Hasiltani.id – Mengungkap Mitos dan Manfaat Kayu Dewandaru – Dari Kekuatan Ghaib hingga Khasiat Medis. Kayu dewandaru, dikenal dalam dunia mistik dan tradisi sebagai salah satu bahan yang memiliki kekuatan ghaib dan khasiat medis, telah lama menarik perhatian banyak orang.
Dalam budaya Jawa, pohon dewandaru dianggap memiliki kekuatan sakti dan sering dikaitkan dengan berbagai mitos yang mengelilinginya. Mitos ini bervariasi dari kepercayaan tentang kekuatan magis untuk meningkatkan kharisma dan wibawa, hingga kemampuan untuk mengusir gangguan makhluk halus dan menarik benda pusaka dari alam ghaib.
Tidak hanya itu, kayu dewandaru juga dipercaya memiliki manfaat medis seperti menetralisir racun, menyembuhkan luka gigitan ular, dan menghalau binatang buas.
Di tengah kepercayaan tersebut, kayu dewandaru juga memiliki nilai praktis dalam bentuk aksesoris. Kayu dari pohon yang sudah berusia ratusan tahun ini sering digunakan untuk membuat tasbih, gelang, mata cincin, dan kalung sebagai jimat.
Namun, ada aturan ketat mengenai pemanfaatannya, terutama di daerah seperti Gunung Kawi, di mana masyarakat setempat melarang sembarangan orang memetik atau menggoyang pohon dewandaru.
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang mitos dan manfaat kayu dewandaru, menjelajahi bagaimana kepercayaan dan kegunaan praktisnya saling berhubungan serta pengaruhnya terhadap budaya dan kehidupan sehari-hari.
Pohon Dewandaru
Sebelum membahas mitos dan manfaat kayu dewandaru, Hasiltani akan menjelaskan mengenai pohon dewandaru.
Pohon dewandaru, dalam terminologi Jawa, berarti “kayu pembawa wahyu dewa”. Kata “dewandaru” sering muncul dalam cerita pewayangan dan dalam bahasa Jawa Kuno serta Sanskerta. Dewandaru (Eugenia uniflora) adalah tumbuhan perdu yang dapat tumbuh hingga setinggi 5 meter dan hidup lama.
Batangnya tegak, berkayu, dan bulat dengan kulit berwarna cokelat. Daunnya adalah daun tunggal yang berwarna hijau, berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal yang meruncing. Daun ini berukuran sekitar 5 sentimeter dengan tepi rata dan pertulangan menyirip.
Bunganya tunggal dengan daun pelindung kecil berwarna hijau, memiliki mahkota bunga berwarna kuning, dan benang sari serta putik yang berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat dengan diameter sekitar 1,5 cm dan berwarna merah. Bijinya kecil, keras, dan berwarna cokelat.
Dalam bahasa Inggris, pohon ini dikenal sebagai Surinam Cherry, Brazilian Cherry, atau Cayenne Cherry, dan dipercaya memiliki kekuatan magis. Tumbuhan ini tersebar di Amerika Selatan, termasuk di Suriname, Brazil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay.
Di Indonesia, pohon dewandaru dapat ditemukan di beberapa tempat di Pulau Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Salah satu daerah yang dikenal sebagai habitat dewandaru adalah Kepulauan Karimunjawa.
Sejarah bagaimana pohon dewandaru sampai ke Indonesia belum diketahui dengan pasti, kecuali berbagai mitos turun temurun yang berkembang di masyarakat. Terutama di kalangan masyarakat Jawa, keberadaan pohon dewandaru sarat dengan mitos.
Mitos ini mencakup asal-usulnya hingga berbagai khasiat magis yang diyakini, seperti sebagai kayu sakti dan bertuah. Karena itu, kayu dewandaru sering digunakan untuk membuat aksesori seperti tasbih, gelang, akik (batu cincin), dan kalung.
Mitos Kayu Dewandaru
Pada pembahasan mitos dan manfaat kayu dewandaru, Hasiltani akan membahas mitos kayu dewandaru dahulu.
Salah satu cerita yang beredar mengenai pohon dewandaru adalah yang terkait dengan Gunung Kawi di Jawa Timur. Pohon dewandaru di Gunung Kawi terletak di kompleks makam Kiai Imam Sudjono dan Raden Mas Zakaria II. Pohon ini telah ada sejak tahun 1871 dan tumbuh menjulang tinggi, dikelilingi pagar besi setinggi 2 meter dan lebar 0,5 meter di setiap sisinya.
Menurut mitos, jika seseorang melakukan semadi di bawah pohon dewandaru selama tiga hari dan tidak sengaja terkena salah satu bagian pohon—entah itu ranting, daun, atau buah—mereka akan mendapatkan kekayaan. Setiap bulan September, pohon ini akan berbuah, dan banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan “jimat” keberuntungan.
Beberapa orang bahkan rela menginap di bawah pohon demi mendapatkan ranting, daun, atau buah yang terjatuh. Setiap bagian yang jatuh dipercaya memiliki makna berbeda. Jika daun yang jatuh, dipercaya akan mendatangkan rezeki berupa uang, sehingga sering disimpan dalam dompet sebagai jimat. Jika buahnya yang jatuh, ini menandakan datangnya rezeki yang lebih besar.
Mitos ini membuat banyak orang ingin menanam pohon dewandaru di depan rumah mereka dengan harapan mendapatkan kekayaan mendadak. Di sekitar Gunung Kawi, masyarakat melarang siapa pun memetik buah atau menggoyang pohon dewandaru karena dianggap tabu.
Di Karimunjawa, terdapat mitos lain mengenai pohon dewandaru. Konon, pohon ini ditanam oleh Sunan Nyamplungan, putra dari Sunan Muria, untuk menjaga agar Karimunjawa tetap asri dan terhindar dari gangguan. Oleh karena itu, pohon dewandaru di Karimunjawa tidak boleh dirusak atau dibawa keluar dari pulau tersebut. Siapa pun yang melanggar akan mendapatkan musibah sebagai akibatnya.
Khasiat dan Manfaat Kayu Dewandaru
Pada artikel mitos dan manfaat kayu dewandaru, setelah membahas mitos, Hasiltani akan membahas khasiat dan manfaat kayu dewandaru.
Selain mitos-mitos yang berkembang, kayu dewandaru juga dipercaya memiliki berbagai khasiat ghaib dan medis. Beberapa khasiat ghaib yang diyakini adalah:
- Meningkatkan kharisma, wibawa, dan daya tarik
- Mengusir gangguan makhluk halus
- Menarik benda pusaka dari alam ghaib
- Menyembuhkan orang yang kesurupan
- Menjadi media untuk wirid dan tirakat
- Berfungsi sebagai piranti mahabbah atau penglaris bagi pedagang
Sedangkan khasiat medis yang dipercayai meliputi:
- Menetralisir racun atau bisa ular
- Menyembuhkan luka akibat gigitan ular berbisa
- Menghalau binatang buas
- Digunakan sebagai tinta rajah
Kayu dewandaru sering dimanfaatkan untuk membuat aksesoris seperti tasbih, gelang, mata cincin, dan kalung, yang digunakan sebagai jimat. Kayu dari pohon dewandaru yang sudah berusia ratusan tahun dan memiliki kualitas terbaik akan tenggelam jika dimasukkan ke dalam air.
Namun, tidak semua orang diperbolehkan memetik atau membawa kayu dewandaru sembarangan. Di sekitar Gunung Kawi, masyarakat melarang siapa pun memetik buah atau menggoyang pohon dewandaru, menghormati kepercayaan dan mitos yang berkembang tentang pohon ini.
Baca juga: Misteri Mendalam – Ciri dan Khasiat Tasbih Kayu Dewandaru
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang mitos dan manfaat kayu dewandaru.
Kayu dewandaru bukan hanya sekadar bahan yang digunakan untuk aksesoris atau jimat, tetapi juga merupakan bagian penting dari warisan budaya dan kepercayaan masyarakat.
Mitos-mitos yang melingkupi kayu dewandaru—mulai dari kemampuannya untuk meningkatkan kharisma hingga kemampuannya dalam mengusir gangguan ghaib—mencerminkan betapa mendalamnya penghargaan dan keyakinan yang diberikan kepada pohon ini.
Selain itu, manfaat medis yang dipercayai, seperti kemampuannya untuk menetralisir racun atau menyembuhkan luka, menunjukkan bagaimana kayu dewandaru diakui bukan hanya dalam ranah spiritual tetapi juga dalam konteks kesehatan.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang diperbolehkan untuk memetik atau menggunakan kayu dewandaru sembarangan, terutama di daerah seperti Gunung Kawi, di mana ada aturan ketat untuk melestarikan dan menghormati pohon ini. Keberadaan kayu dewandaru dengan segala mitos dan manfaatnya menggambarkan betapa eratnya hubungan antara kepercayaan, tradisi, dan pemanfaatan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memahami dan menghormati mitos serta manfaat yang terkait dengan kayu dewandaru, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga dapat lebih menghargai bagaimana kekayaan alam dan kepercayaan lokal saling berinteraksi dalam membentuk identitas kita.
Terimakasih telah membaca artikel mitos dan manfaat kayu dewandaru ini, semoga informasi mengenai mitos dan manfaat kayu dewandaru ini bermanfaat untuk Sobat.