaman terhadap konsep ini tidak hanya membantu dalam memahami teks-teks bahasa Arab, tetapi juga memperkaya keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks.
Dengan demikian, semakin banyak contoh Naibul Fail yang dipelajari, semakin terampil pembaca dalam memahami dan menggunakan bahasa Arab secara efektif.
Terimakasih telah membaca artikel Contoh Naibul Fail ini, semoga informasi mengenai Contoh Naibul Fail ini bermanfaat untuk Sobat.