Asbabun Nuzul Surah Al-Fajr

Asbabun Nuzul Surah Al-Fajr – Bacaan dan Isi Kandungan

Posted on

Hasiltani.id – Asbabun Nuzul Surah Al-Fajr – Bacaan dan Isi Kandungan.Surah Al-Fajr adalah salah satu surah dalam Al-Qur’an yang tergolong dalam kelompok surah Makkiyah, yang diturunkan di Mekkah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Surah ini terdiri dari 30 ayat dan termasuk dalam Juz 30. Nama “Al-Fajr” diambil dari kata pertama surah ini, yang berarti “Fajar”, mengacu pada awal pagi yang penuh berkah dan cahaya.

Untuk memahami lebih dalam tentang konteks dan makna Surah Al-Fajr, penting untuk mengetahui asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya surah ini. Asbabun nuzul Surah Al-Fajr memberikan wawasan tentang latar belakang historis dan situasi sosial yang melatarbelakangi wahyu ini. Pengetahuan tentang asbabun nuzul membantu kita dalam menafsirkan dan mengaplikasikan ajaran surah ini dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai faktor yang menyebabkan turunnya Surah Al-Fajr. Kita akan membahas bagaimana wahyu ini datang dalam konteks penegasan dan peringatan kepada umat manusia mengenai azab dan balasan bagi mereka yang tidak mengikuti perintah Allah. Selain itu, kita akan mengkaji hubungan antara Surah Al-Fajr dengan peristiwa-peristiwa penting dan keadaan masyarakat pada masa itu, sehingga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pesan-pesan yang terkandung dalam surah ini.

Bacaan Surat Al-Fajr

Sebelum membahas asbabun nuzul Surah Al-Fajr, Hasiltani akan membahas bacaan surat al-fajr dalam teks arab, latin dan terjemahannya.

Berikut adalah bacaan surat al-fajr dalam teks arab, latin dan terjemahannya:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

Bismillahi r-Rahmani r-Rahim

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”

وَالْفَجْرِ
Wal-fajr
“Demi fajar,”

وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Walayaalin ‘ashr
“Demi malam yang sepuluh,”

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
Wasy-shaf’i wal-watr
“Demi yang genap dan yang ganjil,”

وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
Wal-layli idza yasr
“Demi malam apabila berlalu,”

هَلْ فِي ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِي حِجْرٍ
Hal fii dhalika qasamun lidzi hijr
“Adakah pada yang demikian itu terdapat sumpah bagi orang-orang yang berakal?”

Baca Juga :  Dua Tanduk Setan yakni Ajaran Wahabi dan Syiah Pendapat Abah Guru Sekumpul

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ
Alam tara kayfa fa’ala rabbuka bi ‘Ad
“Tidakkah engkau (Muhammad) memerhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad,”

إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
Iram dhat il-imad
“(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,”

الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ
Allati lam yukhlaq mitsluha fil-bilad
“Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,”

وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ
Wathamuudalladhina jaabu as-sakhra bil-waad
“Dan terhadap kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,”

وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ
Wa fir’auna dhi al-awtad
“Dan Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar),”

الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ
Alladhina taghaw fi al-bilad
“Yang melampaui batas di negeri-negeri itu,”

فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ
Fa aktharu fiha al-fasad
“Lalu mereka banyak berbuat kerusakan dalam negeri itu,”

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سُوءَ عَذَابٍ
Fa sabba ‘alayhim rabbuka su’u ‘adhab
“Karena itu Tuhanmu menimpakan cemeti azab kepada mereka,”

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
Inna rabbaka labih mirsad
“Sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi.”

فَأَمَّا الْإِنسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّيٓ أَكْرَمَنِي
Fa amma al-insanu idza mabtalaahu rabbuhu fa akramahu wa na’amahu fa yaquulu rabbi akramani
“Maka adapun manusia, jika Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan menikmatkannya, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku.’”

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّيٓ أَهَانَنِي
Wa amma idza mabtalaahu faqadara ‘alayhi rizqahu fa yaquulu rabbi ahanani
“Tapi jika Tuhan mengujinya, membatasi rezekinya, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah menghinakanku.’”

كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
Kalla bal la tukrimuna al-yatim
“Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim,”

وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Wa la tahazzuna ‘ala ta’ami al-miskin
“Dan kamu tidak saling mengajak untuk memberi makan orang miskin,”

وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَّمًّا
Wa ta’kuluna at-turatha aklan lamma
“Sedangkan kamu memakan harta warisan dengan mencampurkan (yang halal dan yang haram),”

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
Wa tuhibbuna al-mala hubban jamma
“Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.”

كَلَّا إِذَا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا
Kalla idza dukkat al-ardu dakkam dakkam
“Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut,”

Baca Juga :  Ratib Al-Haddad Agar Panjang Umur beserta Keutamaan Ayat Kursi

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا صَفًّا
Wa ja’a rabbuka wal-mala’ikatu saffan saffan
“Dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris,”

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ
Wa ji’a yawma’idin bijahannam
“Dan di hari itu diperlihatkan Jahannam,”

يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ
Yawma’idin yatadhakkaru al-insanu wa annna lahuz-dzikra
“Pada hari itu manusia sadar, padahal tidak berguna lagi bagi mereka kesadaran itu.”

يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
Yaqulu ya laitanī qaddamtu lihayati
“Dia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.’”

فَيَوْمَئِذٍ لَا يُعَذِّبُ عَذَابَهُ أَحَدٌ
Fa yawma’idin la yu’adhdhibu ‘adhabahu ahad
“Maka pada hari itu tidak ada seorangpun yang mengazab seperti azab-Nya,”

وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُ أَحَدٌ
Wa la yu’itsiqu wathaqahu ahad
“Dan tidak ada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.”

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
Yaa ayyatuhan nafsul muthma’innah
“Wahai jiwa yang tenang!”

ارْجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً
Irji’ii ilaa rabbiki raadiyyatan mardhiyyah
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.”

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
Fadhulii fii ‘ibaadii
“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,”

وَادْخُلِي جَنَّتِي
Wadhulii jannatii
“Dan masuklah ke dalam Surga-Ku.”

Kandungan Surah Al-Fajr

Pada pembahasan asbabun nuzul Surah Al-Fajr, Hasiltani membahas isi kandungan surat Al-Fajr.

Berikut adalah pelajaran yang bisa diambil dari kandungan Surah Al-Fajr:

  1. Allah bersumpah bahwa azab bagi orang-orang kafir tidak bisa dihindari.
  2. Surah ini memberikan contoh tentang umat-umat yang telah dibinasakan karena azab dari Allah.
  3. Kenikmatan atau bencana yang dialami manusia bukanlah tanda penghormatan atau penghinaan dari Allah, melainkan merupakan ujian.
  4. Surah ini mencela orang-orang yang tidak memelihara anak yatim dan enggan memberi makan kepada fakir miskin.
  5. Kecaman juga ditujukan kepada mereka yang memakan harta warisan secara tidak sah dan orang-orang yang mencintai hartanya secara berlebihan.
  6. Malapetaka yang akan menimpa orang-orang kafir pada hari kiamat.
  7. Orang-orang yang memiliki jiwa tenang akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT.

Asbabun Nuzul Surah Al-Fajr

Surah Al-Fajr diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan riwayat Ibnu Abi Hatim yang mengutip dari Buradah, surah ini diwahyukan terkait dengan Hamzah, yang gugur sebagai syahid.

Baca Juga :  Doa Hari Selasa Pagi Arab Latin dan Artinya - untuk Memohon Berkah

Riwayat lain dari Ibnu Abi Hatim, melalui Juwaibir dan Ad-Dlahak yang bersumber dari Ibnu Abbas, menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang membeli sumur Rumat untuk memenuhi kebutuhan air, semoga Allah mengampuni dosanya.” Utsman bin Affan kemudian membeli sumur tersebut. Nabi SAW bertanya kepada Utsman, “Apakah engkau rela sumur ini menjadi sumber air bagi semua orang?” Utsman menyetujuinya. Kemudian Allah menurunkan ayat ini (Surah Al-Fajr ayat 27) sebagai pujian atas sikap dermawan Utsman.

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang asbabun nuzul Surah Al-Fajr.

Dalam memahami Al-Qur’an, mengetahui asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya sebuah surah sangatlah penting untuk mendapatkan konteks yang benar. Surah Al-Fajr, dengan tema dan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, tidak terlepas dari latar belakang historis dan situasional saat wahyu ini diturunkan. Asbabun nuzul Surah Al-Fajr membantu kita memahami motivasi dan tujuan di balik wahyu ini, serta bagaimana ajaran-ajarannya relevan dengan keadaan umat pada masa itu.

Surah Al-Fajr menegaskan pentingnya kesadaran akan kekuasaan Allah, serta peringatan terhadap azab bagi mereka yang tidak mengikuti petunjuk-Nya. Dengan mengetahui sebab-sebab turunnya surah ini, kita dapat lebih memahami perintah dan larangan Allah, serta menerapkan ajaran-Nya dengan lebih tepat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semoga dengan mempelajari asbabun nuzul Surah Al-Fajr, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran berharga untuk memperkuat iman dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Mengaplikasikan pesan-pesan dalam surah ini diharapkan dapat membantu kita menjadi hamba yang lebih baik, menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan kebesaran Allah, dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama.

Terimakasih telah membaca artikel asbabun nuzul Surah Al-Fajr ini, semoga informasi mengenai asbabun nuzul Surah Al-Fajr ini bermanfaat untuk Sobat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *