Dhomir Muttasil dan Munfasil

Dhomir Muttasil dan Munfasil – Memahami Perbedaan dan Fungsinya

Posted on

Hasiltani.id – Dhomir Muttasil dan Munfasil – Memahami Perbedaan dan Fungsinya. Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa klasik memiliki fitur linguistik yang kaya, salah satunya adalah penggunaan dhomir (kata ganti) dalam struktur kalimat.

Dua jenis dhomir yang sering menjadi fokus perbincangan adalah dhomir muttasil dan munfasil. Kedua jenis ini memiliki perbedaan signifikan dalam fungsi dan penggunaannya, yang mendalam dan menarik untuk dijelajahi.

Dalam artikel ini, kita akan memandang lebih dekat pada Dhomir Muttasil dan Munfasil, memahami esensi perbedaan di antara keduanya.

Dari menjadi permulaan kalimat hingga peran dalam i’rob (inflection), serta bagaimana keduanya menyatu atau berdiri sendiri dalam rangkaian kalimat.

Mari kita telaah secara mendalam kekayaan makna dan penggunaan dari kedua jenis dhomir ini dalam konteks Bahasa Arab.

Penjelasan Isim Dhomir Muttasil dan Munfasil

Isim dhomir merupakan suatu jenis kata yang berfungsi sebagai kata ganti untuk orang yang berbicara (mutakallim), orang yang diajak bicara (mukhattab), atau objek yang tidak terlihat (ghaib), dan ia menggantikan posisi dari yang digantikannya.

Dalam istilah yang lebih sederhana, isim dhomir adalah kata yang menggantikan orang, benda, kepemilikan, atau kepunyaan.

Sebagai contoh, kata ganti orang seperti “saya”, “dia”, dan “kamu” termasuk dalam kategori isim dhomir, begitu pula kata ganti yang menunjukkan kepemilikan seperti “-nya” dan sejenisnya.

Pengertian Isim Dhomir Muttasil dan Munfasil

Isim dhomir muttasil adalah jenis isim dhomir yang tidak dapat digunakan sebagai permulaan kalimat (ibtida’) dan tidak dapat berada setelah kata “illa” (إلَاّ).

Sebagai contoh, isim dhomir ta’ (تَ) dan ha’ (هِمۡ) yang muncul pada ayat ke-7 dari surat Al-Fatihah:

Baca Juga :  Pemahaman Mendalam tentang 14 Dhomir Munfashil dan Contohnya

“صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ”

Sementara itu, isim dhomir munfasil adalah jenis isim dhomir yang dapat digunakan sebagai permulaan kalimat (ibtida’) dan dapat berada setelah kata “illa” (إلَاّ).

Sebagai contoh, isim dhomir “huwa” (هُوَ) yang muncul pada ayat ke-9 dari surat Al-Muzammil:

“رَّبُّ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ”

Artinya: “(Dia adalah) Tuhan dari timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia.” (Q.S. Al-Muzammil ayat 9)

Perbedaan Dhomir Muttasil dan Munfasil

Perbedaan mendasar antara isim dhomir muttasil dan munfasil terletak pada penempatannya dalam kalimat.

Isim dhomir muttasil tidak dapat menjadi permulaan kalimat, sementara isim dhomir munfasil dapat berfungsi sebagai permulaan kalimat.

Selanjutnya, perbedaan juga terlihat dalam aspek irob. Isim dhomir muttasil dapat memiliki irob manshub (dibaca nashab) atau majrur (dibaca jar), namun tidak dapat memiliki irob marfu’ (dibaca rofa’).

Di sisi lain, isim dhomir munfasil dapat memiliki irob marfu, manshub, namun tidak dapat memiliki irob majrur (dijarkan dengan huruf jar).

Perbedaan berikutnya terdapat dalam konteks rangkaian kalimat. Artinya, apakah isim dhomir dapat berdiri sendiri seperti dalam kalimat isim umumnya atau kalimat fiil, atau harus disambung dengan kalimat lain.

Dalam konteks rangkaian, isim dhomir muttasil harus terhubung atau terangkai dengan kalimat lain, baik itu kalimat isim, kalimat fiil, atau kalimat huruf.

Ini menunjukkan bahwa isim dhomir muttasil tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan dukungan kalimat lain untuk menyampaikan maknanya.

Contoh Dhomir Muttasil Dalam al Quran

Dhomir muttasil memiliki keterkaitan dengan kalimat isim, seperti contoh dhomir “ha” (هُم) dalam Al-Quran Surat Al-Mulk ayat 12:

“إِنَّ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُم بِٱلۡغَيۡبِ لَهُم مَّغۡفِرَةٌ وَأَجۡرٌ كَبِيرٌ”

Surat Al-Mulk ayat 12 ini diterjemahkan sebagai, “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”

Dalam konteks ini, dhomir “ha” (هُم) bersambung dengan kalimat isim yang memberikan informasi tentang orang-orang yang takut kepada Allah.

Baca Juga :  Apakah Huruf Athaf itu

Dhomir juga dapat bersambung dengan kalimat fiil, sebagai contoh, dhomir “ha” (هُم) dari kalimat fiil “سَأَلَهُمۡ,” dhomir “ha” (هَا) pada kalimat fiil “خَزَنَتُهَا,” dan dhomir “kaf” (كُمۡ) pada kalimat fiil “يَأۡتِكُمۡ.” Contoh ini dapat ditemukan dalam Al-Quran Surat Al-Mulk ayat 8:

“تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ ٱلۡغَيۡظِۖ كُلَّمَآ أُلۡقِيَ فِيهَا فَوۡجٌ سَأَلَهُمۡ خَزَنَتُهَا أَلَمۡ يَأۡتِكُمۡ نَذِيرٌ”

Ayat 8 Surat Al-Mulk ini dapat diterjemahkan sebagai, “Hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, ‘Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?’”

Dalam konteks ini, dhomir “ha” (هُم), “ha” (هَا), dan “kaf” (كُمۡ) bersambung dengan kalimat fiil yang menyampaikan peristiwa atau tindakan.

Dhomir muttasil juga dapat bersambung dengan kalimat huruf, seperti contoh dhomir “ha” (هِ) pada kata “بِهِ” (bihi).

Contoh ini dapat ditemukan dalam Al-Quran Surat Al-Mulk ayat 13:

“وَأَسِرُّواْ قَوۡلَكُمۡ أَوِ ٱجۡهَرُواْ بِهِ إِنَّهُۥ عَلِيمٌُ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ”

Artinya: “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (Surat Al-Mulk ayat 13) Dalam konteks ini, dhomir “ha” (هِ) bersambung dengan kalimat huruf “bihi” yang menunjukkan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya.

Selanjutnya, dhomir “ha” (هِمۡ) pada kata “عَلَيۡهِمۡ” dalam Surat Al-Fatihah ayat 7 juga merupakan contoh dhomir muttasil yang bersambung dengan kalimat huruf:

“صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ”

Artinya: “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

(Surat Al-Fatihah ayat 7) Dalam hal ini, dhomir “ha” (هِمۡ) bersambung dengan kalimat huruf “alayhim” yang menunjukkan kepada golongan yang telah diberi nikmat oleh Allah.

Kesimpulannya:

Ikhtisar perbedaan antara dhomir muttasil dan munfasil dapat dirinci menjadi tiga aspek utama:

1. Perbedaan dalam Segi Menjadi Permulaan Kalimat:

  • Dhomir Muttasil: Tidak dapat berfungsi sebagai permulaan kalimat. Contohnya adalah dhomir ta’ (تَ) dan ha’ (هِمۡ) pada Surat Al-Fatihah ayat 7.
  • Dhomir Munfasil: Dapat berfungsi sebagai permulaan kalimat. Contohnya adalah dhomir “huwa” (هُوَ) pada Surat Al-Muzammil ayat 9.
Baca Juga :  Pengertian Kalam dalam Ilmu Nahwu dan Pembagiannya

2. Perbedaan dalam Segi Bab I’rob:

  • Dhomir Muttasil: Dapat memiliki i’rob manshub (dibaca nashab) atau majrur (dibaca jar), namun tidak dapat memiliki i’rob marfu’ (dibaca rofa’).
  • Dhomir Munfasil: Dapat memiliki i’rob marfu, manshub, namun tidak dapat memiliki i’rob majrur (dijarkan dengan huruf jar).

3. Perbedaan dalam Segi Rangkaian Kalimat:

  • Dhomir Muttasil: Harus bersambung atau terangkai dengan kalimat lain, baik itu kalimat isim, fiil, atau huruf.
  • Dhomir Munfasil: Dapat berdiri sendiri atau bersambung dengan kalimat lain tanpa memerlukan dukungan kalimat yang kompleks.

Baca juga:

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Dhomir Muttasil dan Munfasil.

Dengan merampungkan pembahasan mengenai Dhomir Muttasil dan Munfasil, kita dapat menyimpulkan bahwa pemahaman mendalam terhadap perbedaan keduanya membuka jendela wawasan terkait struktur bahasa Arab.

Kesadaran akan kemampuan dhomir muttasil untuk tidak menjadi permulaan kalimat, sekaligus keterbatasannya dalam i’rob, memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana kata ganti ini memengaruhi konstruksi kalimat.

Di sisi lain, dhomir munfasil menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dalam penggunaannya sebagai permulaan kalimat dan dalam konteks i’rob.

Kemampuannya untuk bersambung dengan berbagai jenis kalimat membuktikan daya adaptasinya yang tinggi.

Sebagai pembelajar atau pemahami bahasa Arab, memahami perbedaan antara dhomir muttasil dan munfasil adalah langkah kunci menuju penguasaan yang lebih baik terhadap keindahan dan kompleksitas Bahasa Arab.

Dengan demikian, dalam perjalanan eksplorasi bahasa ini, pemahaman mendalam mengenai kedua jenis dhomir ini akan menjadi landasan kuat untuk menguasai dan mengaplikasikan bahasa Arab dengan lebih presisi dan elegan.

Terimakasih telah membaca artikel Dhomir Muttasil dan Munfasil ini, semoga informasi mengenai Dhomir Muttasil dan Munfasil ini bermanfaat untuk Sobat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *