Hasiltani.id – Arti Afwan Jiddan – Lebih dari Maaf. Afwan Jiddan, sebuah ungkapan dalam bahasa Arab yang tidak hanya sekadar arti maaf, tetapi juga membawa makna lebih dalam mengenai sifat kerendahan hati dan ketidak-sombongan.
Ungkapan ini seringkali digunakan sebagai respons terhadap ucapan terima kasih, tetapi memiliki konotasi yang melibatkan pengakuan akan keterbatasan dan kesadaran akan kekurangan dalam perbuatan baik yang dilakukan.
Dalam konteks ini, Afwan Jiddan mencerminkan sebuah nilai-nilai spiritual yang mengajarkan pentingnya rendah hati dan harapan akan kelimpahan nikmat yang disyukuri.
Mari kita telusuri lebih jauh makna dan filosofi di balik ungkapan Afwan Jiddan dalam artikel ini.
Arti Afwan Jiddan
Tidak jarang kita menemui kata “Afwan” dalam berbagai situasi, entah sebagai ungkapan maaf atau sebagai tanggapan atas permintaan maaf.
Kata ini sudah menjadi bagian dari keseharian kita, baik dalam pengucapan maupun pendengaran.
Asal-usulnya berasal dari bahasa Arab dan terdiri dari dua kata, yakni “afwan” dan “jiddan”, yang masing-masing memiliki makna tertentu.
Ketika kedua kata ini digabungkan, terbentuklah ungkapan “Afwan Jiddan” yang mengandung makna lebih mendalam.
Menurut Bahasa
Secara etimologis, dalam Bahasa Arab, kata “Afwan” bermakna “maaf”. Dalam studi bahasa Arab, “afwan” termasuk isim masdar, yang berasal dari kata-kata seperti ‘afaa (), ya’fu (), dan ‘afwan (), dengan arti keseluruhan yang menyiratkan makna pembebasan dari kesalahan atau dosa.
Referensi dari beberapa sumber, seperti Lisanul Arab, menjelaskan bahwa Al afwu diartikan sebagai tindakan memaafkan segala dosa atau kesalahan, serta pembebasan hukuman yang seharusnya diterima.
Pemahaman ini mencakup konsep pengampunan yang melibatkan pemberian kebebasan dari hukuman atas suatu tindakan yang salah.
Dalam Maqoyisul Lughah, Al Khaliil memberikan penjelasan tambahan terkait kata “afwan”, menyatakan bahwa ketika seseorang yang seharusnya menerima hukuman diberikan kebebasan, itu berarti telah memberikan maaf.
Terdapat nuansa bahwa pemberian maaf terkait dengan pembebasan dari hukuman hanya berlaku bagi mereka yang pantas untuk menerimanya, menyoroti pentingnya keadilan dalam konteks memberi maaf.
Menurut Kajian Morfologis
Berdasarkan analisis morfologis dari pakar bahasa, kata “afwan” diidentifikasi sebagai kata yang tidak berdiri sendiri.
Secara asal, “afwan” seharusnya didahului oleh kata “fi’il”, meskipun dalam praktiknya kata tersebut dihilangkan.
Jika “fi’il” tetap ada di awal kata “afwan”, maka akan membentuk kalimat “athlubu afwan”. Struktur kata ini seringkali digabungkan dengan kata-kata lain, menciptakan variasi makna yang lebih kaya, antara lain:
- ‘Afwan Jiddan: Mengandung makna “maaf sekali”.
- ‘Afwan Yaa Habibi: Menyiratkan “maaf, wahai kekasihku”.
- ‘Afwan Yaa Ukhti: Artinya “maaf, wahai saudariku”.
Penggunaan variasi ini memberikan nuansa dan konteks yang berbeda, memperkaya ekspresi dan memungkinkan penyampaian maaf dengan sentuhan yang lebih spesifik dan penuh makna dalam berbagai situasi.
Menurut Istilah
1. Al Fadhl (Kelebihan)
Dalam konteks lain, Afwan juga dapat diartikan sebagai kelebihan, sebagaimana terdapat dalam QS. Al Baqarah ayat 219 yang menyatakan:
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
Artinya: “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘yang lebih dari keperluan.’” (QS. Al Baqarah: 219).
Dari ayat tersebut, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Al Afwu memiliki makna “kelebihan dan kebutuhan keluargamu”.
2. Al Kastrah (Jumlah yang Banyak)
Beberapa tafsir, termasuk tafsir Ibnu Abbas RA, menginterpretasikan arti kata “afwan” berdasarkan QS. Al A’raf ayat 95 yang berbunyi:
ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّىٰ عَفَوْا
Artinya: “Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak.” (QS. Al A’Raf: 95).
Dari ayat tersebut, Ibnu Abbas menafsirkan bahwa ayat “حتى عفو” bermakna “sampai jumlah mereka dan harta mereka bertambah banyak”.
3. At Tark (Pembebasan)
Arti lain dari “afwan” dapat diambil dari tafsir ayat pada QS. Al Baqarah ayat 237 yang berbunyi:
وَإِنْ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلَّا أَنْ يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَ الَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ
Artinya: “Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu membebaskan atau dibebaskan oleh orang yang ikatan nikah ada di tangannya.” (QS. Al Baqarah 237).
Berdasarkan potongan ayat tersebut, Ad Dhahak memberikan penjelasan terhadap kata tertentu, yaitu إِلَّا أَنْ يَعْفُونَ.
Menurutnya, kata ini memiliki makna المرأة تترك الذي لها yang dapat diterjemahkan sebagai “Artinya: ‘Seorang istri yang membebaskan haknya.’”
Pemahaman serupa disampaikan oleh Mujahid, yang menjelaskan تترك المرأة شطرها berarti “Istri membebaskan separuh mahar yang menjadi haknya.”
Al Maghfirah Washshafhah (Ampunan dan Permaafan) Pengertian “afwan” sebagai ampunan atau permaafan dijelaskan oleh para ahli tafsir berdasarkan ayat dalam QS Al Imran ayat 158:
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا ۖ وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. Al Imran: 158).
Salah satu ahli tafsir yang menjelaskan tafsir kata “afwan” dalam konteks ini adalah Imam Ath Thabari.
Dalam mengomentari ayat ولقد عفا الله عنهم, beliau menyatakan, ولقد تجاوز الله عن عقوبة ذنوبهم فصفح لهم عنه, yang dapat diterjemahkan sebagai “Sesungguhnya Allah telah memaafkan hukuman dan dosa-dosa mereka, kemudian Allah memberi ampunan kepada mereka.” (Tafsir Ath Thabari).
Penggunaan Kata Afwan Jiddan
Penerapan kata “afwan” dan “afwan jiddan” dalam percakapan sehari-hari ternyata tidaklah sulit. Sama halnya ketika Sobat mengucapkan maaf apabila terjadi sesuatu.
Afwan tidak hanya digunakan untuk meminta maaf, melainkan juga dapat menjadi jawaban yang berarti “syukron”.
Berikut adalah contoh penggunaan kata “afwan” dan “afwan jiddan” dalam kehidupan sehari-hari:
A: Afwan (maaf), saya terlambat untuk menghadiri undangan. Ada sedikit masalah di perjalanan menuju ke lokasi.
B: Syukron (terima kasih), selalu menjadi sahabat yang membantu saya menyelesaikan setiap masalah yang ada.
A: Afwan saudariku.
A: Afwan jiddan (maaf sekali) saya tidak bisa menghadiri pernikahanmu. Namun selalu saya lantunkan doa terbaik untukmu dan keluargamu.
B: Iya tidak apa-apa, syukron atas doa dan bantuan yang telah diberikan.
Dalam situasi-situasi tersebut, kata-kata afwan dan afwan jiddan digunakan secara alami sebagai ungkapan maaf dan rasa terima kasih.
Selain sebagai permintaan maaf, afwan juga disematkan sebagai respons positif terhadap ucapan syukur.
Jawaban Afwan
Bagaimana seharusnya kita merespons ketika seseorang mengucapkan kata “Afwan”? Jawabannya dapat berupa “Labasa”, yang bermakna “tidak apa-apa”.
Alternatifnya, kita juga dapat menambahkan kata “na’am” sehingga menjadi “na’am labasa”, yang artinya “iya, tidak apa-apa”.
Mengapa seringkali ucapan “syukron” (terima kasih) dijawab dengan kata “afwan”? Meskipun “afwan” memiliki arti dasar “maaf”, namun pemilihan kata ini sebagai respon terhadap ucapan terima kasih memiliki makna yang lebih mendalam.
Ketika seseorang mengucapkan terima kasih atas bantuan yang kita berikan, kita membalasnya dengan kata “afwan”.
Meskipun secara literal artinya adalah “maaf”, namun jika dipahami lebih dalam, “afwan” sebenarnya mengajarkan tentang sifat kerendahan hati atau ketidak-sombongan.
Respon “afwan” mencerminkan sikap rendah hati kita terhadap kebaikan yang telah kita berikan kepada orang lain.
Ini adalah sikap yang mengajarkan bahwa kita tidak seharusnya memiliki sikap sombong terkait bantuan atau pertolongan yang kita berikan.
Afwan menggambarkan kesadaran bahwa pertolongan yang kita lakukan masih jauh dari kesempurnaan.
Ada kemungkinan masih terdapat kekurangan atau ketidaksempurnaan dalam tindakan baik yang kita lakukan.
Oleh karena itu, penggunaan balasan “afwan” terhadap ucapan syukron menjadi sebuah bentuk pengakuan akan keterbatasan kita.
Selain itu, ada pandangan yang menyatakan bahwa “afwan” juga dapat diartikan sebagai harapan agar nikmat yang disyukuri diperbanyak.
Dalam konteks ini, “afwan” tidak hanya berarti “maaf” atau pengakuan akan kekurangan, tetapi juga merupakan doa agar kebaikan dan nikmat yang telah diterima dapat terus dilimpahkan.
Selain itu, “afwan” juga mencerminkan sikap merendahkan diri yang tidak merasa perlu mendapatkan penghormatan atau ucapan syukur, karena yang patut mendapatkan syukur hanyalah Allah SWT.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Afwan Jiddan.
Dalam rangka mengakhiri pembahasan mengenai Afwan Jiddan, kita dapat menyimpulkan bahwa ungkapan ini bukan sekadar jawaban untuk permintaan maaf atau ucapan terima kasih.
Afwan Jiddan mengandung makna yang lebih mendalam, membawa kita pada kesadaran akan keterbatasan diri, sifat rendah hati, dan harapan akan kelimpahan nikmat yang kita syukuri.
Dalam hubungan antarmanusia, Afwan Jiddan mengajarkan kita untuk tidak hanya berterima kasih, tetapi juga meresapi dan mengakui setiap kebaikan dengan penuh kerendahan hati.
Semoga pemahaman mengenai Afwan Jiddan dapat membawa nilai-nilai positif dalam interaksi sehari-hari, memperkuat ikatan antarindividu, dan merajut hubungan yang penuh dengan sikap rendah hati dan penghargaan.
Terimakasih telah membaca artikel Afwan Jiddan ini, semoga informasi mengenai Afwan Jiddan ini bermanfaat untuk Sobat.