Huruf Ma

Penggunaan Huruf Ma dalam Al-Qur’an

Posted on

Hasiltani.id – Penggunaan Huruf Ma dalam Al-Qur’an. Dalam bahasa Arab, terdapat sebuah huruf kecil yang memiliki peran luar biasa dalam memahami makna kalimat dan teks-teks klasik seperti Al-Quran.

Huruf ini adalah “Ma.” Meskipun terlihat sederhana, huruf Ma memiliki beragam fungsi dan tafsir yang kaya dalam bahasa Arab.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi keajaiban huruf Ma, mengungkap berbagai peran dan fungsi yang dimilikinya dalam konteks bahasa Arab.

Mulai dari pertanyaan istifham hingga fungsi sebagai isim maushul, huruf Ma memiliki dampak signifikan dalam struktur bahasa Arab. Mari kita selami bersama misteri dan kekuatan huruf Ma dalam bahasa yang penuh makna ini.

9 Macam Ma مَا

Huruf Ma

Di kalangan pakar bahasa Arab, terdapat beberapa pandangan tentang kata “Ma”. Menurut kitab Qawaid al I’rob, “مَا” memiliki sembilan fungsi, yaitu Ma:

  1. إسْتِفْهَامِيَّة
  2. مَعْرِفَةٌ تَامَّةٌ
  3. نَكِرَةٌ تَامَّةٌ
  4. شَرْطِيَّة
  5. مَوْصُوْلَة
  6. نَكِرَةٌ مَوْصُوْفَة
  7. صِفَة
  8. حَرْف
  9. زَائِدَة

Ma Istifham

Ma Istifhamiyyah adalah bentuk kata “مَا” yang digunakan dalam pertanyaan. Ini digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui atau tidak jelas. Makna dari Ma Istifham ini sering diterjemahkan sebagai “apa” atau “apakah.” Sebagai contoh, dalam Al-Qur’an Surah Tha-ha ayat 17, terdapat penggunaan Ma Istifham:

“وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَىٰ”

(Wa maa tilka bi yamiinika Yaa Musa?)

Artinya: “Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?”

Terdapat juga aturan khusus untuk pengucapan Ma jika diikuti oleh huruf Jar (Majrur). Dalam kasus ini, alif yang terdapat pada Ma dibuang, seperti yang terlihat dalam contoh dari Al-Qur’an Surah an-Naba’ ayat 1:

“عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ”

(Amma yatasaa’aluun)

Artinya: “Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?”

Ma Makrifat Tammah

Manfaat kedua dari kata “Ma” adalah ma’rifah tammah, yang berarti Ma yang tidak memerlukan shilah. Shilah adalah jumlah setelah Maushul. Contoh penggunaan huruf Ma ini dapat ditemukan dalam Al-Qur’an yang mulia:

“إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ”

(Qs. al-Baqarah ayat 271)

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali.” Ma yang terdapat pada “فَنِعِمَّا هِيَ” ini berasal dari “فَنِعْمَ الشَّيْءُ هِيَ” (fani’ma ash-shay’u hiya).

Ma Nakiroh Tammah

Manfaat ketiga dari kata “Ma” adalah Ma yang Nakiroh tamm, yang berarti “مَا” yang tidak membutuhkan sifat. Ma jenis ini menggunakan makna “syai’un” (شَّيْئٌ). Ma dengan manfaat ini dapat ditemukan dalam dua konteks: Ta’ajub dan Ni’ma wa Bi’sa (نِعْمَ و بِئْسَ).

Ta’ajub:

Ma jenis ini juga dikenal sebagai Ma Ta’ajub (تَعَجُّب), contohnya:

“مَا أَحْسَنَ زَيْدٌ”

(Maa akhsana Zaidun)

Artinya: “Betapa tampannya si Zaid.” Ma dengan manfaat ta’ajub ini, menurut mayoritas pakar bahasa Basrah, berlaku sebagai Nakiroh Tam. Ma dalam konteks ta’ajjub ditempatkan pada kedudukan Rofa’, dan jumlah setelah “مَا” menjadi khobarnya.

Namun, ada pendapat lain dari Imam Ibnu Durustuwaih, yang berpendapat bahwa Ma Ta’ajub ini berfungsi sebagai istifham (pertanyaan), sedangkan jumlah setelahnya berperan sebagai khobar (pemberitahuan).

Ni’ma dan Bi’sa:

Ma dalam konteks ini menjadi Nakiroh Tam menurut sekelompok ulama’ mutaakhkhirin, termasuk Imam Zamakhsyari. Sedangkan menurut Imam Sibawaeh, Ma dalam konteks ini berfungsi sebagai Ma’rifah Tam, sebagaimana penjelasan sebelumnya. Contoh penggunaan Ma dalam konteks ini adalah:

“غَسَلْتُهُ غَسْلاً نِعِمَّا”

(Ghasaltuhu ghaslan ni’imma)

Artinya: “Aku benar-benar telah membasuhnya, itulah sebaik-baiknya segala sesuatu.” Lafadz “نِعْمَ” ditakdirkan dengan “شَيْئًا”.

Ma Syarath

Manfaat Ma selanjutnya adalah Ma syarthiyyah. Ma syarthiyyah ini juga memiliki fungsi amal. Ia termasuk dalam kategori amil jazm, yang berarti amil yang menjazemkan fi’il mudhori’ dan digunakan untuk menyatakan syarat.

Baca Juga :  Naat Isim Jamid - Isim Jamid Zat dan Makna

Ma syarthiyyah terbagi menjadi dua jenis, yaitu syarthiyyah zamaniyyah dan syarthiyyah ghairu zamaniyyah.

Syarthiyyah Zamaniyyah (mengandung makna waktu, مُدَّة) juga mengindikasikan sesuatu yang tidak masuk akal. Contohnya:

“فَمَا اسْتَقَامُوا لَكُمْ فَاسْتَقِيْمُوا لَهُم”

Artinya: “Selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu juga berlaku lurus terhadap mereka.” Ma ini mengandung makna “selama” atau “mudah”, dan juga menunjukkan sesuatu yang tidak masuk akal. Takdirnya adalah “إسْتَقِيمُوا لَهُمْ مُدَّةَ اسْتَقَامَتِهِمْ لَكُم”.

Syarthiyyah ghairu zamaniyyah, artinya Ma yang mengandung makna tempat atau masa. Ma ini juga menunjukkan sesuatu yang tidak masuk akal. Contoh dari Al-Qur’an adalah:

“وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ”

(Wa maa taf’aluu min khoirin ya’lamhullaahu)

Artinya: “Dan apa yang kalian kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.”

Dalam contoh ini, “مَا” berfungsi sebagai Jaazim, yang menjazemkan dua fi’il mudhori’, yaitu “تَفْعَلُوا” sebagai jumlah syarat yang dibaca jazm. Tanda jazm-nya adalah khafdzun nun karena fi’il mudhori’ jenis af’alul khomsah. Sedangkan “يَعْلَمْ” berperan sebagai jawabnya, dengan jazm yang ditandai dengan sukun karena fi’il mudhori’ shohih akhir.

Ma Maushulah

Manfaat kelima dari kata “Ma” adalah sebagai maushul, yang berarti “مَا” digunakan sebagai isim maushul. Sesuai dengan aturan isim maushul, maka Ma memerlukan shilah (pemberi aksi) dan ‘aid (bantuan). Dalam fungsi ini, “مَا” dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu yang berakal dan yang tidak berakal.

Contoh isim maushul untuk sesuatu yang tidak berakal atau “ghairu aqil” dapat ditemukan dalam Al-Qur’an Surah an-Nahl ayat 96:

“مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ”

(Maa ‘indakum yanfadu, wa maa ‘indallahi baaq)

Artinya: “Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (Qs. 16: 96).

Contoh Ma untuk sesuatu yang berakal atau “al-‘aqil” dapat ditemukan dalam Al-Qur’an Surah Sad ayat 75:

“قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ”

(Qaala yaa Iblisu, maa mana’aka an tashjuda limaa khalaqtu biyadayya. Astakbartu am kuntamin al-‘aaliin)

Artinya: “Allah berfirman: ‘Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu untuk sujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu sombong, ataukah kamu termasuk orang-orang yang tinggi hati?’” (Qs. Sad: 75).

Dalam kedua contoh tersebut, “مَا” digunakan sebagai isim maushul, dan jumlah setelahnya disebut sebagai shilah, sementara pronoun yang terkandung dalam jumlah tersebut disebut ‘aid.

Ma Nakiroh Maushufah

Manfaat keenam dari kata “Ma” adalah Nakiroh mausufah, yang berarti “مَا” digunakan sebagai isim nakiroh yang memerlukan sifat dan menggunakan makna “شَّيْئٌ” (sesuatu). Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

“مَرَرْتُ بِمَا مُعْجِبٍ لَكَ”

Artinya: “Aku berjalan bertemu dengan seseorang yang Engkau kagumi.” Takdirnya adalah “بِشَيْءٍ مُعْجِبٍ لَكَ.”

Contoh lainnya dapat ditemukan dalam ungkapan penyair:

“لِما نافِعٍ يَسْعى اللَّبِيبُ، فَلا تكُن … لشيءٍ بعيدٍ نَفْعُهُ، الدَّهْرَ سَاعِيًا”

Artinya: “Orang yang cerdik adalah orang yang berusaha untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat (bagi dirinya), maka janganlah Engkau berusaha (bekerja) untuk sesuatu yang sangat jauh dan tidak bermanfaat (bagi dirimu).”

Dalam contoh-contoh ini, “مَا” berfungsi sebagai isim nakiroh yang memerlukan sifat, dan maknanya adalah “sesuatu”.

Ma Shifat

Manfaat ketujuh dari kata “Ma” adalah Ma yang berperan sebagai isim nakiroh, yang mensifati isim nakiroh (lainnya) yang terletak sebelumnya. Contoh penggunaan Ma shifat dapat ditemukan dalam Al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 26:

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau lebih rendah dari itu.” (Qs. 2: 26)

Ma yang terdapat pada “مَثَلًا مَا” merupakan sifat dari isim nakiroh sebelumnya, yaitu lafadz “مَثَلًا”. Ma ini menjelaskan jenis perumpamaan yang dibuat oleh Allah, yaitu seperti nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.

Baca Juga :  Fiil Lazim dan Muta’addi dan Contoh Penerapannya

Ma Harf

Atau disebut juga sebagai huruf Ma. Arti dari huruf Ma adalah Ma yang digunakan sebagai kalimah huruf. Huruf Ma memiliki dua manfaat, yaitu huruf Nafi dan huruf masdar.

Huruf Ma yang termasuk dalam kategori Nafi ini digunakan dalam jumlah ismiyyah. Menurut para ulama dari Hijaz, ulama at-Tihami, dan ulama dari Najd, huruf Ma dapat digunakan dalam penggunaan yang serupa dengan penggunaan huruf “laisa” (لَيْسَ). Namun, penggunaan ini harus memenuhi tiga syarat:

  1. Isim yang menggunakan huruf Ma harus mendahului khobar (pemberitahuan) yang menyertainya.
  2. Kenafian (negasi) dari huruf Ma tidak boleh rusak oleh penggunaan kata “illa” (إلّا).
  3. Tidak boleh digunakan bersamaan dengan kata “in” (إنْ).

Huruf Nafi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada Ma yang berfungsi sebagai huruf penafian. Contoh penggunaan huruf Ma sebagai huruf Nafi dalam Al-Qur’an adalah:

“وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ”

Artinya: “Dan mereka (para wanita yang diundang Zulaikhah) berkata: ‘Maha suci Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.’ Maa Haadzaa basyaran artinya: ini (Yusuf As.) bukanlah manusia.”

Dalam contoh ini, huruf Ma berperan sebagai huruf Nafi dan digunakan untuk menyangkal bahwa Yusuf adalah manusia.

Selanjutnya, terdapat juga istilah “Huruf Ma Masdariyah” yang merujuk pada huruf Ma yang berfungsi sebagai masdar, yang artinya huruf Ma ini dapat diinterpretasikan sebagai masdar. Huruf Ma Masdariyah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Masdariyah Zamaniyyah dan Masdariyah Ghairu Zamaniyyah.

Contoh Huruf Ma Masdariyah Zamaniyyah atau Dhorof adalah Ma yang menggantikan kata “مُدَّة” (muddatan) yang berarti “jangka waktu” dalam kalimat. Contoh dalam Al-Qur’an adalah:

“وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا”

Artinya: “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.”

Dalam contoh ini, huruf Ma berlaku sebagai Masdariyah Zamaniyyah (Dhorfiyyah) karena menggantikan kata “مُدَّةَ دَوَامِي حَيًّا” yang berarti “jangka waktu selama aku masih hidup.”

Huruf Ma Masdariyah Ghairu Zamaniyyah adalah Ma yang tidak menggantikan kata zaman atau tidak bermakna dhorof. Contohnya adalah:

“وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ”

Artinya: “Dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.”

Dalam contoh ini, huruf Ma berlaku sebagai Masdariyah Ghairu Dhorfiyyah karena huruf Ma ini dapat diinterpretasikan sebagai masdar, tetapi tidak memiliki makna dhorof.

Ma Zaidah

Faidah terakhir dan jenis Ma adalah Ma yang berlaku sebagai tambahan atau Ma Zaidah. Terdapat dua jenis Ma Zaidah, yaitu Ma Zaidah Kaaffah dan Ma Zaidah Ghairu Kaaffah.

Huruf Ma Zaidah Kaaffah adalah “مَا” yang berperan sebagai tambahan dan dapat menghalangi tindakan atau amal tertentu. Amal-amal yang dapat dihalangi oleh Ma Zaidah Kaaffah ini meliputi amal rofa’, amal Nashob, dan amal Jar.

Amal rofa’ terjadi ketika “مَا” bertemu dengan kata-kata seperti “قَلَّ” atau “كَثُرَ” atau “طَالَ”. Ketiga kata tersebut memiliki makna yang serupa dengan kata “رُبَّ” (sedikit sekali) dalam hal:

  1. Menunjukkan arti yang menyiratkan sedikit atau banyak.
  2. Berfungsi sebagai permulaan pembicaraan.

Khususnya, Ma Zaidah Kaaffah ini berlaku ketika digunakan dalam jumlah fi’liyyah yang shohih (sesuai) dalam konteks tertentu. Contohnya adalah:

“قَلَّمَا يَبْرَحُ اللَّبِيبُ إِلَى مَا يُوْرِثُ المَجْدَ دَاعِيًا أَوْ مُجِيْبًا”

Artinya: “Sedikit sekali orang yang bijak yang meninggalkan sesuatu yang membawa kemuliaan, baik sebagai penyeru atau sebagai yang menjawab seruan. Qallama bermakna sedikit sekali.”

Dalam contoh ini, “مَا” bertindak sebagai Ma Zaidah Kaaffah yang mengindikasikan arti “sedikit sekali,” dan digunakan untuk menghalangi amal rofa’, yaitu tindakan yang meninggalkan sesuatu yang membawa kemuliaan.

Baca Juga :  Pengertian Fi’il Amr dan Contohnya

Amal Nashob terjadi ketika “مَا” bertemu dengan kata-kata seperti “إِنَّ” (sesungguhnya) atau kata-kata sejenisnya. Contohnya adalah:

“إِنَّمَا اللهُ إِلَهُ وَاحِدٌ”

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu adalah Tuhan yang Maha Esa.”

Dalam contoh ini, “مَا” menghalangi amal Nashob dari kata “إِنَّ” yang seharusnya menyebabkan isim (kata benda) menjadi mansub (kasus nasab). Kehadiran “مَا” membuat kata “اللهُ” terbaca sebagai rofa’ (kasus marfu’), sedangkan seharusnya dia adalah nasab.

Amal Jar terjadi ketika “مَا” menghalangi huruf jar untuk menghubungkan isim majrur (kasus jar) dengan mudhof ilaih (yang dijarkan). Huruf jar yang terpengaruh oleh “مَا” ini meliputi huruf Ba, Kaf, dan Rubba.

Contoh penggunaan huruf jar Ba yang terpengaruh oleh “مَا” adalah:

“فَلَئِنْ صِرْتَ لَا تُحِيرُ جَوَابًا … لَبِمَا قَدْ تُرَى وَأَنْتَ خَطِيبٌ”

Artinya: “Maka jika kamu sudah tidak dapat menjawab pada orang yang berbicara padamu (sudah mati), maka banyak sekali apa yang kamu ketahui, dan kamu adalah orang yang dapat berbicara (dalam keadaan hidup).”

Dalam contoh ini, “مَا” menghalangi amal Jar dari huruf jar “لَبِمَا” yang seharusnya menjadi “لِبَمَا” yang menghubungkan isim majrur dengan mudhof ilaih.

Contoh huruf jar “Kaf” dapat ditemukan dalam ayat berikut:

“فَإِنَّ الحُمُرَ مِنْ شَرِّ العَطَايَا … كَمَا الْخَطَبَاتُ شَرٌّ بَنِي تَمِيمٍ”

Artinya: “Maka sesungguhnya keledai itu adalah kendaraan yang paling buruk, seperti halnya pengkhotbah-pengkhotbah itu adalah orang-orang yang paling buruk dari Bani Tamim.”

Contoh huruf jar “Rubba” adalah:

“رُبَّمَا قَالَ زَيْدٌ”

Artinya: “Mungkin saja Zaid telah berkata.”

Contoh dhorof yang terhalang dalam penggunaan huruf “Ma” adalah:

“بَيْنَمَا نَحْنُ بِالأَرَاكِ مَعًا إِذْ أَتَى رَاكِبُ عَلَى جَمَلِهِ”

Artinya: “Sewaktu kita berada di tanah Arok bersama-sama, tiba-tiba datang seseorang yang menunggang untanya.”

Huruf “Ma” Zaidah Kaaffah adalah tambahan tetapi tidak menghalangi amal. Jenis Ma ini umumnya terjadi ketika “Ma” terletak setelah huruf jar seperti Ba’, Min, dan ‘An.

Contoh penggunaan huruf jar “Ba’” adalah:

“فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ”

Artinya: “Maka disebabkan oleh rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.”

Contoh huruf jar “Min” adalah:

“مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا”

Artinya: “Mereka tenggelam karena kesalahan-kesalahan mereka.”

Contoh huruf jar “‘An” adalah:

“قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ”

Artinya: “Dia berkata, dalam waktu yang tidak lama lagi, pasti mereka akan menyesal.”

Dalam ketiga contoh tersebut, huruf “Ma” Zaidah Kaaffah digunakan sebagai tambahan tetapi tidak menghalangi penggunaan huruf jar yang ada di dalamnya.

Menurut Kitab “Mugni Labib” karya Imam Ibnu Hisyam, lafadz “مَا” Zaidah ini dapat digunakan setelah adawat syarat (kata-kata yang menjadikan fi’il mudlori’ menjadi jazim atau tidak) baik yang mempengaruhi amalan (bermakna) atau tidak. Sebagai contoh, dalam Surah al-Fushilat ayat 20:

“حَتَّىٰ إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ”

Artinya: “Sehingga ketika mereka sampai di neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.”

Dalam ayat ini, pokok pembahasan adalah “إِذَا مَا جَاءُوهَا” yang menunjukkan penggunaan “مَا” Zaidah sebagai tambahan yang tidak menghalangi amal.

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Huruf Ma.

Artikel ini menggali lebih dalam tentang keberagaman dan keajaiban penggunaan huruf Ma dalam bahasa Arab.

Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat membantu pemahaman Sobat tentang peran penting huruf Ma dalam tafsir dan fungsinya dalam berbagai konteks bahasa Arab.

Terimakasih telah membaca artikel Huruf Ma ini, semoga informasi mengenai Huruf Ma ini bermanfaat untuk Sobat,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *