Hasiltani.id – Panduan Lengkap – Kapan Wajib Mandi dan Kapan Disunahkan dalam Islam. Dalam ajaran Islam, menjaga kebersihan dan kesucian merupakan bagian penting dari ibadah sehari-hari. Salah satu bentuk menjaga kesucian adalah dengan mandi wajib, yang dilakukan ketika seseorang berada dalam keadaan hadas besar.
Namun, selain mandi wajib, terdapat juga mandi yang disunnahkan atau dianjurkan untuk dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Mandi wajib merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam situasi-situasi tertentu, seperti setelah berhubungan suami istri atau selesai haid dan nifas.
Sementara itu, mandi sunnah dilakukan untuk memperbaiki kebersihan diri, seperti sebelum shalat hari raya atau ketika hendak berkumpul dengan banyak orang.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut kapan mandi menjadi suatu kewajiban dan kapan hanya disunnahkan, sehingga umat Islam dapat menjalankan ibadahnya dengan lebih baik dan sesuai tuntunan syariat.
Mandi Wajib yang Telah Disepakati Ulama
Sebelum membahas kapan wajib mandi dan kapan disunahkan, Hasiltani akan membahas mandi wajib yang telah disepakati ulama:
1. Keluarnya mani, walaupun bukan karena hubungan badan
Dalam kitab Mausuah Fiqhiyah (31/195) disebutkan bahwa para ulama sepakat bahwa keluarnya mani mewajibkan mandi. Imam Nawawi juga menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) mengenai hal ini. Tidak ada perbedaan hukum, baik untuk laki-laki maupun perempuan, apakah terjadi saat tidur atau terjaga. Hal ini berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu, bahwa Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya air (mandi) itu karena keluarnya air (mani).” (HR. Muslim, 343). Maksudnya, mandi diwajibkan karena keluarnya air mani dengan deras.
2. Bertemunya dua alat kelamin (khitan)
Jika alat kelamin laki-laki masuk sepenuhnya ke dalam kemaluan wanita, meskipun tidak terjadi ejakulasi, tetap wajib mandi.
3. Haid dan nifas
Dalam kitab Mausuah Fiqhiyah (31/204) disebutkan bahwa para ulama sepakat bahwa haid dan nifas juga mewajibkan mandi. Ibnu Munzir dan Ibnu Jarir menukil ijma’ (kesepakatan) tentang hal ini. Dalil kewajiban mandi bagi wanita yang haid adalah firman Allah Ta’ala dalam Al-Baqarah/2:222, yang berbunyi:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan jangan mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mandi wajib dilakukan setelah wanita berhenti haid dan menjadi suci kembali.
Kondisi yang Disepakati Tidak Mewajibkan Mandi, Namun Hanya Disunnahkan:
Pada pembahasan kapan wajib mandi dan kapan disunahkan, Hasiltani membahas kondisi yang disepakati tidak mewajibkan mandi, namun hanya disunahkan:
1. Ketika berada di perkumpulan orang banyak.
Disarankan untuk mandi sebelum berkumpul dengan orang-orang, seperti dalam acara-acara tertentu. Imam Bagowi rahimahullah menyebutkan bahwa seseorang dianjurkan mandi, membersihkan diri, dan memakai wewangian ketika akan berkumpul, terutama pada hari raya. Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab Majmu’ (2/233) mengatakan bahwa sunnah mandi berlaku bagi semua, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak, karena ini bertujuan untuk berhias dan menjaga kebersihan. Selain itu, mandi juga dianjurkan sebelum shalat gerhana (shalat kusuf), shalat minta hujan, wukuf di Arafah, mandi di Masy’aril Haram, serta sebelum melempar jumrah pada hari-hari Tasyriq, dan situasi lain yang melibatkan berkumpulnya orang banyak, baik untuk ibadah maupun kegiatan sehari-hari.
2. Ketika tubuh mengalami perubahan bau atau kondisi fisik.
Menurut Mahamili, seorang ahli fikih dari mazhab Syafi’i, mandi dianjurkan setiap kali ada perubahan pada tubuh, seperti bau yang tidak sedap. Para ulama fikih juga menganjurkan mandi bagi orang yang baru sembuh dari gila atau pingsan. Mandi setelah berbekam, setelah keluar dari kamar mandi, atau setelah melakukan kegiatan yang membuat tubuh kotor juga dianjurkan, karena mandi dapat membersihkan tubuh dan mengembalikan kebersihan seperti semula (Lihat Al-Majmu, 2/234-235).
3. Ketika hendak melakukan ibadah tertentu.
Misalnya, mandi ketika akan memakai pakaian ihram untuk menunaikan ibadah haji atau umrah. Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam juga melepas pakaian dan mandi sebelum memulai manasik (prosesi ibadah haji atau umrah). Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmizi (830). Ulama fikih juga menganjurkan mandi bagi mereka yang akan melakukan tawaf ziyarah (tawaf setelah Arafah) dan tawaf wada’ (tawaf perpisahan). Ibnu Umar juga mandi setiap kali memasuki Makkah dan mengatakan bahwa Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam juga melakukan hal yang sama (HR. Bukhari, no. 1478 dan Muslim, no. 1259).
Rukun dan Tata Cara Mandi Wajib
Pada pembahasan kapan wajib mandi dan kapan disunahkan, Hasiltani membahas rukun dan tata cara mandi wajib.
Mandi wajib merupakan cara untuk mensucikan diri dari hadas besar, seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berikut ini adalah langkah-langkah mandi wajib berdasarkan riwayat dari HR. Muslim dan Bukhari:
1. Berniat untuk Mengangkat Hadas Besar
Segala sesuatu dimulai dengan niat, termasuk mandi wajib. Niat ini bertujuan untuk mengangkat hadas besar. Niat tersebut bisa dibaca dalam hati atau dilafalkan, misalnya:
“Aku berniat untuk mengangkat hadas besar karena Allah Ta’ala.”
Setelah niat, disarankan untuk membaca bismillah sebagai bentuk memulai ibadah dengan menyebut nama Allah.
2. Niat Mandi Wajib Setelah Berhubungan Intim
Jika mandi wajib dilakukan setelah berhubungan intim, niat yang harus diucapkan adalah:
“Nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbari minal janabati fardhan lillahi ta’ala.”
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku berniat mandi untuk membersihkan hadas besar dari janabah, fardu karena Allah Ta’ala.”
3. Niat Mandi Wajib Setelah Haid atau Nifas
Bagi perempuan yang melakukan mandi wajib setelah haid atau nifas, niat yang dibaca adalah:
“Nawaitu ghusla liraf’il hadatsil akbar minan nifasi fardhan lillahi ta’ala.”
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari nifas, fardu karena Allah Ta’ala.”
4. Membasuh Seluruh Anggota Tubuh
Rasulullah SAW mengajarkan tata cara mandi dengan membasuh seluruh tubuh. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda kepada Ummu Salamah RA, “Ambil tiga kali air untuk membasuh kepala, lalu ratakan air ke seluruh tubuh, maka engkau akan menjadi suci” (HR. Muslim).
Pastikan air membasahi seluruh tubuh, termasuk rambut, kulit, kuku, bulu, telinga, dan bagian depan serta belakang kemaluan.
5. Rambut Harus Terurai
Rambut harus dilepas atau tidak diikat saat mandi wajib. Hal ini agar air bisa merata hingga ke seluruh bagian tubuh. Jika rambut diikat, ada kemungkinan air tidak sampai ke semua bagian, dan mandi wajib pun tidak sempurna.
Setelah haid, perempuan juga disarankan untuk mencukur bulu kemaluan. Ini bertujuan menjaga kebersihan agar tidak ada kotoran yang menempel. Mencukur bulu kemaluan dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan dalam Islam, berbeda dengan mencukur alis yang memiliki aturan tersendiri.
6. Menggunakan Wewangian Setelah Haid (Sunnah)
Bagi perempuan, menggunakan wewangian setelah haid adalah sunnah, bukan kewajiban. Rasulullah SAW menyarankan perempuan untuk menggunakan wangi-wangian di area yang terkena darah haid. Pada zamannya, mereka menggunakan bunga kasturi. Sekarang, banyak jenis wewangian yang bisa dipakai untuk tujuan ini.
Baca juga:
- Bersuci dalam Islam – Panduan Menjaga Kebersihan Fisik dan Spiritual
- Panduan Lengkap Mandi Besar – Tata Cara, Niat, dan Pentingnya dalam Islam
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang kapan wajib mandi dan kapan disunahkan.
Mengetahui perbedaan antara mandi wajib dan mandi yang disunnahkan sangat penting bagi setiap muslim untuk menjaga kesucian diri sesuai tuntunan agama. Mandi wajib dilakukan ketika seseorang berada dalam kondisi hadas besar, seperti setelah berhubungan intim, haid, atau nifas, yang tanpa mandi akan menghalangi pelaksanaan ibadah seperti shalat. Di sisi lain, mandi sunnah dianjurkan pada waktu-waktu tertentu seperti sebelum shalat hari raya atau ketika akan berkumpul dengan banyak orang, yang bertujuan menjaga kebersihan dan meningkatkan kesegaran diri.
Dengan memahami kapan mandi menjadi suatu kewajiban dan kapan disunnahkan, kita bisa lebih optimal dalam menjalankan ibadah serta menjaga kebersihan fisik dan spiritual. Semoga penjelasan ini membantu memperjelas kapan seorang muslim harus mandi wajib dan kapan dianjurkan untuk mandi sunnah, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar.
Terimaksih telah membaca artikel kapan wajib mandi dan kapan disunahkan ini, semoga informasi mengenai kapan wajib mandi dan kapan disunahkan ini bermanfaat untuk Sobat.