Hasiltani.id – Panduan Lengkap Istinja’ dan Istijmar – Cara dan Adab Sesuai Syariat Islam. Istinja’ dan istijmar merupakan dua istilah penting dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan cara membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil. Keduanya termasuk dalam aspek menjaga kebersihan dan kesucian, yang sangat ditekankan dalam agama.
Istinja’ merujuk pada membersihkan kotoran dengan menggunakan air, sedangkan istijmar adalah membersihkan diri dengan benda padat seperti batu, tisu, atau benda lain yang memiliki fungsi serupa. Keduanya memiliki aturan dan tata cara yang perlu dipahami agar proses pembersihan dilakukan sesuai dengan syariat.
Dalam Islam, menjaga kebersihan fisik, terutama setelah buang hajat, adalah bagian dari kebersihan spiritual yang menjadi syarat sahnya ibadah seperti shalat. Oleh karena itu, memahami perbedaan dan tata cara istinja’ serta istijmar menjadi hal penting bagi setiap Muslim.
Pengertian Istinja
Pada artikel Istinja’ dan Istijmar, Hasiltani akan menjelaskan pengertian istinja’.
Istinja adalah tindakan membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil menggunakan air. Tujuan istinja adalah untuk membersihkan kotoran (najis) dari area kubul (tempat keluar air kencing) dan dubur (tempat keluar tinja), sehingga tubuh tetap bersih dan suci. Istinja merupakan bagian penting dari kesucian dan kebersihan yang diajarkan dalam Islam, terutama sebelum melaksanakan ibadah seperti shalat.
Istinja dapat dilakukan dengan air saja, atau kombinasi batu dan air, dan dalam keadaan tertentu bisa juga dilakukan hanya dengan benda padat seperti batu (istijmar), jika air tidak tersedia. Penggunaan air untuk istinja dianggap sebagai cara paling bersih dan utama.
Alat untuk Istinja
Pada pembahasan Istinja’ dan Istijmar, Hasiltani membahas alat untuk istinja’.
Menurut sebuah riwayat, alat yang digunakan untuk beristinja (membersihkan diri setelah buang hajat) ada dua, yaitu air dan batu atau benda lain yang memiliki fungsi serupa. Benda yang digunakan untuk istinja harus bersifat suci dan bukan benda cair yang najis, karena alat tersebut akan digunakan untuk membersihkan najis.
1. Istinja dengan Air
Berikut adalah dalil yang menunjukkan penggunaan air sebagai alat istinja pada zaman Rasulullah SAW:
“Ketika Rasulullah SAW masuk ke kamar kecil untuk buang hajat, aku (Anas RA) dan seorang anak seusia denganku membawakan wadah berisi air dan sebuah tombak kecil. Lalu beliau membersihkan dirinya (istinja) menggunakan air tersebut.”
(HR Bukhari dan Muslim)
(Referensi: Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûghul Marâm bersama Ibânatul Ahkâm, [Dârul Fikr: 2012], juz I, halaman 113).
2. Istinja dengan Batu
Berikut adalah dalil yang menjelaskan bahwa istinja dengan batu juga diperbolehkan:
“Suatu ketika Nabi SAW buang air besar, lalu beliau memerintahkan aku untuk membawakan tiga batu. Namun, aku hanya menemukan dua batu dan tidak bisa menemukan yang ketiga. Jadi, aku mengambil kotoran binatang yang sudah kering. Nabi SAW akhirnya hanya mengambil kedua batu dan membuang kotoran binatang tersebut seraya bersabda, ‘Sesungguhnya kotoran binatang itu najis’.”
(HR al-Bukhari)
(Referensi: Al-Asqalani, Bulûghul Marâm, juz I, halaman 122).
Semoga versi ini lebih mudah dipahami dan tetap jelas maknanya.
Tata Cara Istinja
Pada pembahasan Istinja’ dan Istijmar, Hasiltani memberikan tata cara istinja’.
Dalam istinja (membersihkan diri setelah buang air), ada tiga cara yang bisa dipilih:
- Istinja dengan batu terlebih dahulu, lalu dengan air. Ini dianggap sebagai cara terbaik karena menggunakan dua alat untuk memastikan kebersihan.
- Istinja dengan air saja. Cara ini dianggap praktis dan lebih mudah dilakukan, serta bisa dipastikan bersih jika dilakukan dengan benar.
- Istinja dengan batu saja.
Dari ketiga cara di atas, istinja dengan air saja (cara kedua) adalah pilihan yang praktis dan baik, karena lebih mudah dan dapat membersihkan dengan lebih efektif.
Adab Membuang Hajat Menurut Islam
Pada pembahasan Istinja’ dan Istijmar, Hasiltani membahas adab membuat hajat menurut Islam.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang perlu diperhatikan oleh umat Muslim ketika membuang air besar atau kecil, seperti dirangkum dari laman Muhammadiyah:
- Masuk kamar kecil dengan mendahulukan kaki kiri.
- Tidak buang hajat di air yang tidak mengalir, untuk menjaga kebersihan lingkungan.
- Dilarang buang hajat di tempat umum, karena mengganggu orang lain.
- Buang hajat di tempat yang tertutup dan tidak terlihat oleh orang lain, demi menjaga privasi.
- Tidak berbicara dengan orang lain saat buang hajat, karena itu tidak sesuai adab.
- Melakukan istinja setelah selesai buang hajat untuk membersihkan diri.
- Membaca doa setelah keluar dari kamar kecil sebagai penutup.
Semoga ini lebih jelas dan mudah dipahami.
Pengertian Istijmar
Pada artikel Istinja’ dan Istijmar, Hasiltani membahas pengertian istijmar.
Istijmar adalah tindakan membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil dengan menggunakan benda padat seperti batu, tisu, atau benda lain yang sejenis. Dalam praktiknya, istijmar dilakukan tanpa menggunakan air, berbeda dengan istinja yang menggunakan air sebagai alat pembersih. Istijmar biasanya dilakukan dalam kondisi di mana air sulit didapatkan, dan penting untuk memastikan bahwa benda yang digunakan suci dan dapat membersihkan najis secara efektif. Istijmar juga memiliki beberapa aturan, seperti tidak menggunakan tulang atau kotoran binatang, serta disarankan menggunakan batu dalam jumlah ganjil.
Tata Cara Melakukan Istijmar
Pada pembahasan Istinja’ dan Istijmar, Hasiltani memberikan tata acara melakukan istijmar.
Istijmar adalah membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil dengan menggunakan benda padat seperti batu. Berikut tata cara yang sesuai dengan buku Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabar Al-Jazairi:
1. Tidak Menggunakan Tulang dan Kotoran Binatang
Hindari menggunakan tulang atau kotoran binatang untuk istijmar. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Jangan gunakan kotoran binatang ataupun tulang untuk istijmar, karena itu adalah perbekalan kawan-kawan kalian dari kalangan jin.” (HR. Abu Dawud).
2. Tidak Menyentuh Kemaluan dengan Tangan Kanan
Ketika istijmar, jangan gunakan tangan kanan untuk menyentuh kotoran atau kemaluan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Jangan ada di antara kalian yang memegang kemaluannya dengan tangan kanan ketika kencing, dan jangan cebok dengan tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Menggunakan Tiga Batu
Disunnahkan untuk menggunakan batu dengan jumlah ganjil, seperti tiga batu. Jika belum bersih, tambahkan hingga lima batu. Ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW, “Jika kalian beristijmar, lakukanlah dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Adab Buang Hajat dalam Islam
Dikutip dari buku Fikih Interaktif [seri 1] Diskusi Seputar Fikih Klasik-Kontemporer karya M. Agus Yusron, MA, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan ketika buang hajat dalam Islam:
- Membaca doa sebelum masuk ke toilet.
- Masuk ke toilet dengan mendahulukan kaki kiri, dan keluar dengan mendahulukan kaki kanan.
- Membuang kotoran di tempat yang sesuai, yaitu di lubang kakus, bukan di dinding atau lantai toilet.
- Buang hajat dengan posisi duduk atau jongkok, baik saat buang air kecil maupun buang air besar.
- Pastikan semua kotoran keluar dengan tuntas sebelum membersihkan diri.
- Membersihkan diri (istinja atau istijmar) dengan tangan kiri.
- Membaca doa setelah keluar dari toilet.
Adab ini mencerminkan kebersihan, kesopanan, dan kepatuhan pada ajaran Islam dalam menjaga kesucian.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Istinja’ dan Istijmar.
Sebagai bagian dari ajaran Islam yang menekankan kebersihan dan kesucian, istinja’ dan istijmar memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim. Kedua metode ini bukan hanya tentang membersihkan diri secara fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang berhubungan langsung dengan kesucian yang diperlukan dalam beribadah, terutama shalat.
Memahami dan mengamalkan tata cara istinja’ dengan air atau istijmar dengan benda padat sesuai tuntunan syariat adalah bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah SWT. Dengan menjaga kebersihan melalui istinja’ dan istijmar, setiap Muslim dapat menjalani kehidupannya dengan lebih bersih, sehat, dan suci, yang pada akhirnya akan memperkuat kualitas ibadah dan ketakwaan kepada Allah.
Terimakasih telah membaca artikel Istinja’ dan Istijmar ini, semoga informasi mengenai Istinja’ dan Istijmari ini bermanfaat untuk Sobat.