Hasiltani.id – Menguak Rahasia Hukum Isim 15 dan Contohnya. Penguasaan terhadap Hukum Isim 15 merupakan salah satu pilar penting dalam mempelajari bahasa Arab, khususnya dalam ilmu Nahwu.
Konsep ini tidak hanya mengungkap aturan gramatikal, tetapi juga mengajarkan kita tentang kekayaan dan fleksibilitas bahasa Arab.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas tentang Hukum Isim 15, sebuah konsep yang memberikan panduan tentang bagaimana sebuah kata benda (isim) diperlakukan dalam berbagai konteks kalimat.
Kita akan menjelajahi bagaimana Hukum Isim 15 menjembatani pemahaman kita antara bentuk kata dan fungsi sintaksisnya, memberikan kita wawasan tentang nuansa bahasa yang mendalam.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan pencerahan bagi pembelajar bahasa Arab, dari pemula hingga tingkat lanjut, agar dapat memahami dan menerapkan Hukum Isim 15 dengan tepat dalam berbagai situasi komunikasi.
Apa itu Hukum Isim 15
Hukum isim 15 adalah kumpulan tanda-tanda i’rob atau yang dikenal dengan ‘alamatul i’rob yang disusun dalam bentuk nadhom. Dalam kumpulan ini, terdapat 10 aturan yang berkaitan dengan isim dan 5 aturan yang berhubungan dengan i’robnya Fi’il.
Yang menarik dari hukum isim 15 ini adalah penggunaan bahasa Melayu, yang berbeda dari bahasa nadhom yang biasanya dikenal.
Penggunaan bahasa Melayu ini khusus ditujukan untuk santri di Indonesia dan Malaysia. Selain itu, meskipun ditulis dengan aksara pegon, hukum ini tetap menggunakan intonasi bahasa Indonesia/Melayu.
Dalam pembahasan nadham ini, kami akan menjelaskan mengenai hukum isim 15 beserta contoh-contohnya dengan penjelasan yang sederhana.
Sejalan dengan niat penyusun hukum isim 15, kami berharap tulisan ini dapat memberikan warna baru dan menambah semarak diskusi tentang Nahwu dan Sharf, yang merupakan ilmu penting dalam memahami syariat Islam.
Hukum Isim 15
Hukum Isim 15 dan Fi’il dengan Contoh Penjelasannya:
Hukum Isim Mufrad:
- Dirafa’ dengan dhummah contoh: “Ja’a Zaidun”
- Dinasab dengan fathah contoh: “ra’aitu Zaidan”
- Dijar dengan kasrah contoh: “Marartu bi Zaidin”
Hukum Jamak Taksir:
- Dirafa’ dengan dhummah contoh: “Ja’a rijalun”
- Dinasab dengan fathah contoh: “ra’itu rijalan”
- Dijar dengan kasrah contoh: “marartu birijalin”
Hukum Isim Tasniyah:
- Dirafa’ dengan Alif contoh: “Ja’a Zaidani”
- Dinasab dan dijar dengan Ya’ contoh: “ra’aitu Zaidaini” dan “marartu bi Zaidaini”
Hukum Isim yang Lima:
- Dirafa’ dengan Waw contoh: “Ja’a Abuka”
- Dinasab dengan Alif contoh: “raiatu abaka”
- Dijar dengan Ya’ contoh: “marartu bi abika”
Hukum Jamak Muzakar Salim:
- Dirafa’ dengan Waw contoh: “Ja’a mu’minuna”
- Dinasab dan dijar dengan Ya contoh: “ra’itu mu’minina” dan “marartu bi mu’minina”
Hukum Jamak Muannats Salim:
- Dirafa’ dengan dhummah contoh: “Ja’a mu’minatun”
- Dinasab dan dijar dengan kasrah contoh: “ra’aitu mu’minatin” dan “marartu bimu’minatin”
Hukum Isim Manqush:
- Dirafa’ dengan taqdir contoh: “Ja’a qadhi”
- Dinasab dengan zahir contoh: “ra’itu qadhiya”
- Dijar dengan taqdir contoh: “marartu bi qadhi”
Hukum Isim Maqshur:
Semua i’rob menggunakan taqdir contoh: “Ja’a Musa”, “ra’itu Musa”, dan “marartu bi Musa”
Hukum Isim Tegah Sharaf:
- Dirafa’ dengan dhummah contoh: “Ja’a Ibrahimu”
- Dinasab dan dijar dengan fathah contoh: “ra’itu Ibrahima” dan “marartu bi Ibrahima”
Hukum Isim Idhafah kepada Ya Mutakallim:
Semua i’rob menggunakan taqdir contoh: “Ja’a ghulami”, “ra’itu ghulami”, dan “marartu bi ghulami”
Hukum Fiil Mudhari’ Shahih Akhir:
- Dirafa’ dengan dhummah contoh: “Zaidun yaqumu”
- Dinasab dengan fathah contoh: “Zaidun ayyaquma”
- Dijazam dengan sukun contoh: “Zaidun lam yaqum”
Hukum Fiil yang Lima:
- Dirafa’ dengan Nun contoh: “Zaidani yadhribaani”
- Dinasab dan dijazam dengan menghilangkan Nun contoh: “zaidani ayyadhribaa” dan “Zaidani lam yadhribaa”
Hukum Fiil Mudhari’ Mu’tal Waw:
- Dirafa’ dengan taqdir contoh: “Zaidun yad’u”
- Dinasab dengan zahir contoh: “Zaidun ay yad’ua”
- Dijazam dengan menghilangkan waw contoh: “Zaidun lam yad’u”
Hukum Fiil Mudhari’ Mu’tal Ya:
- Dirafa’ dengan taqdir contoh: “Zaidun yarmi”
- Dinasab dengan zahir contoh: “Zaidun ay yarmira”
- Dijazam dengan menghilangkan ya’ contoh: “Zaidun lam yarmi”
Hukum Fiil Mudhari’ Mu’tal Alif:
Semua i’rob menggunakan taqdir kecuali dijazam contoh: “Zaidun yakhsyaa”, “Zaidun Ay yakhsyaa”, dan “Zaidun lam yakhsya” (dijazam dengan menghilangkan alif)
Contoh Hukum Isim 15 dalam Arab
Dari kandungan nadzham hukum lima belas yang telah disebutkan beserta ilustrasinya, kami telah menyertakan teks Arab dari setiap contoh dalam sebuah tabel.
ISIM DAN FIIL | RAFA’ | NASHAB | JAR/JAZM |
---|---|---|---|
اسم مفرد | جَاءَ زَيْدٌ | رَأَيْتُ زَيْدًا | مَرَرْتُ بِزَيْدٍ |
جمع تكسير | جَاءَ رِجَالٌ | رَأَيْتُ رِجَالً | مَرَرْتُ بِرِجَالٍ |
اسم تثنية | جَاءَ زَيْدَانِ | رَأَيْتُ زَيْدَيْنِ | مَرَرْتُ بِزَيْدَيْنِ |
اسم يغ ليما | جَاءَ أَبُوْكَ | رَأَيْتُ أَبَاكَ | مَرَرْتُ بِأبِيْكَ |
جمع مذكر سالم | جَاءَ مُؤْمِنُوْنَ | رَأَيْتُ مُؤْمِنِيْنَ | مَرَرْتُ بِمُؤْمِنِيْنَ |
جمع مؤنث سالم | جَاءَ مُؤْمِنَاتٌ | رَأَيْتُ مُؤْمِنَاتٍ | مَرَرْتُ بِمُؤْمِنَاتٍ |
اسم منقوص | جَاءَ قَاضِي | رَأَيْتُ قَاضِيَ | مَرَرْتُ بقَاضِي |
اسم مقصور | جَاءَ مُوْسَى | رَأَيْتُ مُوْسَى | مَرَرْتُ بِمُوْسَى |
اسم تكه صرف | جَاءَ اِبْرَاهِيْمُ | رَأَيْتُ اِبْرَاهِيْمَ | مَرَرْتُ بِإبْرَاهِيْمَ |
اسم اضافة كفد يا | جَاءَ غُلَامِيْ | رَأَيْتُ غُلَامِيْ | مَرَرْتُ بِغُلَامِيْ |
فعل صحيح اخر | زَيْدٌ يَقُوْمُ | زَيْدٌ اَنْ يَقُوْمَ | زَيْدٌ لَمْ يَقُمْ |
فعل يغ ليما | زَيْدَانِ يَقُوْمَانِ | زَيْدَانِ اَنْ يَقُوْمَا | زَيْدَانِ لَمْ يَقُوْمَا |
معتل واو | زَيْدٌ يَدْعُو | زَيْدٌ اَنْ يَدْعُوَ | زَيْدٌ لَمْ يَدْعُ |
معتل ياء | زَيْدٌ يَرْمِي | زَيْدٌ اَنْ يَرْمِيَ | زَيْدٌ لَمْ يَرْمِ |
معتل الف | زَيْدٌ يَخْشَى | زَيْدٌ اَنْ يَخْشَى | زَيْدٌ لَمْ يَخْشَ |
Penjelasan Hukum Isim 15
Berdasarkan nadzham hukum 15 yang telah disajikan, ada kemungkinan beberapa istilah yang masih dirasa sulit dipahami.
Hal ini dikarenakan ciri khas dari nadhom yang tidak hanya menyampaikan konten, tapi juga memastikan keserasian dan keindahan dalam pengucapannya.
Oleh karena itu, seringkali kita temui ada penyederhanaan, eliminasi, atau bahkan penambahan dalam nadhom.
Dibawah ini adalah penjelasan mendetail dari beberapa istilah tersebut:
Istilah ‘hukum’ di sini merujuk pada i’rob atau bentuk gramatikal.
Ketika disebutkan ‘dirafa’’ dan sejenisnya, yang dimaksud adalah bentuk i’rob seperti marfu’, manshub, majrur, dan majzum.
Terkait dengan harakat yang dijadikan tanda i’rob seperti dhummah dan lainnya, ini mengacu pada bentuk tanwin atau dhummatain, kecuali untuk sukun dan beberapa harakat khusus untuk i’rob isim yang bukan munsharif.
Istilah “Isim yang lima” merujuk pada “asmaul khomsah”. Dalam Alfiyah, ada tambahan ‘hanu’ sehingga menjadi “asmaussittah”, yang berarti “isim yang enam”.
Ketika disebutkan ‘…dengan taqdir, …dengan zahir’, ini berarti ada pembagian i’rob menjadi i’rob lafdzi (secara nyata) dan i’rob taqdiri (secara tersirat).
Isim teqah sharf adalah sinonim dari isim ghairu musharif atau man’us shorfi. Dengan kata lain, isim ghairu munsharif adalah kata benda yang tidak bisa menerima tanwin. Aturan i’robnya sama dengan isim mufrad, namun ada pengecualian pada bentuk majrur.
Poin nomor 11 hingga 15 dari hukum isim 15 memberikan penjelasan tentang fi’il mudhari’ dalam tiga variasinya. Untuk memahami ini lebih lanjut:
- No 11: Membahas fi’il mudhari’ yang memiliki akhiran shohih (yaitu huruf terakhir bukan salah satu dari huruf illat) dan bukan termasuk af’alul khomsah.
- No 12: Membahas fi’il mudhari’ yang disebut af’aul khomsah, yaitu fi’il mudhari’ yang bertemu dengan wawu alif tasniah, wawu jama’, dan ya’ muannats mukhatabbah.
- No 13-15: Menjelaskan fi’il mudhari’ yang akhirannya adalah salah satu dari huruf illat, yang terdiri dari wawu, alif, dan ya’.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Hukum Isim 15.
Dalam kajian ilmu Nahwu, salah satu materi yang menjadi landasan dalam memahami struktur bahasa Arab adalah “Hukum Isim 15”.
Materi ini mencakup serangkaian aturan yang berhubungan dengan bagaimana suatu kata benda (isim) dalam bahasa Arab mengalami perubahan atau variasi berdasarkan fungsinya dalam kalimat.
Hukum Isim 15 memberikan kita wawasan mendalam tentang bagaimana kata benda tersebut berinteraksi dengan kata-kata lainnya, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi bentuk dan makna dari keseluruhan kalimat.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih jauh mengenai Hukum Isim 15, mulai dari latar belakangnya, detil dari setiap aturan, hingga contoh-contoh yang akan memperjelas pemahaman kita.
Bagi siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, memahami Hukum Isim 15 adalah langkah yang esensial.
Terimakasih telah membaca artikel Hukum Isim 15 ini, semoga informasi mengenai Hukum Isim 15 ini bermanfaat untuk Sobat.