Hasiltani.id – Keajaiban Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon. Di balik riwayat perjuangan kemerdekaan Indonesia yang penuh dengan heroisme dan semangat pantang menyerah, terdapat kisah-kisah menakjubkan dari para pejuang yang turut melawan penjajah dengan segala cara yang mereka miliki.
Salah satu kisah yang menarik perhatian adalah kisah Kiai Uti dari Cirebon, seorang ulama dan pejuang kemerdekaan yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menggunakan ayat-ayat Al-Quran sebagai senjata untuk melawan pasukan penjajah Belanda.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon, menghadirkan cerita yang luar biasa dan memberikan wawasan lebih dalam tentang kekuatan spiritual yang memandu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon
Pada pembahasan Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon, bukan hanya orang Indonesia yang memiliki kekuatan luar biasa, tetapi tentara Belanda juga memiliki kemampuan yang luar biasa, bahkan mungkin mereka mengenakan baju antipeluru.
Seolah-olah peluru-peluru itu sama sekali tidak mampu mencapai mereka.
Ketika menyaksikan kejadian semacam ini, KH Abdul Mufti Umar, yang saat itu masih muda, tidak duduk diam.
Sosok menantu dari KH Yusuf Abdul Mu’thi Buntet Pesantren ini dengan tegas berbicara kepada temannya bahwa tentara Belanda bukanlah lawan sebanding, dan oleh karena itu, ia harus bertindak.
“Ini bukan musuhmu, ini musuhku,” kata KH Abdul Mufti Umar (dikenal juga sebagai Kiai Uti) dalam sebuah video dokumenter dari Media Buntet Pesantren yang diambil pada bulan Juli 2017.
Tidak hanya memiliki tentara dengan baju antipeluru, mereka juga memiliki tank baja di belakang mereka. Secara fisik, jika tank baja tersebut berjarak kurang dari 30 meter darinya dan mulai bergerak mendekatinya dengan niat untuk melindasnya, tampaknya perjalanan hidupnya akan berakhir. Tetapi, ia memiliki keyakinan bahwa Allah swt. akan melindungi dirinya dari bahaya tersebut.
“Jika tank baja itu meremukkan saya secara lahiriah, maka sudahlah, tapi saya yakin bahwa Gusti Allah yang akan melindungi saya. Mereka bukan musuhmu, biarkan saya yang akan menghadapinya,” kata Kiai Uti dengan penuh keyakinan.
Dia mempercayai sepenuh hati bahwa Allah swt. akan memberikan pertolongan kepada dirinya. Setiap peluru yang ditembakkan pasti akan mengenai penjajah dan mengakhiri nyawa mereka. Sebenarnya, bukan dirinya yang menembak, melainkan Allah swt. yang bergerak melalui dirinya.
Kiai Uti juga menyatakan bahwa sebesar apapun gunung atau seberapa dalam dan luasnya lautan, jika Allah yang mengarahkannya, pasti akan hancur.
Sebelum melepaskan tembakan tersebut, dia membaca satu ayat dari Al-Qur’an, yaitu surat Al-Anfal ayat 17, “wama ramaita idz romaita walakinna llaha rama.” Sebagai hasilnya, musuh-musuh itu dengan segera jatuh dan kehilangan nyawa mereka.
Wirid ini juga menjadi andalan Emha Ainun Najib atau Cak Nun. Saat itu, Cak Nun menceritakan pengalamannya dalam sebuah video yang beredar di YouTube, ketika ia mencoba menghindari rezim Orde Baru.
Ilmu Siluman
Dalam Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon, dalam kesempatan tersebut, Kiai Uti mengakui memiliki ilmu yang disebut sebagai “siluman.” Pikiran saya awalnya cenderung menuju hal-hal negatif, karena istilah “siluman” sering kali memiliki konotasi negatif.
Namun, ternyata istilah “siluman” yang digunakan oleh Kiai Uti sebenarnya adalah metafora untuk menggambarkan kemampuan ilmu menghilang yang dimilikinya. Menurut pengakuannya, ia memiliki kemampuan untuk tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Pada suatu waktu, Kiai Uti mendapati dirinya tiba-tiba dikelilingi oleh pasukan Belanda. Di antara mereka, ada yang berseru memintanya untuk tidak berlari atau bergerak.
Namun, dengan penuh keterpikatan, ia menceritakan bahwa tidak ada alasan untuk berlari. Bahkan keluar dari situasi tersebut juga tidak akan mereka ketahui.
“Kita tidak perlu berlari. Kita bisa keluar tanpa diketahui. Ayat Quran sudah ada,” katanya dengan tenang.
Lalu, Kiai Uti membacakan ayat dari Al-Qur’an, yaitu surat Al-An’am (6) ayat 103, “Laa tudrikul absharu wahuwa yudrikul abshar, wahuwa llathiful khobir,” sambil menghembuskan nafasnya ke arah tentara Belanda. Pada saat itulah, para tentara Belanda tiba-tiba tidak lagi melihatnya, sehingga ia dapat dengan mudah melenggang pergi tanpa terlihat.
“Seberapa dekat pun mereka, kita tetap bisa keluar. Saya sudah melakukannya beberapa kali,” katanya.
Ia kemudian mengisahkan beberapa peristiwa serupa yang dialaminya, seperti (1) di Desa Sumbakeling, Kecamatan Pancalang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, (2) di Desa Kalisapu, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dan (3) di Desa Lemah Putih, Kecamatan Lemah Sugih, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Wangi Syahid
Dalam Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon, Kiai Uti bersama dengan putra KH Abbas Abdul Jamil, yaitu KH Abdullah Abbas, berjuang bersama dalam beberapa pertempuran.
Ia mengakui bahwa ia pernah bersama dengan kiai yang telah diamanahi sebagai Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat itu dalam berbagai pertempuran.
Salah satu contoh peristiwa tersebut terjadi dalam pertempuran di Desa Sukamulya, yang kemungkinan berlokasi di Kabupaten Majalengka.
Dalam pertempuran itu, seorang warga Buntet Pesantren yang dikenal dengan nama Muhit tewas tertembak oleh pasukan Belanda. Namun, yang mengejutkan, darah yang mengalir dari tubuhnya memiliki aroma yang sangat harum.
Pada saat itu, Kiai Uti mengatakan bahwa KH Abdullah Abbas bertanya kepadanya siapa yang menggunakan wewangian yang begitu harum dalam pertempuran di tengah hutan seperti itu.
Ia pun menjawab bahwa tidak mungkin ada seseorang yang menggunakan wewangian semerbak seperti itu di tengah hutan dalam situasi pertempuran.
“Tidak ada di dunia ini bau minyak wangi yang seperti itu,” ujar Kiai Uti dengan kagum, “Eh, ternyata itu adalah darahnya Muhit.
Siapa yang bisa membayangkan bahwa bau harum seperti itu akan datang dari orang yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Ketika dia meninggal dalam pertempuran, Masya Allah, wanginya sungguh luar biasa,” lanjutnya.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon.
Kisah Kiai Uti Cirebon adalah salah satu cerita luar biasa dalam panjangnya sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kemampuannya menggunakan ayat-ayat Al-Quran sebagai senjata spiritual melawan pasukan penjajah Belanda mengilhami banyak orang.
Dua peluru ayat Al-Quran yang ditembakkan olehnya membuktikan bahwa kekuatan iman dan keyakinan bisa menjadi senjata yang lebih kuat daripada peluru logam.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam perjuangan, kekuatan spiritual dan tekad yang bulat memiliki peran yang penting.
Kiai Uti Cirebon adalah contoh nyata bagaimana keimanan seseorang dapat memimpin mereka menuju kemenangan, bahkan dalam situasi yang penuh tekanan dan ketidakpastian.
Sebagai generasi penerus, kita dapat mengambil inspirasi dari kisah luar biasa ini. Semangat perjuangan dan keberanian Kiai Uti adalah warisan berharga yang harus kita jaga dan perjuangkan demi masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian, kita dapat meneruskan semangat perjuangan dan memahami bahwa dalam hidup ini, terkadang, dua peluru ayat Al-Quran dapat lebih kuat daripada sejuta peluru konvensional.
Terima kasih telah membaca artikel Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon ini, semoga informasi mengenai Dua Peluru Ayat Al-Quran yang Ditembakkan Kiai Uti Cirebon ini bermanfaat untuk Sobat.