Hasiltani.id – Biografi Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz. Selamat datang di situs Hasiltani, tempat di mana Hasiltani akan membawa Sobat dalam perjalanan mendalam untuk mengenal lebih dekat sosok yang penuh inspirasi, Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz.
Dalam artikel ini, Hasiltani akan mengajak Sobat untuk menjelajahi riwayat hidupnya, pengajaran-pengajarannya yang berharga, dan warisan spiritual yang telah ia tinggalkan.
Hasiltani yakin setelah membaca artikel ini, Sobat akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang sosok ulama besar ini.
Mengenal Al-Habib Umar bin Hafidz
Sebelum membahas mengenai Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz, mari kita mengenal Al-Habib Umar bin Hafidz.
Tidak ada yang tidak mengenal Al Habib Umar bin Hafidz, sosok ulama yang namanya telah merambah ke seluruh penjuru negeri Indonesia, bahkan menyebar ke seantero dunia.
Kepakarannya dalam bidang keilmuan dan kepribadiannya yang mulia telah menjadikannya sorotan yang tak terhindarkan.
Al Habib Umar bin Hafidz terkenal bukan hanya karena pengetahuannya, tetapi juga karena cara beliau menyampaikan ceramah dan dakwah yang penuh kelembutan dan akhlak yang terpuji.
Setiap kata-kata yang disampaikan oleh beliau meresap dalam hati pendengar, menciptakan pengaruh yang mendalam dan berbekas. Ia mampu menjembatani antara pemahaman agama dan kehidupan sehari-hari dengan gaya penyampaian yang menginspirasi.
Tak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup Al Habib Umar bin Hafidz adalah kedermawanan dan keramahannya yang menjadi teladan bagi banyak orang.
Ia tidak hanya mengajar tentang agama, tetapi juga mengamalkannya dalam setiap tindakan dan sikapnya. Kepemimpinan spiritual yang dimilikinya tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga diakui di seluruh dunia Muslim.
Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz, ayah dari Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidz, adalah tokoh penting dalam membentuk perjalanan spiritual beliau.
Salah satu kutipan yang diwariskan dari Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz:
“Selalu melangkah untuk kebenaran walaupun dengan seribu cercaan dan makian.” (Guru Besar Al-Mufti Habib Muhammad bin Salim bin Hafidh (1332-1392 H).
Dengan segala kelebihan dan pengaruh positif yang dimilikinya, Al Habib Umar bin Hafidz telah membawa cahaya keilmuan dan kebaikan ke berbagai lapisan masyarakat.
Ia mengajarkan arti penting kesabaran, kejujuran, dan keikhlasan dalam menghadapi cobaan dan tantangan kehidupan.
Keberadaannya menjadi inspirasi dan pendorong bagi banyak orang untuk mengikuti jejaknya dalam mencari ridha Allah dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan di dunia.
Latar Belakang dan Riwayat Hidup Al-Habib Umar bin Hafidz
Dalam Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz, berikut adalah kisah Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz.
Kota Tarim, yang terletak di tanah yang subur dalam budaya dan keilmuan Islam, telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam pengembangan kitab-kitab klasik, terutama dalam bidang fikih.
Sejumlah ulama yang lahir dari kota ini telah memainkan peran penting dalam mensyarah atau memberikan catatan kaki pada karya-karya ulama terdahulu.
Hal ini tidak hanya terjadi sebagai hasil dari kepedulian mereka terhadap warisan para ulama sebelumnya, tetapi juga sebagai tanggapan terhadap permintaan para pelajar yang ingin memahami kitab-kitab klasik sebagai pijakan awal dalam memahami pemikiran ulama masa lampau.
Salah satu tokoh yang menonjol adalah Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafidh, seorang mufti terkemuka dari Tarim pada masa lampau.
Namanya sudah menjadi familiar di kalangan mahasiswa Al Ahgaff, terlihat jelas tertera di sampul kitab Muqorror (kitab referensi) yang digunakan, seperti kitab “Faroid,” yang dipelajari pada semester 2 dalam kurikulum “Takmilah Zubdatul Hadith.”
Kitab ini adalah karya fenomenal yang telah meraih popularitas luas, terutama di berbagai lembaga pendidikan, termasuk universitas yang dihormati.
Kitab ini menggabungkan kutipan dari berbagai referensi kitab “Faroid,” dan itulah sebabnya diberi nama “Takmilah” (penyempurna).
Selain prestasinya dalam dunia tulis-menulis, salah satu hal yang menjadikan beliau terkenal di kalangan masyarakat adalah fakta bahwa beliau adalah ayah dari Habib Umar bin Hafidh, yang dikenal sebagai “Singa Podium.”
Mufti Tarim masa lalu, Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafidh, adalah seorang ulama multitalenta. Ia tidak hanya mengabdi sebagai mufti dan penyebar Islam yang tulus, tetapi juga dihormati sebagai sejarawan dan pujangga.
Kelahirannya terjadi di kota Tarim yang disebut sebagai “Al Ghonna’” pada tahun 1332 Hijriah. Beliau mengenyam pendidikan dari beberapa ulama senior di Tarim, termasuk ayahnya sendiri, Al Habib Salim (wafat: 1378 H), dan juga mendapatkan ilmu dari kakek ibunya, Al Habib Ali bin Abdirrohman al Masyhur (wafat: 1344 H).
Beliau juga merupakan alumnus Ribath Tarim, di mana ia mendapatkan bimbingan dari Maha Guru Al-Mufti Abdullah bin Umar As-Syathiri, salah satu ulama terkemuka di Tarim pada masanya (wafat: 1361 H). Selain itu, beliau juga belajar dari ulama lain yang berpengaruh.
Banyak pelajar yang mendapatkan ilmu dari beliau, di antaranya Syaikh Fadhol bin Abdirrohman Ba Fadhol (wafat: 1421 H), Syaikhuna Muhammad bin Ali Ba’udhon, dan Syaikhuna Muhammad bin Ali Al-Khotib.
Mereka semua telah menjadi dosen di Universitas Al-Ahgaff, meskipun kita hanya bisa merasakan jejak-jejak pemikiran Syaikh Fadhol yang ditanamkan kepada senior-senior kita.
Selama hidupnya, selain menjadi otoritas dalam memutuskan masalah hukum, beliau juga aktif sebagai pengajar di Ribath Tarim tempat beliau belajar dulu.
Beliau memiliki jadwal pengajaran reguler di majlis yang diadakan di rumahnya dan di beberapa masjid di sekitar Tarim. Beliau juga mengajar di sekolah yang terkait dengan lembaga ukhuwwah wal muawanah.
Dengan kontribusi yang luas dan pengaruh yang mendalam, Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafidh telah meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya dalam bidang keilmuan dan spiritualitas Islam.
Kepribadian yang dimiliki oleh beliau sangatlah fleksibel dan objektif. Beliau bukanlah tipe figur yang ingin dicontoh atau menjadi pusat perhatian.
Meskipun beliau adalah seorang yang tekun dalam mengkaji permasalahan, namun beliau jarang terlihat seperti seorang aktivis yang sibuk meluangkan waktu untuk menggali ilmu.
Beliau adalah seorang yang gemar membaca makalah dan melakukan tahqiq (penelitian), suatu sikap yang seharusnya menjadi inspirasi bagi kita sebagai mahasiswa.
Cerita-cerita dalam sebagian kitab tarjamah (biografi) beliau menggambarkan kebijaksanaan yang melekat pada dirinya. Beliau tidak memandang seseorang dari latar belakang bangsa atau kelompok mana mereka berasal.
Sifat keterbukaan yang dimilikinya sangatlah luas. Suatu waktu, beliau bahkan menghadapi perlakuan yang menyakitkan dari seseorang yang merasa bahwa beliau terlalu terbuka.
Namun, beliau tidak terpengaruh oleh cacian atau makian yang diterimanya dan tetap teguh pada prinsipnya. Beliau selalu berjalan di jalan kebenaran, bahkan jika itu berarti menghadapi ribuan ejekan dan hinaan.
Dalam kisah terakhirnya, beliau dilaporkan wafat sebagai syahid, namun waktu pastinya tidak bisa dipastikan. Ketika pemahaman marxisme mulai menyebar di Yaman, beliau diduga diculik oleh sekelompok individu yang terafiliasi dengan aliran komunis.
Kejadian itu terjadi ketika beliau hendak menuju masjid untuk melaksanakan salat Jumat pada tanggal 29 Dzulhijjah 1392 H. Setelah insiden tersebut, beliau tidak pernah terlihat lagi.
Pada bagian akhir, perlu disebutkan beberapa karya tulis beliau yang telah dicetak atau masih berupa naskah, khususnya dalam bidang fikih. Beberapa kitab karangan beliau antara lain:
- “Zubdatul Hadith fi Fiqhil Mawarith”
- “Takmilat Zubdatul Hadith fi Fiqh al-Mawarith” (tercetak)
- “Al-Miftah li-Babin Nikah” (tercetak)
- “Al-Nuqul al-Sihah ‘ala Misykati al-Misbah” (tercetak)
- “Al-Fawaid al-Thaminah li Quru’i al-Muktashar wa al-Safinah” (tercetak), dan masih banyak lagi.
Kitab-kitab ini mencerminkan dedikasi beliau dalam menggali dan menyampaikan ilmu fikih serta berbagai aspek kehidupan kepada masyarakat.
Warisan intelektual beliau terus memberikan manfaat dan inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya dalam perjalanan meniti keilmuan dan spiritualitas.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz.
Sebagai Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz, sosok al-Mufti Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafidh telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam perjalanan spiritual dan keilmuan.
Keberanian, ketekunan, dan dedikasinya dalam menegakkan kebenaran telah mengilhami banyak generasi untuk mengikuti teladan yang luhur.
Dalam warisan karangan-karangan ilmiahnya, beliau tidak hanya mengajarkan tentang ilmu fikih, tetapi juga tentang nilai-nilai universal seperti keterbukaan, pengorbanan, dan integritas.
Nama beliau tetap bersinar sebagai bintang penerang bagi pencari kebenaran dan kebajikan.
Terima kasih telah membaca artikel Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz ini, semoga informasi mengenai Ayahanda Al-Habib Umar bin Hafidz ini bermanfaat untuk Sobat.