Hasiltani.id – Bacaan pada Ayat Al-Quran yang Cocok Dibaca Qari di Acara Khitanan. Acara khitanan merupakan momen penting dalam kehidupan seorang anak, khususnya dalam tradisi umat Islam. Sebagai bagian dari perayaan ini, pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an oleh seorang Qari tidak hanya menambah khidmat acara tetapi juga memberikan makna spiritual yang mendalam.
Ayat-ayat Al-Quran yang cocok dibaca Qari di acara khitanan dapat disesuaikan dengan tema dan tujuan acara tersebut, menjadikannya lebih berarti dan sarat dengan nilai-nilai keagamaan.
Dalam memilih ayat-ayat Al-Qur’an yang tepat, penting untuk mempertimbangkan makna dan relevansi setiap ayat dengan acara tersebut.
Beberapa surah dan ayat tertentu dapat memberikan berkah dan memperkuat makna dari khitanan, seperti Surah Al-Baqarah, Surah Lukman, dan ayat-ayat doa dari Surah Ibrahim dan Surah At-Tahrim.
Artikel ini akan membahas ayat-ayat Al-Quran yang cocok dibaca Qari di acara khitanan, serta bagaimana pembacaan tersebut dapat meningkatkan makna dan keberkahan acara tersebut.
Apa itu Qari?
Sebelum membahas ayat Al-Quran yang cocok dibaca Qari di acara khitanan, Hasiltani akan menjelaskan apa itu Qari?
Secara etimologis, ‘Qari’ dan ‘Qariah’ adalah sebutan bagi mereka yang mahir dalam seni membaca Al-Qur’an. Ini berarti mereka mampu melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an sesuai dengan aturan tajwid dan membaca dengan irama yang merdu.
Seorang Qari adalah seseorang yang telah menjalani pelatihan khusus dalam ilmu tajwid, yaitu aturan-aturan pelafalan Al-Qur’an, dan memiliki kemampuan yang baik dalam membaca Al-Qur’an dengan benar. Menurut Michael Wolfe dalam bukunya Haji (2003), pengertian Qari adalah para pembaca Al-Qur’an profesional yang dilatih secara khusus di sekolah untuk melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Qari sering tampil dalam acara-acara keagamaan, perlombaan tilawah Al-Qur’an, dan biasanya dihormati dalam komunitas Muslim karena kemampuannya membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan baik. Banyak Qari terkenal yang menginspirasi orang lain dengan keindahan bacaan mereka.
Ada kesalahpahaman umum yang menganggap bahwa seorang Qari harus juga seorang Hafidz, yaitu penghafal Al-Qur’an. Padahal, seorang Qari tidak harus menghafal seluruh Al-Qur’an, tetapi harus mampu melantunkan bacaan Al-Qur’an dengan menerapkan aturan tajwid dengan benar. Namun, menjadi Hafidz tentu akan menjadi nilai tambah yang mengesankan bagi seorang Qari.
Ayat Al-Quran yang Cocok Dibaca Qari di Acara Khitanan
Pada acara Walimatul Khitan, pemilihan ayat-ayat Al-Qur’an dapat disesuaikan dengan makna dan tujuan acara tersebut.
Beberapa contoh ayat Al-Quran yang cocok dibaca Qari di acara khitanan:
1. Surah Al-Baqarah: Ayat 123 dan 286
Ayat 123
وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ ١٢٣
wattaqû yaumal lâ tajzî nafsun ‘an nafsin syai’aw wa lâ yuqbalu min-hâ ‘adluw wa lâ tanfa‘uhâ syafâ‘atuw wa lâ hum yunsharûn
Artinya: Takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusannya tidak diterima, syafaat tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong.
Ayat 286
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ286
lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tuākhiżnā in nasīnā au akhṭanā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.’”
2. Surah Lukman: Ayat 14-15-16 atau 17-18-19
Ayat 14-15-16
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Wa waṣṣainal-insāna biwālidaih(i), ḥamalathu ummuhū wahnan ‘alā wahniw wa fiṣāluhū fī ‘āmaini anisykur lī wa liwālidaik(a), ilayyal-maṣīr(u).
Artinya:
Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.
وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Wa in jāhadāka ‘alā an tusyrika bī mā laisa laka bihī ‘ilmun falā tuṭi‘humā wa ṣāḥibhumā fid-dun-yā ma‘rūfā(n), wattabi‘ sabīla man anāba ilayya(a), ṡumma ilayya marji‘ukum fa unabbi’ukum bimā kuntum ta‘malūn(a).
Artinya:
Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
Yā bunayya innahā in taku miṡqāla ḥabbatim min khardalin fatakun fī ṣakhratin au fis-samāwāti au fil-arḍi ya’ti bihallāh(u), innallāha laṭīfun khabīr(un).
Artinya:
(Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Mahateliti.
Ayat 17-18-19
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
Yā bunayya aqimiṣ-ṣalāta wa’mur bil-ma‘rūfi wanha ‘anil-munkari waṣbir ‘alā mā aṣābak(a), inna żālika min ‘azmil-umūr(i).
Artinya:
Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
Wa lā tuṣa‘‘ir khaddaka lin-nāsi wa lā tamsyi fil-arḍi maraḥā(n), innallāha lā yuḥibbu kulla mukhtālin fakhūr(in).
Artinya:
Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.
وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ ࣖ
Waqṣid fī masy-yika wagḍuḍ min ṣautik(a), inna ankaral-aṣwāti laṣautul-ḥamīr(i).
Artinya:
Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Ayat-ayat lain yang mendukung, seperti doa dan peringatan, misalnya:
3. Surah Ibrahim: Ayat 33-34
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَاۤىِٕبَيْنِۚ وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۚ ٣٣
wa sakhkhara lakumusy-syamsa wal-qamara dâ’ibaîn, wa sakhkhara lakumul-laila wan-nahâr
Artinya:
Dia telah menundukkan bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah pula menundukkan bagimu malam dan siang.
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌࣖ ٣٤
wa âtâkum ming kulli mâ sa’altumûh, wa in ta‘uddû ni‘matallâhi lâ tuḫshûhâ, innal-insâna ladhalûmung kaffâr
Artinya:
Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.
4. Surah At-Tahrim: Ayat 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ٦
yâ ayyuhalladzîna âmanû qû anfusakum wa ahlîkum nâraw wa qûduhan-nâsu wal-ḫijâratu ‘alaihâ malâ’ikatun ghilâdhun syidâdul lâ ya‘shûnallâha mâ amarahum wa yaf‘alûna mâ yu’marûn
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dengan membaca ayat-ayat ini, diharapkan acara Walimatul Khitan menjadi lebih bermakna dan penuh dengan nilai-nilai keagamaan, serta memberikan keberkahan bagi keluarga yang mengadakannya.
Baca juga:
- Bacaan Surat Al-Baqarah Ayat 256-257 Arab Latin dan Artinya
- Memahami Al-Baqarah 155-157 – Makna dan Hikmah
- Contoh Fiil Amr dalam Al-Quran dalam Surat Al-Baqarah
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang ayat Al-Quran yang cocok dibaca Qari di acara khitanan.
Dalam setiap acara khitanan, kehadiran Qari dan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an memiliki peran penting dalam menambah kekhidmatan dan makna spiritual. Pemilihan ayat-ayat yang tepat dapat memperkaya acara tersebut dengan nilai-nilai keagamaan yang mendalam.
Ayat-ayat seperti dari Surah Al-Baqarah, Surah Lukman, serta doa dari Surah Ibrahim dan Surah At-Tahrim, merupakan pilihan yang sangat baik untuk dibaca karena makna dan doa yang terkandung di dalamnya dapat memberikan berkah dan keberuntungan bagi anak yang dikhitan dan keluarga yang mengadakannya.
Dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai, acara khitanan tidak hanya menjadi momen yang meriah tetapi juga penuh dengan keberkahan dan makna spiritual.
Semoga pembahasan mengenai ayat-ayat Al-Quran yang cocok dibaca Qari di acara khitanan ini dapat menjadi panduan yang berguna dan membantu meningkatkan kualitas dan nilai dari setiap perayaan khitanan yang dilaksanakan.
Terimakasih telah membaca artikel ayat Al-Quran yang cocok dibaca Qari di acara khitanan ini.