Hasiltani.id – Asbabun Nuzul Surah Al Muthaffifin – Arab, Latin dan Terjemahan. Asbabun Nuzul, atau sebab-sebab turunnya ayat-ayat suci Al-Quran, adalah salah satu aspek penting dalam memahami dan menggali makna mendalam dari ajaran Islam.
Setiap surah dalam Al-Quran memiliki konteks historis dan situasi tertentu yang melatarbelakanginya, dan memahami Asbabun Nuzul adalah kunci untuk mengungkapkan pesan-pesan ilahi yang terkandung di dalamnya.
Salah satu surah yang memiliki Asbabun Nuzul yang sangat menarik dan relevan adalah Surah Al-Muthaffifin.
Surah ini turun di zaman Nabi Muhammad SAW saat beliau tiba di Madinah, dan memiliki kaitan erat dengan perilaku curang dalam perdagangan dan pengukuran yang menjadi perhatian utama pada saat itu.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi Asbabun Nuzul Surah Al Muthaffifin dengan lebih mendalam, mengeksplorasi latar belakang historisnya, serta menarik pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil dari surah ini dalam konteks kehidupan modern.
Mari kita bersama-sama memahami pesan-pesan yang terkandung dalam surah ini dan bagaimana mereka relevan bagi kita saat ini.
Pengertian Asbabun Nuzul
Sebelum kita masuk ke dalam analisis lebih mendalam tentang asbabun nuzul Surah Al Muthaffifin, mari kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan konsep ini.
Asbabun nuzul adalah istilah dalam bahasa Arab yang secara harfiah berarti “sebab-sebab turunnya.”
Ini merujuk pada konteks sejarah atau kejadian-kejadian khusus yang memicu turunnya suatu ayat atau surah dalam Al-Quran.
Penyebab Diturunkannya Surah Al Muthaffifin
Dalam Asbabun Nuzul Surah Al Muthaffifin, Asbabun nuzul surah Al Muthaffifin adalah ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, dan orang-orang Madinah terkenal karena sering melakukan penipuan dalam takaran dan timbangan.
Tindakan curang yang dilakukan oleh penduduk Madinah menjadi penyebab diturunkannya surah Al Muthaffifin.
Namun, setelah turunnya surah ini, mereka berhenti dari perbuatan curang tersebut dan mulai berlaku adil dalam mengukur dan menimbang.
Surah Al Muthaffifin juga diturunkan ketika Anas bin Malik ra menerima tamu-tamu di rumah Abu Thalhah pada hari di mana khamar dinyatakan haram.
Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan hadits yang sahih, yang berasal dari Ibnu Abbas ra.
Ibnu Abbas ra menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, penduduk Madinah terkenal karena sering melakukan penipuan dalam takaran dan timbangan.
Kemudian Allah menurunkan ayat pertama dari surah Al Muthaffifin. Setelah turunnya ayat ini, mereka berhenti dari perbuatan curang tersebut dan mulai berlaku adil dalam mengukur dan menimbang.
Ada juga hadits dari Anas bin Malik ra yang menceritakan bahwa pada hari di mana khamar dinyatakan haram, ia sedang memberi minum para tamu di rumah Abu Thalhah. Saat itu, seseorang tiba-tiba berseru.
Abu Thalhah berkata, “Keluarlah dan lihat apa yang sedang terjadi!” Anas pun keluar, dan ternyata seseorang sedang mengumumkan, “Ketahuilah bahwa khamar telah dinyatakan haram.”
Khamar pun mengalir di jalan-jalan Madinah. Abu Thalhah berkata kepada Anas, “Keluarlah dan tumpahkan khamar itu!” Anas pun melaksanakan perintah tersebut dengan menuangkan khamar tersebut. (HR Muslim, 3662).
﷽.
اَلْمُطَفِّفِيْن
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَ ١
Wailul lilmuthaffifiin
الَّذِيْنَ إِذَا اكْتَالُوا۟ عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَ ٢
Alladziina idzak taaluu ‘alannasi yastaufuun
وَإِذَا كَالُوْهُمْ أَو وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ ٣
Wa idzaa kaaluuhum awwazanuuhum yukhsiruun
أَلَا يَظُنُّ أُولٰٓئِكَ أَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ ٤
Alaa yadzunnu ulaaika annahum mab’uutsuun
لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ ٥
Liyaumin ‘adziim
يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٦
Yauma yaquumun naasu lirobbil ‘aalamiin
كَلَّآ إِنَّ كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِى سِجِّيْنٍ ٧
Kallaa inna kitaabal fujjaari lafii sijjiin
وَمَآ أَدْرٰىكَ مَا سِجِّيْنٌ ٨
Wamaa adraakamaa sijjiin
كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌ ٩
Kitaabum marquum
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ ١۰
Wailuy yauma idzil lil mukadzdzibiin
الَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ ١١
Alladziina yukadzdzibuuna biyaumid diin
وَمَا يُكَذِّبُ بِهٖۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ ١٢
Wamaa yukadzdzibu bihii illaa kullu mu’tadin atsiim
اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ ١٣
Idzaa tutlaa ‘alaihi aayaatunaa qaala asaathiirul awwaliin
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُوْنَ ١٤
Kallaa bal raana ‘alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun
كَلَّآ إِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَ ١٥
Kallaa innahum ‘arrabbihim yauma idzil lamahjuubuun
ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيْمِ ١٦
Tsumma innahum lashaalul jahiim
ثُمَّ يُقَالُ هٰذَا الَّذِى كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَ ١٧
Tsumma yuqaalu haadzal ladzii kuntumm bihii tukadzdzibuun
كَلَّآ إِنَّ كِتٰبَ الْأَبْرَارِ لَفِى عِلِّيِّيْنَ ١٨
Kallaa inna kitaabal abraari lafii ‘illiyyiin
وَمَآ أَدْرٰىكَ مَا عِلِّيُّوْنَ ١٩
Wamaa adraakamaa ‘illiyyiin
كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌ ٢۰
Kitaabumm marquum
يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُوْنَ ٢١
Yasyhaduhul muqarrabuun
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِى نَعِيْمٍ ٢٢
Innal abraara lafii na’iim
عَلَى الْأَرَآئِكِ يَنْظُرُوْنَ ٢٣
‘Alal araa iki yangdzuruun
تَعْرِفُ فِى وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيْمِ ٢٤
Ta’rifu fii wujuuhihim nadhratan na’iim
يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍ ٢٥
Yusqauna mir rahiiqimm makhtuum
خِتٰمُهٗ مِسْكٌۚ وَفِى ذٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنٰفِسُوْنَ ٢٦
Khitaamuhuu miskuw wafii dzaalika falyatanaafasil mutanaafisuun
وَمِزَاجُهٗ مِنْ تَسْنِيْمٍ ٢٧
Wamizaajuhuu ming tasniim
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُوْنَ ٢٨
‘Ainay yasyrabu bihaal muqarrabuun
إِنَّ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا كَانُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يَضْحَكُوْنَ ٢٩
Innalladziina ajramuu kaanuu minal ladziina aamanuu yadh hakuun
وَإِذَا مَرُّوْا بِهِمْ يَتَغَامَزُوْنَ ٣۰
Wa idzaa marruu bihim yataghaamazuun
وَاِذَا انْقَلَبُوْٓا اِلٰٓى اَهْلِهِمُ انْقَلَبُوْا فَكِهِيْنَ ٣١
Wa idzan qalabuu ilaa ahlihimun qalabuu fakihiin
وَإِذَا رَاَوْهُمْ قَالُوْٓا اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَضَاۤلُّوْنَۙ ٣٢
Wa idzaa ra auhum qaaluu inna haa ulaa i ladhaalluun
وَمَآ اُرْسِلُوْا عَلَيْهِمْ حٰفِظِيْنَ ٣٣
Wamaa ursiluu ‘alaihim haafidziin
فَالْيَوْمَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُوْنَ ٣٤
Falyaumal ladziina aamanuu minal kuffaari yadh hakuun
عَلَى الْأَرَآئِكِ يَنْظُرُوْنَ ٣٥
‘Alal araa iki yangdzuruun
هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ ٣٦
Hal tsuwwibal kuffaaaru maa kaanuu yaf’aluun
Artinya:
Al Muthaffifin (Orang-Orang Yang Curang)
- Celakalah bagi orang-orang yang curang!
- (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan.
- Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.
- Tidakkah mereka itu mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.
- Pada suatu hari yang besar.
- (Yaitu) pada hari ketika semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.
- Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin.
- Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu?.
- (Yaitu) kitab yang berisi catatan (amal).
- Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!.
- (Yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).
- Dan tidak ada yang mendustakannya, kecuali setiap orang yang melampaui batas dan berdosa.
- Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “itu adalah dongeng orang-orang dahulu”.
- Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
- Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.
- Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
- Kemudian, dikatakan (kepada mereka), “inilah (azab) yang dahulu kamu dustakan”.
- Sekali-kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti tersimpan dalam ‘Illiyyin.
- Dan tahukah engkau apakah ‘Illiyyin itu?.
- (Yaitu) kitab yang berisi catatan (amal).
- Yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).
- Sesungguhnya orang-orang yang berbakti, berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan.
- Mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.
- Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.
- Mereka diberi minum yang (tempatnya) masih dilak (disegel).
- Laknya adalah kasturi, dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
- Dan campurannya dari tasnim.
- (Yaitu) mata air yang diminum oleh mereka yang dekat (kepada Allah).
- Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, mereka dahulu menertawakan orang-orang beriman.
- Dan apabila mereka melintas dihadapan mereka, mereka saling mengedip ngedipkan matanya.
- Dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria.
- Dan apabila melihat (mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka orang-orang sesat”.
- Padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin).
- Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman yang menertawakan orang-orang kafir.
- Mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.
- Apakah orang-orang kafir itu diberi balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat?.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Asbabun Nuzul Surah Al Muthaffifin.
Kita telah memahami latar belakang dan sebab diturunkannya Surah Al-Muthaffifin, yaitu sebagai respons terhadap perilaku curang dalam takaran dan timbangan yang dilakukan oleh beberapa penduduk Madinah saat kedatangan Nabi Muhammad SAW.
Surah ini adalah peringatan bagi kita semua tentang pentingnya kejujuran, integritas, dan akhlak yang baik dalam berbisnis dan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari Surah Al-Muthaffifin, kita juga dapat mengambil pelajaran tentang akibat yang menanti bagi mereka yang melakukan tindakan curang dan mendustakan hari pembalasan.
Di sisi lain, surah ini memberikan harapan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa mereka akan mendapatkan pahala dan kenikmatan di akhirat.
Semoga artikel mengenai Asbabun Nuzul Surah Al Muthaffifin ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai kejujuran, integritas, dan ketakwaan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Asbabun Nuzul Surah Al Muthaffifin mengingatkan kita bahwa Allah selalu mengawasi perbuatan kita dan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan kita di akhirat nanti.
Terima kasih telah membaca artikel Asbabun Nuzul Surah Al Muthaffifin ini.