Wabil Walidaini Ihsana

Wabil Walidaini Ihsana Artinya, Terdapat Pada Surat Al Isra, An Nisa dan Al An’am

Posted on

Hasiltani.id – Wabil Walidaini Ihsana Artinya, Terdapat Pada Surat Al Isra, An Nisa dan Al An’am. Dalam ajaran Islam, pentingnya berbuat baik kepada orang tua merupakan nilai yang sangat ditekankan. Frasa “wabil walidaini ihsana artinya “berbuat baik kepada kedua orang tua” adalah perintah penting yang sering disebutkan dalam Al-Qur’an. Frasa ini muncul dalam beberapa surah, termasuk Surat Al-Isra, Surat An-Nisa, dan Surat Al-An’am, masing-masing dengan penekanan yang berbeda namun konsisten dalam maknanya.

Surat Al-Isra (17:23) menekankan kewajiban berbuat baik kepada orang tua di samping ibadah hanya kepada Allah, menyiratkan betapa pentingnya menghormati dan merawat orang tua. Surat An-Nisa (4:36) memperluas pengertian tersebut dengan menyebutkan berbagai kelompok yang harus diperlakukan dengan baik, termasuk orang tua, kerabat, anak yatim, dan orang miskin. Surat Al-An’am (6:151) juga menggarisbawahi hal ini sambil memberikan perintah untuk menjauhi perbuatan keji dan menjaga hak-hak manusia.

Dengan memahami konteks dan aplikasi dari “wabil walidaini ihsana artinya” dalam ketiga surah ini, kita bisa lebih mendalami bagaimana Islam mengajarkan umatnya untuk berperilaku baik dan penuh kasih sayang terhadap orang tua dan sesama. Artikel ini akan membahas secara mendetail makna dan implikasi dari frasa ini serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengenal Surat Al-Isra

Sebelum membahas wabil walidaini ihsana artinya, Hasiltani akan membahas mengenai Surat Al-Isra.

Surah Al-Isra‘ (الإسرا, al-Isrā’, “Perjalanan Malam”) adalah surah ke-17 dalam al-Qur’an, terdiri dari 111 ayat, dan termasuk golongan surah Makkiyah.

Nama “Al-Isra” berarti “memperjalankan di malam hari,” merujuk pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Surah ini juga dikenal sebagai Surah Bani Israil, mengacu pada kisah Bani Israil yang disebutkan dalam ayat 2 hingga 8 dan 101 hingga 104.

Surah ini menegaskan bahwa Bani Israil, yang awalnya kuat dan besar, menjadi terhina akibat penyimpangan dari ajaran Allah SWT. Pesan penting dari surah ini adalah peringatan bagi umat Islam bahwa mereka juga dapat mengalami keruntuhan jika meninggalkan ajaran agama seperti halnya Bani Israil.

Kandungan Surat Al Isra

Berikut adalah ringkasan isi kandungan penting dari Surat Al-Isra’:

1. Perjalanan Malam (Isra’)

Surat Al-Isra’ dimulai dengan kisah perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Peristiwa ini, dikenal dalam Islam sebagai Isra’, merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW dan menunjukkan kekuasaan Allah SWT.

Baca Juga :  Teks Arab, Latin, dan Terjemah Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4 - Tafsirnya

2. Kehancuran Umat-Umat Terdahulu

Surat ini juga mengisahkan kehancuran beberapa umat terdahulu yang melampaui batas dan berbuat maksiat. Cerita ini berfungsi sebagai peringatan bagi umat Islam untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan untuk belajar dari sejarah agar tidak terjebak dalam dosa yang sama di masa depan.

3. Pentingnya Menghormati Orang Tua

Surat Al-Isra’ menekankan pentingnya menghormati dan berbuat baik kepada orang tua. Ayat 23 mengingatkan umat Islam untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar atau marah kepada orang tua, melainkan memperlakukan mereka dengan hormat dan kasih sayang.

Mengenal Surat An-Nisa

Pada pembahasan wabil walidaini ihsana artinya, Hasiltani akan menjelaskan mengenai Surat An-Nisa.

Surah An-Nisa’ (bahasa Arab: سورة النسآء, translit. sūrah an-nisā’, “Perempuan”) adalah surah ke-4 dalam Al-Qur’an, yang terdiri dari 176 ayat. Nama “An-Nisa’” berarti “wanita”, dan surah ini banyak membahas hal-hal yang berkaitan dengan wanita, menjadikannya sebagai surah yang paling fokus pada tema tersebut dibandingkan dengan surah lainnya. Surah ini termasuk dalam golongan Madaniyyah, yang menunjukkan bahwa ia diwahyukan setelah hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Kandungan Surat An-Nisa

Berikut adalah ringkasan isi kandungan dari Surah An-Nisa’:

1. Hukum Keluarga dan Warisan

Surah An-Nisa’ membahas berbagai aspek hukum keluarga, termasuk masalah poligami, mahar, dan warisan. Ini meliputi kewajiban para waris dan prinsip-prinsip hukum warisan (faraidh).

2. Hukum Perkawinan

Surah ini memberikan panduan mengenai perkawinan, perlakuan terhadap istri, dan peraturan dalam hubungan suami istri.

3. Kewajiban Manusia Terhadap Allah

Surah ini berbicara tentang kewajiban manusia terhadap Allah, termasuk larangan syirik (menyekutukan Allah) dan keburukan orang munafik.

4. Dasar-Dasar Pemerintahan

Surah An-Nisa’ mencakup dasar-dasar pemerintahan dalam Islam, memberikan pedoman untuk tata cara menjalankan masyarakat dengan adil.

5. Siasat dan Adab Perang dalam Islam

Surah ini juga menguraikan taktik dan etika perang dalam Islam, serta kewajiban berhijrah (migrasi) dan melaksanakan salat.

6. Kewajiban Berlaku Adil

Surah ini menekankan pentingnya berlaku adil dalam hubungan sosial dan hukum.

7. Pelanggaran Orang-orang Yahudi

Surah An-Nisa’ mengulas pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa orang Yahudi dalam konteks sejarah Islam.

8. Pandangan Al-Qur’an terhadap Nabi Isa AS

Surah ini juga menjelaskan pandangan Al-Qur’an mengenai Nabi Isa AS, termasuk posisi dan peran beliau dalam ajaran Islam.

Mengenal Surat Al-An’am

Pada pembahasan wabil walidaini ihsana artinya, Hasiltani membahas mengenai Surat Al-Anam.

Surah al-An’am (bahasa Arab: الانعام, al-An’ām, “Binatang Ternak”) adalah surah ke-6 dalam Al-Qur’an, yang terdiri dari 165 ayat dan diturunkan di Makkah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Nama “al-An’am” berarti “binatang ternak”, karena surah ini membahas berbagai hukum terkait hewan ternak serta adat istiadat kaum musyrik Quraisy Makkah yang menggunakan hewan ternak sebagai persembahan kepada Tuhan mereka sebagai bentuk ibadah dan pendekatan kepada-Nya.

Baca Juga :  Arti Alhamdulillahirobbil ‘Alamin Wabihi Nasta’inu Ala Umuriddunya Waddin

Kandungan dari Surah al-An’am

Berikut adalah kandungan dari Surah al-An’am:

1. Keberadaan Allah dan Kebenaran Wahyu

Surah al-An’am dimulai dengan penekanan pada adanya Allah sebagai Tuhan yang Maha Kuasa dan pencipta segala sesuatu. Surah ini juga membahas pentingnya wahyu dan kebenaran agama Islam sebagai petunjuk hidup yang diwahyukan oleh Allah.

2. Kritik Terhadap Penyembahan Berhala

Surah ini mengkritik penyembahan berhala dan kebiasaan masyarakat Quraisy yang menjadikan hewan ternak sebagai persembahan untuk dewa-dewa mereka. Penekanan diberikan pada kesalahan mereka dalam menyembah selain Allah dan menekankan bahwa hanya Allah yang pantas disembah.

3. Hukum-Hukum Terkait Hewan Ternak

Surah al-An’am menjelaskan berbagai hukum mengenai hewan ternak, termasuk aturan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, serta tatacara penyembelihan hewan untuk keperluan ibadah.

4. Peraturan Perilaku dan Moral

Surah ini juga memberikan panduan tentang perilaku moral dan etika yang harus dipegang teguh oleh umat Islam, termasuk kejujuran, keadilan, dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Tantangan dan Penolakan Terhadap Rasul

Surah ini menggambarkan tantangan dan penolakan yang dihadapi oleh para rasul dalam menyampaikan wahyu, serta respons mereka terhadap penolakan tersebut. Ini termasuk kisah-kisah rasul terdahulu sebagai pelajaran bagi umat Islam.

6. Penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW

Surah ini mengingatkan umat Islam untuk menghormati dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai wahyu dan petunjuk hidup yang benar dari Allah.

7. Peringatan Terhadap Hari Kiamat

Surah al-An’am juga memberikan peringatan tentang hari kiamat dan kehidupan setelah mati, mengingatkan umat manusia akan tanggung jawab mereka di hadapan Allah dan pentingnya mematuhi ajaran-Nya untuk keselamatan di akhirat.

Wabil Walidaini Ihsana Artinya, Terdapat Pada Surat Al-Isra, An-Nisa dan Al-An’am

Berikut adalah bacaan, arti, dan penjelasan tafsir dari Surah Al-Isra’ ayat 23:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۗ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Wa qadaa rabbuka allaa ta’buduu illaa iyyaahu wa bil-waalidaini ihsaanaa, immaa yabluganna ‘indakal-kibara ahaduhumaa au kilaahumaa fa laa taqul lahumaa uffiw wa laa tan-har-humaa wa qul lahumaa qaulang kariimaa

Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra: 23)

Berikut adalah bacaan, latin, dan arti dari Surah An-Nisa’ ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۚ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Wa‘budullāha wa lā tusyrikū bihī syai’aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīl(i), wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan fakhūrā(n).

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (QS. An-Nisa’ 4:36)

Baca Juga :  Khodam Surat Al-Anam Ayat 103, Keajaiban dan Makna Mendalam

Berikut adalah bacaan, latin, dan arti dari Surah Al-An’am ayat 151:

 قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۚ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۚ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۗ ذٰلِكُمْ وَصَّىٰكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Qul ta‘ālau atlu mā ḥarrama rabbukum ‘alaikum allā tusyrikū bihī syai’aw wa bil-wālidaini iḥsānā(n), wa lā taqtulū aulādakum min imlāq(in), naḥnu narzuqukum wa iyyāhum, wa lā taqrabul-fawāḥisya mā ẓahara minhā wa mā baṭan(a), wa lā taqtulun-nafsal-latī ḥarramallāhu illā bil-ḥaqq(i), żālikum waṣṣākum bihī la‘allakum ta‘qilūn(a).

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) ‘Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.’ Janganlah pula kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengerti.’” (QS. Al-An’am 6:151)

Baca juga:

Penutup

Demikianlah informasi dari Hasiltani.id tentang wabil walidaini ihsana artinya.

Frasa wabil walidaini ihsana artinya “berbuat baik kepada kedua orang tua,” merupakan prinsip fundamental dalam ajaran Islam yang tercermin dalam beberapa surah Al-Qur’an. Melalui Surat Al-Isra (17:23), Surat An-Nisa (4:36), dan Surat Al-An’am (6:151), kita diajarkan tentang pentingnya menghormati dan merawat orang tua sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah.

Setiap surah memberikan perspektif yang berharga mengenai penerapan prinsip ini dalam konteks yang lebih luas—baik dalam hubungan sosial, tanggung jawab keluarga, maupun dalam menghindari perbuatan keji dan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum Allah.

Dengan memahami dan menerapkan ajaran ini, kita tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk hubungan yang harmonis dan saling menghormati dalam keluarga dan masyarakat.

Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang makna dan aplikasi “wabil walidaini ihsana artinya” serta mendorong kita semua untuk terus berusaha menjadi individu yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab dalam menjalankan ajaran Islam.

Terimakasih telah membaca artikel wabil walidaini ihsana artinya ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *