Hadits Tentang Iman

Berbagai Hadits Tentang Iman – Makna dan Ajaran Iman dalam Islam

Diposting pada

Hasiltani.id – Berbagai Hadits Tentang Iman – Makna dan Ajaran Iman dalam Islam. Iman adalah salah satu konsep sentral dalam agama Islam, dan hadits-hadits yang menggambarkan makna dan pentingnya iman memainkan peran kunci dalam panduan dan ajaran yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam Islam, iman bukan hanya sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga mencakup tindakan dan perbuatan yang mencerminkan keyakinan tersebut.

Artikel ini akan menjelajahi berbagai Hadits Tentang Iman dalam Islam, serta bagaimana iman memengaruhi perilaku dan hubungan antarindividu dalam masyarakat Muslim.

Hadits-hadits ini memberikan pandangan yang dalam dan berharga tentang makna sejati dari iman dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.

Pengertian Iman

Sebelum membahas mengenai Hadits Tentang Iman, simak penjelasan mengenai Pengertian Iman terlebih dahulu.

Iman adalah keyakinan atau kepercayaan yang mendalam terhadap suatu hal atau konsep, khususnya dalam konteks agama.

Dalam agama Islam, iman merujuk pada keyakinan yang kuat terhadap Allah, para rasul, kitab suci, malaikat, hari akhir, dan takdir Allah.

Iman merupakan aspek yang sangat penting dalam praktik keagamaan dan sering kali dianggap sebagai dasar dari hubungan individu dengan Tuhan dalam agama Islam.

Iman juga bisa merujuk pada keyakinan dalam hal-hal lain di luar konteks agama, seperti iman dalam diri sendiri atau iman pada prinsip-prinsip tertentu dalam kehidupan.

Oleh karena itu, iman kepada Allah SWT adalah meyakini dengan sungguh-sungguh dalam hati bahwa Allah SWT benar-benar ada dengan segala sifat kebesaran dan kesempurnaan-Nya.

Kemudian, keyakinan tersebut diucapkan dengan kata-kata, dan diwujudkan melalui tindakan nyata.

Dalam konteks syari’at, iman berarti memahami keberadaan Allah SWT dan sifat-sifat-Nya, serta melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.

Sebagai hasilnya, seseorang dapat dianggap memiliki iman yang sempurna jika memenuhi semua aspek ini.

Namun, jika seseorang hanya memahami keberadaan Allah dalam hatinya, tanpa mengucapkannya dengan lisan dan tanpa menunjukkan keimanannya melalui tindakan nyata, maka dia tidak dapat disebut sebagai seorang mukmin yang sempurna.

Sebab, ketiga unsur keimanan ini membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

Pembahasan mengenai iman sangat luas, dan kita dapat menemukan berbagai dalilnya dalam Al-Quran serta hadis-hadis tentang iman. Dalam salah satu ayat Al-Quran, Allah SWT berfirman sebagai berikut:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hujurat: 15).

Iman memiliki berbagai macam aspek, terutama jika kita merujuk pada rukun iman dalam Islam. Rukun iman ini meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab suci Allah SWT, iman kepada para rasul, iman kepada hari akhirat, serta iman kepada qada dan qadar (takdir baik dan buruk dari Allah SWT).

Keimanan ini memiliki peran yang sangat penting karena menjadi bekal kita di akhirat nanti. Seorang Muslim yang memiliki iman yang kuat dan bertakwa kepada Allah SWT, maka dengan izin Allah, kita akan mendapatkan tempat di surga, dan Allah SWT akan meridhai kita.

Namun, menjadi seorang hamba yang memiliki iman tidak selalu mudah, kadang-kadang iman kita naik dan turun tanpa terduga.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempelajari ajaran Nabi Muhammad SAW melalui Hadits Tentang Iman agar kita dapat tetap berada dalam ketaatan kepada Allah dan melaksanakan amal-amal yang baik.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, berikut ini adalah daftar lengkap hadis-hadis tentang iman dan ihsan dalam bahasa Arab beserta terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Hadits Tentang Iman

Berikut adalah berbagai Hadits Tentang Iman:

Baca Juga :  Surat Al-Baqarah Ayat 216-220 – Arab, Latin dan Terjemahannya

حَدِيْثُ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النبي ص م بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ : مَاالْاِيْمَانُ؟ قَالَ : الْاِيْمَانُ اَنْ تُؤْمِنُ بِالله وَمَلَائِكَتِهِ وَبِلقَائِهِ وَبِرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالبَعْثِ،قَالَ:مَاالْاِسْلاَمُ؟ قَالَ: الْاِسْلاَمُ اَنْ تَعْبُدَاللهَ وَلَاتُشْرِكْ بِهِ وَتُقِيْمَ الصَّـلَاةَ وَتُؤَدِّىَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ. قَالَ: مَاالْاِحْسَانُ؟ قَالَ : اَنْ تَعْبُدَاللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَأِنهُ يَرَاكَ. قَالَ: مَتَى السَّـاعَةُ؟ قَالَ: مَااْلمسْـئُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّـائِلِ، وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ اَشْرَاطِهَا، اِذَا وَلَدَتِ الاَمَةُ رَبَّهَا، وَاِذَاَ تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْاِبِلِ الْبَهْمُ فِى الْبُنْيَانِ، فِى خَمْسٍ لَايَعْلَمُهُنَّ اِلّااللهُ. ثُمَّ تَلاَ النَّبِىُّ ص م اِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السّـاعَةِ،الآية. ثُمَّ اَدْبَرَ. فَقَلَ: رُدُّوْهُ، فَلَمْ يَرَوْا شَيْئاً.فَقَلَ: هَذاَ جِبْرِيْلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِيْنَهُمْ.

Artinya:

Hadis Abu Hurairah ra. menceritakan suatu kejadian di mana Nabi SAW berada di tengah-tengah para sahabatnya. Pada saat itu, ada seorang individu yang mendatangi beliau dan bertanya, “Apa itu iman?” Nabi SAW menjawab dengan tegas, “Iman adalah keyakinanmu kepada Allah dan para malaikat-Nya, keyakinan akan pertemuan dengan-Nya, keyakinan kepada para rasul-Nya, dan keyakinan akan hari kiamat setelah kematian.”

Kemudian, individu tersebut bertanya lagi, “Apa itu Islam?” Nabi SAW menjawab, “Islam adalah tindakan ibadahmu kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan siapapun, melaksanakan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa selama bulan Ramadan.”

Lalu, ia bertanya, “Apa itu Ihsan?” Nabi SAW menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak mampu merasakan seperti itu, maka percayalah bahwa Allah senantiasa melihatmu.”

Tidak berhenti di situ, ia pun bertanya, “Kapan terjadinya hari kiamat?” Nabi SAW menjawab, “Tidak ada yang lebih mengetahui tentang hari kiamat selain Allah. Namun, aku akan memberitahumu tanda-tandanya. Yaitu, ketika seorang budak perempuan melahirkan tuannya, ketika pengembala unta dan ternak berlomba-lomba dalam membangun, dan dalam lima hal tersebut, hanya Allah yang mengetahuinya.”

Kemudian, Nabi SAW membacakan ayat yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja terdapat pengetahuan tentang hari kiamat; Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui isi rahim. Dan tidak ada seorang pun yang tahu di bumi mana dia akan meninggal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Orang yang bertanya tadi pergi, dan Nabi SAW menjelaskan, “Itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama kepada manusia.” (HR Bukhari; Muslim).

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ.(رواه البخاري(

Abdullah ibn Musa telah mengisahkan kepada kami, ia berkata bahwa Hanzhalah ibn Abi Sufyan telah memberikan laporan kepada kami, yang dikutip dari Ikrimah ibn Khalid, yang mendengar dari Ibn Umar r.a, yang berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda, “Islam didasarkan pada lima perkara, yaitu mengucapkan syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah swt, dan Muhammad adalah utusan-Nya, menunaikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, dan berpuasa selama bulan Ramadhan.” (H.R. Al-Bukhari).

حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإِيْمَانِ

Ibnu Umar r.a. mengatakan bahwa Nabi SAW melewati seorang lelaki dari kaum Anshar yang sedang memberikan nasihat kepada saudaranya karena rasa malu. Mendengar hal itu, Nabi SAW berkata, “Biarkanlah dia, karena sesungguhnya rasa malu itu adalah bagian dari iman.”

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Iman adalah keyakinanmu kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta keyakinanmu kepada takdir, baik yang baik maupun yang buruk.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. [رواه البخاري ومسلم]

Baca Juga :  Pelet Ya Wadud, Menarik Cinta dengan Asmaul Husna

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berbicara dengan kata-kata yang baik atau diam. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menjaga hubungan baik dengan tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

حَدِيْثُ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَعِظُ اَخَاهُ فِيْ الحَيَاءِ فَقَالَ الحَيَاءُ مِنَ الْلأِيْمَانِ

Dalam riwayat dari Abu Umar Ra, dikatakan bahwa Nabi Saw mendengar seseorang memberikan nasihat kepada saudaranya tentang pentingnya rasa malu dan menganggap perbuatan tersebut sebagai sesuatu yang buruk. Lalu, Nabi Saw bersabda, “Rasa malu itu adalah sebagian dari iman.”

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً أَفْضَلُهَا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَوْضَعُهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَان

“Iman memiliki tujuh puluh sekian cabang, dengan iman yang paling utama adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan yang paling rendah adalah menghapus gangguan dari jalan. Rasa malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (HR Bukhari, HR Muslim).

الايمان معرفة بالقلب و قول باللسا ن و عمل بالاركان (رواه الطبران)

Artinya: “Iman adalah pengakuan dalam hati, pengucapan dengan kata-kata, dan pengamalan melalui perbuatan anggota badan.” (HR Thabrani).

عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَ جَدَ حَلَاوَةَ الإِيْمَانِ: أنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءُ لَا يُحِبُّحُ اِلَّا لِلهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُقْذَفَ فِى الْنَّا رِ. (رواه البخاري)

Artinya: Dari Anas r.a., Nabi SAW pernah bersabda: Ada tiga tanda bahwa seseorang telah mencapai manisnya iman, yaitu ketika ia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lain, ketika ia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan ketika ia merasa sangat benci untuk kembali ke dalam kekafiran sebagaimana ia sangat benci untuk dicampakkan ke dalam neraka. (HR. Bukhari)

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Iman seseorang tidak akan sempurna hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ شَارِبُهَا حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ ، وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا أَبْصَارَهُمْ حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Tidak seorang pun yang beriman akan melakukan perbuatan zina saat ia beriman, tidak seorang pun yang beriman akan meminum minuman keras saat ia beriman, tidak seorang pun yang beriman akan mencuri saat ia beriman, dan tidak seorang pun yang beriman akan merampas barang rampasan di mana orang-orang melihatnya, jika ia melakukannya dalam keadaan beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah.”

عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا [رواه مسلم]

Dari Abu Malik, Al-Harits bin Al-Asy’ari, Nabi SAW. bersabda, “Mensucikan diri adalah bagian dari iman. Ucapan ‘Alhamdulillah’ memenuhi timbangan, ucapan ‘Subhanallah’ dan ‘Alhamdulillah’ keduanya memenuhi ruang di antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah pembela, kesabaran adalah cahaya, dan Al-Qur’an bisa menjadi pelindung atau musuhmu. Setiap orang bekerja, dan dengan pekerjaannya, ia menjual dirinya sendiri. Kemudian, pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mendatangkan celaka.” (HR. Muslim)

Baca Juga :  Bismillahi Majreha Wa Mursaha - Mengapa Dibaca Majreha?

عَنِ ابْنِ حَجَرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلىَّ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أْلإِيْمَانُ مَعْرِفَةٌ بِاْلقَلْبِ وَقَوْلٌ بِالِّلسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلأَرْكَانِ (رواه ابن ماجه والطبراني)

Artinya: “Dari Ibnu Hajar Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata: Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Iman adalah pengetahuan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.’” (H.R. Ibnu Majah dan At-Tabrani).

حَدِيْثُ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لَآ اِلَهَ اِلَّا اللهُ فَمَنْ قَالَ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ عَصَمَ مِنِّيْ مَا لَهُ وَنَفْسَهُ اَلَّا بِحَقّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Katanya, “Aku diperintahkan untuk berperang melawan manusia hingga mereka mengucapkan dua kalimat syahadat. Siapa yang mengucapkannya, maka dirinya dan harta bendanya menjadi terhindar dariku, kecuali jika syariat mengizinkannya, dan segalanya kembali kepada keputusan Allah Swt.”

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ رَضِيَ الله ُعَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله ِصَلي الله عليه وسلم يَقُوْلُ : (( مَنْ رَّأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لمَّ ْيَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لمَّ ْيَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ )). رواه مسلم [ رقم : 49 ]

Artinya: “Dari Abu Sa’d Al-Khudriy Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaknya dia mengubahnya dengan kekuasaannya. Jika dia tidak mampu, maka dengan lisan. Dan jika dia masih tidak mampu, hendaknya dia membenci kemungkaran tersebut dalam hatinya. Inilah tingkatan iman yang paling lemah.’” (H.R. Muslim).

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهُ ، أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ (رواه البخاري و مسلم)

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu: Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, ‘Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia menghormati (tidak menyakiti) tetangganya (orang yang berada di sekelilingnya).” (H.R. Bukhari dan Muslim).

وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْأِيْمَانِ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Iman terdiri dari lebih dari tujuh puluh bagian, dan rasa malu adalah salah satu dari bagian-bagian iman.”

حَدِيْثُ اَنَسِ بن مالك رَضِيَ اللهُ عَنْهُ :  عَنِ النّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لِأَحِيْهِ اَوْ قَالَ لِجَارِهِ مَا يَحِبُّ لِنَفْسِهِ

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra., katanya: Nabi Saw. telah bersabda, “Iman seseorang tidak akan sempurna hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Hadits Tentang Iman.

Hadits-hadits yang telah kita bahas dalam artikel ini menyajikan pandangan yang dalam dan bermakna tentang makna iman dalam Islam.

Dari pentingnya mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri hingga perlunya menjaga amanah, hadits-hadits ini mengingatkan kita akan komitmen yang harus kita miliki terhadap keyakinan kita dalam Islam.

Iman bukan hanya sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga merupakan landasan bagi tindakan dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Semakin kita memahami dan menghayati pesan-pesan yang terkandung dalam hadits-hadits ini, semakin kita dapat memperkuat iman kita dan menjadi individu yang lebih baik dalam masyarakat.

Dengan merenungkan dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam hadits-hadits tentang iman ini, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Terimakasih telah membaca artikel Hadits Tentang Iman ini, semoga informasi mengenai Hadits Tentang Iman ini bermanfaat untuk Sobat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *