Hasiltani.id – Teks Kanan Nabi Yathufu dalam Arab, Latin dan Terjemahannya. Kisah dan ajaran dari Nabi Muhammad SAW. selalu menjadi sumber inspirasi dan pedoman bagi umat Islam di seluruh dunia.
Salah satu kisah yang menarik dan sarat makna dalam kehidupan Rasulullah adalah kisah “Teks Kanan Nabi Yathufu,” yang sering kali dikenal sebagai contoh nyata tentang kesabaran, kedermawanan, dan penuh kasih sayangan.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam tentang “Teks Kanan Nabi Yathufu” dalam bahasa Arab, disertai dengan transliterasi Latinnya, dan terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.
Melalui pemahaman akan teks ini, kita dapat merenungkan nilai-nilai penting yang terkandung di dalamnya dan bagaimana pesan-pesan tersebut dapat menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Mari kita lanjutkan dengan penelusuran lebih jauh tentang makna dan pesan dari “Teks Kanan Nabi Yathufu.”
Teks Kanan Nabi Yathufu
Judul suluk nada lagu yang dinyanyikan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad adalah “Cinta Seorang Badui.” Lagu ini mengisahkan seorang badui dari desa yang awalnya tidak mengenal Rasulullah SAW., namun sangat mencintai beliau.
Penting untuk dicatat bahwa teks ini tidak dapat dianggap sebagai hadits. Hal ini disebabkan oleh banyak ulama hadits yang menganggap riwayat teks ini sebagai maudhu’, artinya palsu. Namun demikian, cerita ini tetap populer di kalangan umat Islam.
Teks Arab:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطُوْفُ فِي الْكَعْبَةِ فَرَأَى أَعْرَابِيًّا يَطُوْفُ بِهَا وَيَقُوْلُ يَا كَرِيْمُ فَقَالَ النَّبِيُّ وَرَاءَهُ يَا كَرِيْمُ فَانْتَقَلَ الْأَعْرَابِيُّ إِلَى الرُّكْنِ الثَّانِيْ وَقَالَ يَاكَرِيْمُ فَقَالَ النَّبِيُّ فَقَالَ الْحَبِيْبُ وَرَاءَهُ يَا كَرِيْمُ.
فَانْتَقَلَ الْأَعْرَابِيُّ إِلَى الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ وَقَالَ يَا كَرِيْمُ فَقَال النَّبِيُّ فَقَالَ الْحَبِيْبُ وَرَاءَهُ يَا كَرِيْمُ فَانْتَفَذَ الْأَعْرَابِيُّ إِلَى النَّبِيِّ فَقَالَ لَهُ أَتَهْزَأُ بِيْ يَا أَخَا الْعَرَبِ وَاللهِ لَوْلَا صَبَاحَةُ وَجْهِكَ وَبَهَاءُ طَلْعَتِكَ لَشَكَوْتُكَ إِلَى حَبِيْبِيْ مُحَمَّدًا فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ: أَوَلَا تَعْرِفُ نَبِيَّكَ يَا أَخَا الْعَرَبِ؟ قَالَ وَاللهِ آمَنْتُ بِهِ وَلَمْ أَرَهْ وَدَخَلْتُ مَكَّةَ وَلَمْ أَلْقَهْ قَالَ لَهُ النَّبِيُّ: أَنَا نَبِيُّكَ يَا أَخَا الْعَرَبِ. فَانْكَبَّ الْأَعْرَابِيُّ عَلَى يَدِ النَّبِيِّ يُقَبِّلُهَا وَيَقُوْلُ فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ يَا يَا حَبِيْبَ اللهِ.
فَنَزَلَ جِبْرِيْلُ الْأَمِيْنُ عَلَى النَّبِيِّ فَقَالَ لَهُ يَا حَبِيْبَ اللهِ، اَللهُ يُقْرِئُكَ السَّلَامَ وَيَقُوْلُ لَكَ: قُلْ لِهَذَا الْأَعْرَابِيِّ أَيَظُنُّ إِنْ قَالَ يَا كَرِيْمُ أَنَّنَا لَا نُحَاسِبُهُ. فَقَالَ الْأَعْرَابِيُّ وَاللهِ يَا نُوْرَ الْعَيْنِ يَاجَدَّ الْحَسَنَيْنِ لَوْ حَاسَبَنِيْ رَبِّيْ لَأُحَاسِبَنَّهُ. قَالَ لَهُ النَّبِيُّ: وَكَيْفَ تُحَاسِبُ رَبَّكَ يَا أَخَا الْعَرَبِ؟ قَالَ لَئِنْ حَاسَبَنِيْ عَلَى ذَنْبِيْ حَاسَبْتُهُ عَلَى مَغْفِرَتِهِ، وَإِنْ حَاسَبَنِيْ عَلَى تَقْصِيْرِيْ حَاسَبْتُهُ عَلَى جُوْدِهِ وَكَرَمِهِ.
فَقَالَ جِبْرِيْلُ الْأَمِيْنُ يَا حَبِيْبَ اللهِ اَللهُ يَقُوْلُ لَكَ قُلْ لِهَذَا الْأَعْرَابِيِّ أَنْ لَا يُحَاسِبَنَا وَلَا نُحَاسِبُهُ. هُوَ الْكَرِيْمُ هُوَ الرَّحِيْمُ هُوَ الْعَظِيْمُ.
Latin:
“Kana al-Nabiyyu ṣalla Allah ‘alayhi wa-sallama yaṭūfu fī al-Ka’bah, fara’a ‘a’rābiyyan yaṭūfu bihā wa yaqūlu yā karīmu. Faqāla al-Nabiyyu warā’ahu yā karīmu. Fantaqala al-‘a’rābiyyu ilā al-rukn al-thānī waqāla yā karīmu. Faqāla al-Nabiyyu warā’ahu yā karīmu. Faqāla al-ḥabību warā’ahu yā karīmu.
Fantaqala al-‘a’rābiyyu ilā al-ḥajar al-aswadi waqāla yā karīmu. Faqāla al-Nabiyyu warā’ahu yā karīmu. Fantafadhaẓa al-‘a’rābiyyu ilā al-Nabiyyi faqāla lahu atahza’u bī yā akhā al-‘arab? Wallāhi lau-lā ṣabāḥatu wajhika wa-bahā’u ṭal’atika la-shakawtuka ilā ḥabībī Muḥammadan. Faqāla lahu al-Nabiyyu: ‘Awa-lā ta’rifu nabiyyaka yā akhā al-‘arab? Qāla wallāhi āmantu bihi wa-lam arah wa-dakhaltu Makkata wa-lam alqah. Faqāla lahu al-Nabiyyu: Anā nabiyyuka yā akhā al-‘arab. Fankabba al-‘a’rābiyyu ‘alā yadi al-Nabiyyi yuqabbiluhā wa yaqūlu fidāka abī wa-ummī yā yā ḥabība Allah.
Fanazala Jibrīlu al-amīnu ‘alā al-Nabiyyi faqāla lahu yā ḥabība Allah, Allāhu yuqri’uka al-salāma wa yaqūlu laka: Qul li-hādhā al-‘a’rābiyyi an yaẓunnu in qāla yā karīmu annanā lā nuḥāsibuhu. Faqāla al-‘a’rābiyyu wallāhi yā nūra al-‘ayni yā jadda al-ḥasanayni law ḥāsabani rabbī la-uḥāsibu nahu. Qāla lahu al-Nabiyyu: Wa kayfa tuḥāsibu rabbaka yā akhā al-‘arab? Qāla la’in ḥāsabani ‘alā dhambī ḥāsabtuhu ‘alā maghfiratihi, wa’in ḥāsabani ‘alā taqṣīrī ḥāsabtuhu ‘alā jūdihi wa-karamihi.
Faqāla Jibrīlu al-amīnu yā ḥabība Allah, Allāhu yaqūlu laka qul li-hādhā al-‘a’rābiyyi an lā yuḥāsibunā wa-lā nuḥāsibuhu. Huwa al-karīmu huwa al-raḥīmu huwa al-‘aẓīmu.
Terjemahannya:
Rasulullah SAW. sedang melakukan tawaf di sekitar Ka’bah ketika ia melihat seorang Arab yang juga sedang melakukan tawaf di sekitar Ka’bah sambil berkata, ‘Yaa Karim’ (Wahai Yang Mulia). Rasulullah SAW. kemudian berkata dari belakangnya, ‘Yaa Karim’ juga. Kemudian, si Arab pindah ke Rukun yang kedua dan berkata lagi, ‘Yaa Karim.’ Rasulullah SAW. tetap berkata, ‘Yaa Karim’ dari belakangnya.
Kemudian, si Arab pindah ke Hajar Aswad (Batunya Ka’bah yang berwarna hitam) dan berkata, ‘Yaa Karim.’ Rasulullah SAW. juga berkata, ‘Yaa Karim’ dari belakangnya. Akhirnya, si Arab mendekati Rasulullah SAW. dan berkata, ‘Apakah kamu sedang mencemoohiku, wahai saudaraku dari kalangan Arab?’ Dia bersumpah, ‘Demi Allah, jika bukan karena keindahan wajahmu dan cahaya keberadaanmu, aku akan mengadukanmu kepada kekasihku, Muhammad.’ Rasulullah SAW. kemudian berkata padanya, ‘Apakah kamu tidak mengenal Nabi mu, wahai saudaraku dari kalangan Arab?’ Si Arab menjawab, ‘Demi Allah, aku telah beriman kepadanya, meskipun aku belum pernah melihatnya, dan aku telah masuk ke dalam Makkah tanpa bertemu dengannya.’ Rasulullah SAW. berkata kepadanya, ‘Akulah Nabi mu, wahai saudaraku dari kalangan Arab.’ Si Arab kemudian merunduk dan mencium tangan Rasulullah SAW. seraya berkata, ‘Aku bersumpah demi Allah, wahai cahaya mataku, wahai yang memiliki dua kebaikan (yang besar), jika Dia (Allah) menghukumku, maka aku akan menghukum-Nya dengan rahmat-Nya. Jika Dia menghukumku karena kesalahanku, maka aku akan menghukum-Nya karena kemurahan-Nya dan kebaikan-Nya.’
Kemudian, Jibril yang Amin turun kepada Rasulullah SAW. dan berkata, ‘Wahai kekasih Allah, Allah memberikan salam kepadamu dan berfirman kepadamu, ‘Katakanlah kepada orang Arab ini agar dia tidak mengira bahwa jika dia mengatakan ‘Yaa Karim,’ kita tidak akan menghisabnya.’ Si Arab menjawab, ‘Demi Allah, wahai cahaya mataku, wahai yang memiliki dua kebaikan (yang besar), jika Rabbku menghisabku, maka aku akan menghisab-Nya dengan rahmat-Nya. Jika Rabbku menghisabku karena kesalahan-kesalahanku, maka aku akan menghisab-Nya dengan kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.
Makna Teks Kanan Nabi Yathufu
Setelah membahas mengenai Teks Kanan Nabi Yathufu dalan lafadz arab, latin serta terjemahannya, Hasiltani juga membahas makna dari Teks Kanan Nabi Yathufu ini.
Teks Kana al-Nabi Yathufu adalah sebuah kisah yang menggambarkan bagaimana Rasulullah Muhammad SAW.
merespons dengan penuh kesabaran dan kedermawanan terhadap seorang Arab Badui yang awalnya tampaknya mengolok-oloknya dengan memanggilnya “Yaa Karim” (Wahai Yang Mulia) saat keduanya melakukan tawaf di sekitar Ka’bah.
Meskipun si Arab Badui awalnya tampak tidak mengenal Rasulullah SAW. dan berkata kata dengan nada penghinaan, Rasulullah SAW. tetap menjawab dengan penuh kasih sayang dan tidak marah.
Bahkan, Rasulullah SAW. juga memanggilnya “Yaa Karim” dengan tulus.
Makna yang dapat diambil dari teks ini adalah sebagai berikut:
- Kesabaran dan Kedermawanan: Kisah ini menunjukkan kesabaran Rasulullah SAW. dalam menghadapi ejekan atau sindiran dari orang lain. Ia tidak membalas dengan kemarahan atau kebencian, melainkan dengan sikap yang penuh kasih sayang dan kebaikan.
- Pengajaran Nilai-nilai Islami: Teks ini mengajarkan pentingnya sikap pemaafan, toleransi, dan sikap baik terhadap sesama, bahkan ketika kita dihadapkan pada perilaku atau perkataan yang kurang menyenangkan. Sikap Rasulullah SAW. dalam kisah ini merupakan contoh teladan bagi umat Islam.
- Kebaikan Hati Mengubah Hati: Teks ini juga mengilustrasikan bagaimana sikap baik dan kemurahan hati dapat mengubah hati seseorang. Meskipun si Arab Badui awalnya mengolok-olok, ia akhirnya merasa terharu dan mengakui kebaikan Rasulullah SAW. setelah mendengar penjelasan-Nya.
- Kedermawanan Nabi: Rasulullah SAW. dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan dan pemurah. Teks ini mencerminkan salah satu aspek dari kepribadiannya yang penuh kasih sayang dan kedermawanan, bahkan dalam situasi yang mungkin sulit.
Penutup
Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang Teks Kanan Nabi Yathufu.
Artikel ini mengingatkan kita akan pentingnya merenungkan kisah-kisah kebaikan, kesabaran, dan kedermawanan Rasulullah Muhammad SAW. dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Teks Kana al-Nabi Yathufu adalah salah satu contoh nyata bagaimana sikap penuh kasih sayang dan pemurahannya mempengaruhi hati orang lain, bahkan dalam situasi yang mungkin sulit.
Dalam bahasa Arab, teks tersebut mengajarkan kita nilai-nilai penting seperti kesabaran, pemaafan, dan toleransi. Sementara dalam bentuk transliterasi Latin, teks ini membantu memahami dan melafalkan kata-kata dalam bahasa Arab dengan benar.
Terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia memberikan pemahaman lebih dalam tentang pesan yang terkandung dalam kisah ini.
Kita dapat mengambil inspirasi dari Rasulullah SAW. dalam kisah ini untuk menerapkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari kita, terutama dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
Terimakasih telah membaca artikel Teks Kanan Nabi Yathufu ini, semoga informasi mengenai Teks Kanan Nabi Yathufu ini bermanfaat untuk Sobat.